28
2. Kejujuran
3. Keikhlasan
4. Kesederhanaan
5. Kemandirian
6. Kepedulian
7. Kebebasan dalam bertindak
8. Kecermatan ketelitian
9. Komitmen
Indikator keberhasilan pendidikan karakter dapat dilihat di lingkungan sekolah maupun di kelas. Indikator keberhasilan di sekolah dilihat dari perilaku
peserta didik dan tersedianya sarana dan prasarana dalam menunjang pendidikan karakter. Indikator di kelas yaitu mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran.
f. Metode Pendidikan Karakter
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos bearti jalan atau cara. Dalam bahasa Arab istilah metode dikenal
dengan istilah thoqirah yang berarti langkah-langkah strategis untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Metode menurut istilahnya ialah suatu sistem atau cara yang
mengatur suatu cita-cita atau tujuan Wiyani, 2013:38. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa metode ialah suatu cara yang digunakan untuk mencapai cita-cita
atau tujuan. Menurut Gunawan 2014:88 metode ialah cara-cara untuk menyampaikan
materi pendidikan oleh pendidik kepada peserta didik, disampaikan dengan efektif
29
dan efisien, untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan. Kaitannya dengan pendidikan karakter, metode pendidikan karakter berarti suatu cara yang
disampaikan dengan efektif dan efisien yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan karakter.
Proses pendidikan karakter memerlukan metode yang tepat yang diberikan kepada siswa agar siswa bukan sekedar tahu tentang karakter baik akan tetapi siswa
juga mampu melaksanakan karakter baik yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Abdurrahman An-Nahlawi dalam Gunawan, 2014:88 menawarkan metode-
metode pendidikan karakter sebagai bahan pertimbangan para pendidik dalam menginternalisasikan pendidikan karakter kepada semua peserta didik. Metode-
metode tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Metode hiwar atau percakapan Metode hiwar dialog ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau
lebih melalui tanya jawab, mengenai satu topik, dan dengan sengaja diarahkkan kepapda satu tujuan yang dikehendaki. Dalam proses pendidikan metode hiwar
mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap jiwa pendengar mustami’
atau pembaca yang mengikuti topik percakapan dengan seksama dan penuh perhatian.
2. Metode qishah atau cerita
Metode cerita merupakan metode pendukung dalam pelaksanaan pendidikan memiliki peran yang sangat penting, karena dalam kisah-kisah terdapat berbagai
keteladanan dan edukasi.
30
3. Metode amtsal atau perumpamaan
Metode perumpamaan juga baik digunakan oleh para guru dalam mengajari peserta didiknya terutama dalam menanamkan karakter kepada mereka. Cara
penggunan metode amtsal ini hampir sama dengan metode kisah, yaitu dengan berceramah berkisah atau membacakan kisah atau membaca teks.
4. Metode uswah atau keteladanan
Dalam penanaman pendidikan karakter kepada peserta didik di sekolah, keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena peserta didik
terutama siswa pada usia pendidikan dasar dan menengah pada umumnya cenderung meneladani meniru guru atau pendidiknya. Hal ini memang karena
secara psikologis siswa memang senang meniru, tidak saja yang baik, bahkan terkadang yang jeleknya pun mereka tiru.
5. Metode pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan habituation ini
berintikan pengalaman. Dan inti kebiasaan adalah pengulangan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat
kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kegiatan ini dapat dilakukan dalam setiap kegiatan. Oleh karenanya, menurut para pakar,
metode ini sangat efekktif dalam rangka pembinaan karakter dan kepribadian anak. Orang tua membiasakan anak-anaknya untuk bangun pagi. Maka bangun pagi itu
akan menjadi kebiasaan.
31
6. Metode ‘ibrah dan mau’idah
Ibrah ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, dihadapi dengan menggunakan nalar yag menyebabkan
hati mengakuinya. Adapun kata mau’idah ialah nasehat yang lembut yang diterima
oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya. 7.
Metode targhib dan tarhib janji dan ancaman Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai
dengan bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib dan tarhib mempunyai titik tekan yang berbeda. Targhib agar melakukan kebaikan yang
diperintahkan Allah, sedang tarhib agar menjauhi perbuatan jelek yang dilarang oleh Allah.
Metode pendidikan karakter haruslah mampu mengembangkan kepribadian siswa. Metode pendidikan karakter menurut Marzuki 2015:112-113 terdapat 6
langkah, adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Metode langsung dan tidak langsung Metode langsung berarti penyampaian pendidikan karakter pendidikan
akhlak dilakukan secara langsung dengan memberikan materi-materi akhlak mulia dari sumbernya. Sementara itu, metode tidak langsung maksudnya
adalah penanaman karakter melalui kisah-kisah yang mengandung nila-nilai karakter mulia dengan harapan dapat diambil hikmahnya oleh siswa.
2. Melalui mata pelajaran tersendiri dan terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran
32
Melalui mata pelajaran tersendiri, seperti Pendidikan Agama dan Pendidikan kewarganegaraan PKn. Sementara itu, terintegrasi ke dalam semua mata
pelajaran artinya melalui mata pelajaran yang ada. Nilai-nilai karakter mulia dapat diintegrasikan dalam materi ajar atau melalui proses pembelajaran yang
berlaku. 3.
Melalui kegiatan-kegiatan di luar mata pelajaran, yaitu melalui pembiasaan- pembiasaan atau pengembangan diri.
Maksudnya adalah pembinaan karakter siswa melalui semua kegiatan diluar pembelajaran yang biasa disebut kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang
berbentuk pembiasaan-pembiasaaan nilai-nilai akhlak mulia yang ada di dalamnya, seperti melalui kegiatan IMTAQ, tadarus Alquran, dan pramuka.
4. Melalui metode keteladanan uswah hasanah
Metode yang sangat efektif untuk pembinaan karakter siswa disekolah adalah melalui keteladanan. Keteladanan disekolah diperankan oleh kepala sekolah,
guru, dan karyawan sekolah. Keteladanan di rumah diperankan oleh kedua orangtua siswa atau orang-orang lain yang lebih tua usianya. Sementara itu,
keteladanan di masyarakat diperankan oleh para pemimpin masyarakat dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
5. Melalui nasehat-nasehat dan memberi perhatian
Para guru dan orangtua harus selalu memberikan nasihat-nasihat dan perhatian khusus kepada para siswa atau anak mereka dalam rangka pembinaan karakter.
Cara ini juga sangat membantu dalam memotivasi siswa untuk memiliki
33
komitmen dengan aturan-aturan atau nilai-nilai akhlak mulia yang harus diterapkan.
6. Metode reward dan punishment
Metode reward adalah pemberian hadiah sebagai perangsang kepada siswa atau anak agar termotivasi berbuat baik atau berakhlak mulia, sedangkan
metode punishment adalah pemberian sanksi sebagai efek jera bagi siswa atau anak agar tidak berani berbuat jahat berakhlak buruk atau melanggar aturan
yang berlaku. Pendidikan yang mengakarkan diri pada konteks sekolah akan mampu
menjiwai dan mengarahkan sekolah pada penghayatan pendidikan karakter yang realitis, konsisten, dan integral. Menurut Wiyani 2013:43 terdapat lima unsur
yang perlu dipertimbangkan dalam penghayatan pendidikan karakter. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengajarkan
Agar dapat melakukan sesuatu yang baik, adil, bernilai, pertama-tama harus mengetahui dengan jernih apa yang dimaksud dengan kebaikan, keadilan, dan
nilai. Pendidikan karakter mengandaikan pendidikan teoritis tentang konsep- konsep nilai tertentu. Salah satu unsur penting ialah mengajarkan nilai-nilai
sehingga peserta didik mempunyai gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang dapat dikembangkan dalam mengembangkan perilaku
pribadinya.
34
2. Keteladanan
Keteladanan menjadi hak klasik bagi berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter. Anak akan banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Kata-kata dapat
menggerakan orang, tetapi keteladanan lebih menarik hati. 3.
Menentukan prioritas Lembaga pendidikan memiliki prioritas dan tuntutan dasar atas karakter yang
ingin diterapkan dilingkungan mereka. Tanpa adannya prioritas yang jelas, proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter tidak jelas.
Ketidajelasan tujuan dan tata cara evaluasi pada gilirannya akan memandulkan program pendidikan karakter disekolah karena tidak akan terlihat adanya
kemajuan atau kemunduran. 4.
Praksis prioritas Praksis prioritas merupakan unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan
karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut.
5. Refleksi
Refleksi merupakan kemampuan dasar khas manusiawi. Melalui kemampuan ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidup menjadi
lebih baik. Jadi, setelah tindakan dan praksis pendidikan karakter terjadi, perlu diadakan semacam pendalaman. Refleksi, untuk melihat sejauh mana lembaga
pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter. Model penyampaian nilai-nilai pendidikan karakter kepada siswa di sekolah
menurut Suparno 2015:98 meliputi ceramah guru, siswa melakukan kegiatan dan
35
merekflesikannnya, siswa diajak menyadari nilai yang ada konsientisasi, dan keteladanan.
1. Transfer nilai lewat ceramah
Guru mentransfer nilai yang akan ditanamkan kepada siswa. Dalam model ini, pendidik yang telah mengerti nilainya memberikan kepada siswa. Bentuk
transfer dapat bemacam-macam, seperti menjelaskan nilai itu kepada siswa, memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar, atau memberikan hadiah
kepada siswa yang bersikap baik dalam pendidikan nilai. 2.
Konsientisasi Konsientisasi yaitu penyadaran, di mana siswa lebih aktif menggali nilai dari
kasus yang ditawarkan guru. Dalam model pendekatan ini, siswa lebih diperlakukan sebagai subjek dan sebagai pribadi yang juga dapat menggali
nilai-nilai karakter dalam hidup meskipun belum lengkap dan sempurna. 3.
Melalui pengalaman dan Refleksi Penyamaian pendidikan karakter dapat pula melalui refleksi pengalaman siswa.
Siswa dibantu untuk mengalami sesuatu dalam menekuni mata pelajaran di sekolah, dalam kegiatan kokurikuler, dan dalam kegiatan ekstrakulikuler. Dari
pengalaman mereka itu, para siswa dibantu untuk mengadakan refleksi apa yang ditemukan dalam pengalaman itu.
4. Keteladanan
Nilai karakter dapat pula disampaikan dengan keteladanan hidup. Karena menyangkut tingkah laku baik dan tidak baik orang, maka model penyampaian
pendidikan nilai dengan teladan hidup akan lebih mengena kepada anak didik.
36
Terdapat empat model pendidikan moral menurut Nel Noddings dalam Nucci dan Narvaes, 2014: 246-252 yang dapat diterapkan kepada peserta didik.
Empat model tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Keteladanan Hampir semua pendekatan pada pendidikan moral menyadari pentingnya
keteladanan. Jika hendak mengajarkan kaum muda untuk menjadi orang yang bermoral, hendaknya menunjukan perilaku yang bermoral pada mereka.
2. Dialog
Dialog adalah unsur paling mendasar dari pendidikan moral dari perspektif kepedulian. Semua bentuk pendidikan moral menggunakan jenis pembicaraan
seperti ini. Dalam dialog melibatkan pencarian pemahaman secara bersama- sama.
3. Praktik
Nilai-nilai karakter yang diberikan kepada peserta didik. Peserta didik kemudian diberikan kesempatan untuk mempraktikan nilai-nilai tersebut di
masyarakat. Praktik
kerjasama memberikan
kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan sosial, dan keterampilan sosial yang berkembang dengan baik pada gilirannya berkontribusi pada kehidupan orang
yang peduli dan orang yang dipedulikan. 4.
Konfirmasi Tindakan konfirmasi mengacu pada tindakan sadar pemberi perhatian berupa
menyetujui atau menyakinkan hal-hal yang secara moral paling baik pada orang lain.
37
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat bermacam-macam metode atau cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan karakter. Akan tetapi ada kecenderungan para ahli yang mengungkapkan metode keteladanan merupakan unsur yang efektif dalam
menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik. Pendidik sebagai role model memberikan contoh kepada peserta didik melalui perilaku yang baik
sehingga peserta didik mencontoh perilaku tersebut. Selain metode keteladanan, metode yang sebaiknya digunakan adalah metode pembiasaan, metode pemberian
nasehat, metode praktik dan metode reward dan punishment. Metode pembiasaan penting untuk dilakukan, karena dengan metode ini
peserta didik melalukan hal yang baik secara terus menerus dengan harapan akan menjadi suatu habit atau peserta didik terbiasa untuk melakukan hal yang baik.
Metode dialog dan pemberian nasehat kepada peserta didik mempunyai dampak yang mendalam terhadap jiwa pendengar.
2. Konsep Pondok Pesantren Modern a. Pengertian Pondok Pesantren Modern