40
modernisasi dalam sistem pendidikan, kelembagaan, pemikiran dan fungsi dari pondok pesantren. Dalam proses pembelajarannya sudah menerapkan sistem
perjenjangan klasikal tidak lagi menggunakan sistem non klasikal. Sistem perjenjangan seperti ini layaknya sekolah formal pada umumnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulakan bahwa pondok pesantren modern ialah tempat pendidikan islam yang telah mengalami
pembaharuan. Pembaharuan terjadi dalam sistem pendidikan, kelembagaan, pemikiran dan fungsi dari pondok pesantren. Pondok pesantren modern lebih
terbuka dan menerima hal-hal baru dari dunia luar disamping tetap memertahankan tradisi lama yang sudah ada.
b. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Modern
Kurikulum merupakan instrumen penting dalam pendidikan. Menurut Crow and crow dalam Malik, 2008:24, kurikulum meliputi bagaimana cara
mengembangan siswa dari segi mental, fisik, emosional, spiritual, dan moral dengan melihat pengalaman-pengalaman sebelumnya yang diamati dari proses
belajar mengajar, baik di dalam ruangan kelas maupun outdoor. Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren modern ialah dengan
memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum. Adapun porsi yang diberikan ialah 100 pendidikan agama dan 100 pendidikan umum
Wiryosukarto TIM, 1996:51. Materi pendidikan agama mayoritas diadopsi dari Pondok Modern Darussalam Gontor Malik, 2008:66. Adapun materi-materi
agama meliputi pelajaran bahasa Arab, perbandingan agama, Hadist, balaqhah, Ilmu Mantiq, Aqidah, Fiqih, dan Tajwid. Sedangkan materi umum yang diberikan
41
mengacu kepada DikNas sebagai representasi pendidikan nasional. Mata pelajaran yang diberikan dalam pendidikan umum seperti matematika, Pendidikan
Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan lain sebagainya. Pelajaran ilmu-ilmu umum penting
untuk dimaksudkan agar para santri juga memiliki wawasan pengetahuan umum disamping wawasan ilmu agama.
c. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren Modern
Sistem pengajaran yang diterapkan di pondok pesantren modern berbeda dengan pondok pesantren tradisional. Dalam pondok pesantren modern tidak
menggunakan sistem non klasikal seperti sorogan atau bandongan akan tetapi sudah menerapkan sistem klasikal, sebagaimana diterapkan di sekolah-sekolah
atau madrasah-madrasah Wiryosukarto TIM, 1996:52. Alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran sama dengan pendidikan umum seperti ruang kelas,
papan tulis, kapur, dan penghapus bahkan ada yang sudah menggunakan LCD Proyektor sebagai media pembelajarannya.
Dari segi metode pengajarannya, pondok pesantren modern tidak lagi menerapkan sistem sorogan atau bandongan, tetapi telah mulai menggunakan
berbagai metode pengajaran yang diterapkan pada sekolah umum seperti: tanya jawab, hafalan, sosio-drama, widyawisata, ceramah, hingga sistem modul
Tuanaya, 2007:10. Proses pendidikan di pondok pesantren modern berlangsung selama 24 jam. Pada pukul 07.00 WIB
– 13.00 WIB para siswa belajar di madrasah kemudian pada jam setelahnya para siswa belajar di asrama. Kegiatan siswa atau
42
santri telah terprogram secara pasti sehingga membutuhkan kedisiplian. Jadwal yang tersusun ini diharapkan dapat membuat para santri menjadi disiplin.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran di pondok pesantren modern berbeda dengan sistem pondok pesantren tradisional.
Pondok pesantren modern mempunyai sistem klasikal layaknya sekolah umum dalam pengajarannya, selain itu sarana dan prasarana yang digunakan lebih
memadai di mana beberapa pondok pesantren sudah menggunakan LCD proyektor dalam pembelajarannya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wuri Wuryandani, Unik Ambar Wati, dan
Fathurohman dengan judul “Implementasi pendidikan karakter kemandirian di Muhammadiyah Boarding School
” diterbitkan oleh Jurnal Cakrawala Pendidikan Edisi Juni 2016, TH. XXXV, No.2.
Hasil penelitian dari Wuri Wuryandani, Unik Ambarwati, dan Faturrohman, adalah : a Dalam rangka implementasi pendidikan karakter kemandirian MBS
memiliki kebijakan untuk membangun kemandirian dalam diri santri. b dalam upaya implementasi pendidikan karakter kemandirian dalam proses pembelajaran
guru menggunakan strategi penugasan, membuat kontrak belajar dan menintegrasikan pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Sedangkan kendala dalam penelitian ini adalah : kurang konsistensinya orang tua dan adanya beberapa guru yang belum mengintegrasikan pendidikan karakter
kemandirian dalam proses pembelajaran.