6.2.2. Proyeksi Permintaan Kayu Bulat oleh Industri Pengolahan Kayu Primer
Total volume permintaan kayu bulat oleh industri pengolahan kayu primer menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Peningkatan ini lebih disebabkan
oleh terjadinya peningkatan permintan kayu bulat oleh industri kayu gergajian dan kayu lapis. Sementara permintaan kayu bulat oleh industri pulp dan paper
cenderung menurun, sebagaimana terlihat pada Tabel 26 dan Gambar 10. Tabel 26. Proyeksi Permintaan Kayu Bulat di Indonesia Tahun 2006-2010
Peubah TAHUN
2006 2007
2008 2009
2010 DIKG Permintaan kayu bulat oleh
industri gergajian 2285.47
3256.21 3812.56
4101.2 4228.23
DIKL Permintaan kayu bulat oleh industri kayu lapis
6923.75 7268.31
7605.62 7912.53
8207.08 DIPP Permintaan kayu bulat oleh
industri pulp paper 12932.29 10895.46
9581.95 8757.52
8267.74
Gambar 10. Permintaan Kayu Bulat oleh Industri Pengolahan Primer di Indonesia Tahun 2006-2010
0,00 2000,00
4000,00 6000,00
8000,00 10000,00
12000,00 14000,00
2006 2007
2008 2009
2010
Jum la
h X
1000 M
3
Kayu Gergajian Kayu Lapis
Pulp Paper
6.2.3. Gap antara Penawaran dan Permintaan Kayu Bulat
Dari proyeksi kebutuhan kayu bulat untuk industri pengolahan dan pasokan kayu bulat, terlihat adanya gap antara keduanya yang berfluktuasi antara
tahun 2006 – 2010 yang besarnya kurang lebih sekitar 6 juta m
3
Tabel 27. Proyeksi Selisih Gap antara Penawaran dan Permintaan Kayu Bulat di Indonesia Tahun 2006-2010
Tabel 27.
Peubah TAHUN
2006 2007
2008 2009
2010 QDKB Total permintaan kayu
bulat 22141.51
21419.98 21000.13 20771.25 20703.05
QSL Total produksi kayu sah 17133.00
15929.62 15401.99 15103.94 15233.04
QXKB Ekspor kayu bulat 1037.47
1104.62 1109.14
1077.31 1024.98
QMKB Impor kayu bulat 150.25
137.04 126.58
118.36 111.81
PENAWARAN Penawaran
kayu bulat domestik 16245.79
14962.04 14419.43 14144.99 14319.87
GAP Selisih antara penawaran dan total permintaan
-5895.72 -6457.94
-6580.70 -6626.26
-6383.18
6.3. Simulasi Skenario Kebijakan Sebagai Upaya Penurunan Gap