112
2 Faktor lingkungan dari pondok pesantren dengan kegiatan-kegiatan rutin yang
mengarahkan santri untuk mempunyai akhlak yang baik. 3
Sarana dan prasarana yang terdapat di pondok pesantren di gunakan semaksimal mungkin, seperti contoh pemutaran film edukatif, pemutaran
ceramah-ceramah. 4
Pemberian motivasi dari ustadustadzah kepada santri yang dilakukan setiap kali ada kesempatan.
5 Adanya pengurus IPM Ikatan Pelajar Muhammadiyah Pondok Pesantren
Modern Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta yang membantu menjalankan program-program pondok pesantren.
b. Faktor penghambat
Proses pendidikan karakter merupakan proses yang tiada akhir. Dalam proses tersebut akan terdapat kendala-kendala yang menghambat proses mencapai tujuan.
Begitu juga yang dilaksanakan di Pondok Pesanten Modern Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta, terdapat kendala-kendala yang dialami dalam
proses implementasi pendidikan karakter. Kendala yang dialami salah satunya berasal dari orang tuawali santri. Orang tuawali santri belum memahami hakekat
pondok pesantren secara utuh. Jika di pondok pesantren hukum menghukum merupakan hal yang wajar karena digunakan untuk mendidik para santri, namun
ada orang tua yang tidak setuju sehingga mengadu ke HAM dan pengadilan. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Bapak
“AS” sebagai berikut: “wali santri banyak yang marah-marah itu kan menjadi penghambat juga,
bahkan protes, mereka mengadu ke HAM, mereka mengadu sampai ke pengadilan itu bukan cuma sekali dua kali. Contoh masalah hukuman, bagi
113
kita hukuman itu mendidik tetapi para wali santri pada protes itu kan menjadi penghambat untuk menuju tujuan itu.” Wawancara tanggal 13 Maret 2017
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak “F” sebagai berikut:
“Faktor penghambatnya kadang datang dari wali, wali kadang tidak mendukung, jadi wali yang tidak terang dengan pondok pesantren itu
mendapati hal-hal yang baru yang belum diketahui kadang langsung protes. Anak yang melanggar dihukum cuma lari berapa meter saja itu dianggap
hukuman fisik, anak disuruh push up dianggap hukuman fisik, mereka mengingnkan hukuman yang mendidik, kita sampaikan yang namanya
hukuman itu kan yang semestinya memberikan efek jera. Kalau anak mempunyai kemampuan hafalan tinggi, mereka di beri hukuman menghafal
mereka senang karena baginya mudah. Jadi kita memberi hukuman sesuai dengan porsinya. Nah sebagian besar orangtua nya di sini kan orang tuanya
tidak berasal dari pondok pesantren jadi belum memahami pesantren itu
seperti apa.” Wawancara tanggal 13 Maret 2017 Kendala juga kadang datang ketika santri berada di rumah, santri yang telah
di biasakan untuk sholat tepat waktu, sholat malam, membaca Al- Qur’an akan
tetapi ketika berada di rumah hal tersebut tidak dilakukan para santri dan orang tua pun tidak memberikan nasehat untuk melakukannya. Hal tersebut seperti yang di
sampaikan oleh Bapak “MA”:
“Pertama bisa dari pihak keluarga, kemudian dari para santri yang karena tidak keinginan sendiri maka mengajak teman-temannya, kemudian
keseringan libur. Keseringan libur itu misalnya setiap hari jumat kita libur, ada yang pulang, di sini mereka sering bangun subuh, lah di rumah mereka
dibiarkan saja oleh orang tua.” Wawancara tanggal 15 Maret 2017 Kebiasan-kebiasaan baik yang sudah diajarkan di pondok pesantren tidak
dilanjutkan ketika anak-anak berada di rumah sehingga ketika santri tiba di pondok pesantren maka harus memulai lagi kebiasaan-kebiasaan yang berada di pondok
pesantren. Selain dari wali santri kendala juga berasal dari ustadustadzah yang belum
memahami secara utuh pondok pesantren itu. Ustadustadzah yang demikian belum
114
memiliki tanggung jawab secara penuh untuk mendidik santri. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bapak
“FS” sebagai berikut: “Kendalanya belum semua ustad-ustadzah belum merasa memiliki tanggung
jawab untuk mendidik anak karena tidak semuanya latar belakangnya pondok, mereka adalah guru-guru umum yang ikut bergabung maka perlu
waktu. Di pondok itu kan kita sampaikan di pondok itu lahan perjuangan bukan lahan mencari uang. Kalau anda mencari uang anda keluar, untuk
menanamkan lahan perjuangan ini bukan hal gampang butuh waktu yang panji
an.” Wawancara tanggal 4 April 2017 Hal serupa juga disampaikan Ibu
“RF” sebagai berikut: “Kalau dari ustad-ustadzah di sini, ada guru yang belum 100 memahami
tentang pondok pesantren sehingga di kelas tidak menyampaikan nasehat di kelas dan lain-
lain.” Wawancara tanggal 9 Maret 2017
Berdasarkan pengamatan penulis, salah satu kendala dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada diri santri adalah datang dari individu santri tersebut.
Santri yang masih berada di semester awal pondok pesantren, santri masih membawa kebiasaan masing-masing sehingga masih sulit untuk mengubah karakter
santri tersebut Santri yang seperti ini biasanya karena santri tersebut masuk ke pondok pesantren bukan karena keinginan sendiri dan cenderung karena keinginan
dari orang tua. Berbeda dengan santri yang masuk ke pondok pesantren dengan keinginan sendiri akan lebih mudah menerima dan beradaptasi dengan kehidupan
pondok pesantren. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan faktor penghambat dalam
implementasi pendidikan karakter di Pondok Pesantren Modern Muhamamdiyah Boarding School MBS Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1 Tidak semua orang tua atau wali santri berasal dari pondok pesantren sehingga
ketika santri di hukum, orang tuawali marah-marah kepada pengelola.
115
2 Orang tuawali ketika santri di rumah tidak meneruskan pendidikan yang
diajarkan selama di pondok pesantren. 3
Karakteristik santri yang berbeda-beda, ada yang mudah menerima ada juga yang lambat dalam menerima pendidikan karakter.
4 Ustadustadzah yang belum memahami pondok pesantren secara utuh sehingga
belum merasa mempunyai tanggung jawab dalam mendidik santri. C. Pembahasan
Hasil penelitian di atas merupakan fakta-fakta yang menunjukkan bagaimana implementasi pendidikan karakter di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah
Boarding School MBS Yogyakarta. Terknik pengambilan data yang digunakan peneliti dalam penelitain ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi pembahasan tentang kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter di Pondok Pesantren Modern
Muhamamdiyah Boarding School MBS Yogyakarta, metode pendidikan karakter yang digunakan di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School
MBS Yogyakarta dan faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan karakter di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding
School MBS Yogyakarta.
1. Nilai-nilai karakter di Pondok Pesantren Modern Muhamamdiyah Boarding School MBS Yogyakarta.
Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta merupakan pondok pesantren modern. Pondok pesantren ini berbeda
116
dengan pondok pesantren tradisional. Pondok pesantren modern memadukan kurikulum agama dan kurikulum umum dalam pembelajarannya, sedangkan
pondok pesantren tradisional hanya mengajarkan kurikulum agama saja, meskipun akhir-akhir ini banyak pondok pesantren tradisional yang memberikan
pembelajaran umum kepada santri. Selain dari segi kurikulum, perbedaan pondok pesantren modern dan pondok pesantren tradisional juga terletak pada metode
pembelajarannya. Pondok pesantren modern menggunakan sistem klasikal dalam metode pembelajaraannya sedangkan pondok pesantren tradisional masih
menggunakan metode sorogan dan bandongan, di mana santri secara individu menghadap kepada Kyai untuk menyetorkan hafalan Al-
Qur’an. Dilihat dari segi peserta didik, di pondok pesantren modern usia santri cenderung relatif sama,
sedangkan di dalam pondok pesantren tradisional usia tidak sama. Adanya pondok pesantren modern tidak digunakan untuk mengungguli pondok pesantren
tradisional. Kehadiran pondok pesantren modern digunakan untuk melengkapi apa yang kurang dari pondok pesantren tradisional.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta sebagai pondok pesantren
modern telah melaksanakan pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dilakukan di pondok pesantren bertujuan untuk membentuk karakter baik pada diri
santri agar santri mempunyai perilaku dan kebiasaan yang baik ketika berada di masyarakat. Santri diajarkan tentang pendidikan karakter sehingga santri
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian menginginkan hal yang baik dan pada akhirnya melakukan kebiasaaan-kebiasaan yang baik di
117
masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Thomas Lickona 2012:82 yang menyatakan bahwa karakter yang baik terdiri dari tiga bagian yang saling
berhubungan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui karakter yang baik, menginginkan hal yang baik,
dan melakukan hal yang baik. Ketiga hal ini diperlukan untuk mengarahkan suatu kehidupan moral. Santri diajarkan untuk mampu menilai apa yang benar, sangat
peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini itu benar. Tujuan dari pendidikan karakter di sini adalah santri melakukan
kebiasaan-kebiasaan hal yang benar. Megawangi sebagaimana dikutip oleh Sunaryo Kartadinata 2015:151
menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak- anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam
kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungannya. Pendidikan karakter yang dimaksud di sini adalah
pendidikan yang diberikan kepada santri agar santri tersebut mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk sehingga santri dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Di Pondok Pesaantren Modern Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta,
pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren ini menggunakan dua macam kurikulum yaitu kurikulum agama yang dirumuskan sendiri dengan berpedoman
kepada kurikulum pondok pesantren modern dan kurikulum umum yang mengacu pada kurikulum pendidikan nasional. Pendidikan karakter di Pondok Pesantren
Modern Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta tidak secara
118
langsung dicantumkan dalam mata pelajaran atau pendidikan khusus, melainkan diajarkan melalui berbagai kegiatan yang memuat penanaman nilai-nilai karakter.
Dalam pelaksanaannya, santri diwajibkan untuk mengikuti setiap kegiatan yang diadakan oleh pondok pesantren dan mematuhi segala aturan yang telah di tetapkan.
Penanaman nilai-nilai karakter pada santri ditanamkan melalui kegitan harian atau rutinitas yang dilakukan oleh santri. Rutinitas ini dilakukan oleh santri dari
bangun tidur sampai dengan menjelang tidur kembali. Pada hari setelah santri bangun tidur, santri diwajibkan untuk melaksanakan sholat Tahajjud dan mengikuti
sholat subuh berjamaah di masjiid. Setelah mengikuti sholat subuh, santri kemudian menyetorkan hafalan Al-
Qur’an kepada ustad ustadzah. Kegiatan pagi hari yaitu bersih-bersih dan persiapan berangkat kesekolah. Kegiatan bersih-bersih dilakukan
para santri untuk membersihkan badan dan mencuci baju. Pagi hari sampai sore hari kegiatan santri yaitu belajar di sekolah. Setelah sholat wajib, ustad dan ustadzah
pondok pesantren memberikan ceramah-ceramah. Terkadang dalam pemberian ceramah ini diberikan nasehat-nasehat dan motivasi kepada para santri. Pada malam
hari sebelum menjelang tidur terdapat kegiatan berdo’a bersama yang dilakukan di depan asrama. Dalam kegiatan do’a bersama ini ustad dan ustadzah yang bertugas
sebagai pendamping asrama selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada santri. Penanaman nilai-nilai karakter pada diri santri tidak dilakukan melalui
rutinitas harian saja namun dilakukan juga melalui kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di pondok pesantren. Kegiatan esktakulikuler bertujuan untuk
mengembangkan minat dan bakat santri dalam berbagai bidang seperti bela diri, Hizbulwathan, PMR, tata boga, nasyid, dan kaligrafi. Ekstrakulikuler yang wajib
119
diikuti oleh santri adalah ekstrakulikuler Tapak Suci dan ekstrakulikuler hizbulwathan. Sedangkan dalam ekstrakulikuler pilihan, santri dibebaskan untuk
memilih sesuai keinginannya masing-masing. Selain mengembangkan minat dan bakat santri kegiatan ekstrakulikuler juga dapat menjadi sarana untuk menanamkan
nilai-nilai karakter pada diri santri. Terdapat beberapa macam nilai-nilai karakter yang ditanamkan di pondok pesantren diantaranya adalah nilai religius, nilai
kejujuran, nilai kemandirian, nilai tanggung jawab, nilai peduli sosial, kerja sama, kerja keras, disiplin, percaya diri dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian nilai-nilai karakter yang di tanamkan di Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta dapat
dikategorikan menjadi lima yaitu. Nilai karakter hubungannya dengan Tuhan, nilai karakter hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter hubungannya dengan
sesama, nilai karakter hubungannya dengan lingkungan dan nilai karakter hubungannya dengan kebangsaaan. Pengelompokkan ini sesuai dengan
pengelompokkan yang dilakukan oleh Kemendiknas. Nilai karakter hubungannya dengan Tuhan meliputi keimanan, ketaqwaan,
dan keikhlsan. Nilai karakter hubungannya dengan diri sendiri meliputi kejujuran, tanggung jawab, kemandirian, kerja keras, disiplin, percaya diri, kreatif, dan ingin
tahu. Nilai karakter hubungannya dengan sesama yaitu patuh kepada peraturan, kerja sama dan sopan santun. Nilai karakter hubungannya dengan lingkungan yaitu
peduli sosial dan cinta lingkungan. Nilai karakter hubungannya dengan kebangsaan ialah menghargai keberagaman.
120
Nilai karakter hubungannya dengan Tuhan atau religius merupakan nilai yang utama yang ditanamkan kepada santri. Nilai religius diterapkan di pondok
pesantren bertujuan untuk membentuk pola pikir santri bahwa hidup didunia ini untuk beribadah. Nilai religius didasarkan oleh adanya rasa keimanan, yaitu
percaya dengan adanya Tuhan dan percaya bahwa segala yang terjadi adalah kehendak Tuhan. Ketaqwaan, yaitu melaksanakan segala perintahNya serta
menjauhi segala laranganNya dan keikhlasan sebagai bekal hidup. Kegiatan yang menunjang nilai religius di Pondok Pesantren Modern
Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta adalah sholat wajib berjamaah Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib dan Isya, sholat sunah, puasa wajib di
bulan Ramadhan, puasa sunah, mendengarkan ceramah, berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan, menghafalkan Al-
Qur’an, berdo’a. Kegiatan-kegaitan ini merupakan kegiatan yang dapat memperkokoh nilai keimanan, dan ketaqwaan
pada diri santri. Nilai karakter hubungannya dengan diri sendiri yaitu kejujuran, tanggung
jawab, kemandirian, kerja keras, disiplin, percaya diri, kreatif dan ingin tahu. Nilai kejujuran merupakan nilai yang penting ditanamkan kepada santri agar santri selalu
senantiasa berperilaku jujur baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Nilai kejujuran di tanamkan kepada santri dengan berbagai cara, diantaranya adalah
ketika dalam mengahadapi ujian maka santri tidak diperkenankan untuk berbuat curang, apabila terdapat santri yang berbuat curang maka nilai santri tersebut secara
langsung tidak akan keluar.
121
Nilai kejujuran selain diterapkan kepada santri, diterapkan juga kepada ustad ustadzah di pondok pesantren, apabila terdapat santri yang memperoleh nilai kurang
dari standar yang ditentukan maka haram bagi ustadustadzah untuk mendongkrak nilai santri tersebut. Santri tersebut harus memperoleh nilai yang ditentukan dengan
cara mengikuti remidi. Dengan adanya kejujuran pada diri santri dan ustadustadzah maka nilai yang diperoleh santri merupakan nilai yang murni yang dimiliki oleh
santri. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah satu ustad, selama tiga tahun berturut-turut santri di Pondok Pesantren Modern
Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta tidak pernah ada santri yang lolos dalam selesksi SNMPTN yang berbasis nilai raport untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi. Akan tertapi, ketika mengikuti seleksi SBMPTN yang berbasis ujian tertulis maka santri pondok pesantren ini mampu lolos ke perguruan tinggi
ternama di Yogyakarta. Nilai tanggung jawab diajarkan kepada seluruh santri tanpa terkecuali.
Tanggung jawab yang diajarkan di sini yakni santri harus mempunyai tanggung jawab kepada Tuhan sebagai makhluk ciptaanNya, bertanggung jawab kepada diri
sendiri dan orang lain. Nilai tangggung jawab di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta diajarkan dalam berbagai
macam kegiatan. Diantaranya adalah melalui piket yang terdapat di asrama masing- masing. Bagi santri yang sedang melaksanakan piket maka diharuskan untuk
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Santri yang berada di kelas IV sudah mendapat tanggung jawab untuk
menjadi pengurus asrama yakni menjadi ketua kamar, sehingga apa yang terjadi di
122
kamar menjadi tanggung jawabnya. Bagi santri yang berada di kelas V, santri diwajibkan untuk menjadi pengurus IPM Ikatan Pelajar Muhammadiyah. IPM di
Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta berbeda dengan IPM yang berada di luar pondok pesantren ini. Santri yang tergabung dalam
IPM di pondok pesantren ini mempunyai tanggung jawab yang besar dalam tugasnya. Hal ini dikarenakan IPM merupakan organisasi yang melaksanakan
program-program yang sudah di rancang oleh pondok pesantren. Santri yang tergabung dalam IPM mempunyai tugasnya masing-masing. Terdapat bidang
keamanan yang bertugas bertanggung jawab terkait keamanan yang berada di pondok pesantren. Bidang Takmir masjid yang bertanggung jawab dengan kegiatan
yang berada di masjid. Bidang humas yang bertanggung jawab dengan kedatangan tamu. Santri yang mempunyai tugas diharuskan untuk bertugas dengan penuh
tanggung jawab. Nilai kemandirian dapat terlihat dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan
santri di pondok pesantren. Kegiatan tersebut seperti mencuci baju sendiri, mencuci piring sendiri, menyiapkan peralatan sekolah sendiri, merapikan tempat tidur
sendiri dan lain sebagainya. Pelaksanaan penanaman nilai kemandirian pada diri santri pun masih
mengalami kendala. Kendala biasanya terdapat pada santri yang belum lama tinggal di pondok pesantren sehingga belum terbiasa dengan kehidupan pondok pesantren
yang segala sesuatunya dilakukan dengan sendiri. Untuk mengatasi kendala seperti ini, santri yang baru dicampur dengan santri senior yang berada di kelas IV. Santri
senior di sini bertugas untuk mengawasi santri yang baru dan membimbing santri
123
tersebut. Dengan cara seperti ini, maka santri baru diharapkan dapat terbiasa hidup mandiri.
Nilai karakter yang hubungannya dengan sesama yaitu patuh pada peraturan, kerja sama dan sopan santun. Di pondok pesantren terdapat peraturan, para santri
harus mentaati peraturan yang ada. Apabila terdapat santri yang melanggar peraturan maka santri tersebut akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
kesalahan yang dilakukan. Kerja sama di pondok pesantren di latih melalui berbagai kegiatan baik yang dilaksanakan di sekolah maupun di asrama. Kerja sama juga
dilatih melalui berbagai macam kegaitan ekstrakulikuler seperti ekstrakulikuler Hizbul Wathan.
Nilai karakter hubungannya dengan lingkungan yaitu karakter peduli sosial dan cinta kebersihan. Sebagai makhluk sosial, santri tidak dapat hidup sendiri di
dalam masyarakat. Oleh karena itu nilai peduli sosial juga ditanamkan di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta. Nilai
peduli sosial ini ditanamkan melalui kegiatan baik di dalam pondok pesantren maupun diluar pondok pesantren.
Nilai peduli sosial santri di laksanakan dengan kegiatan ABAS Amal bhakti Santri yang dilaksanakan oleh pondok pesantren satu tahun sekali. Tahun ajaran
20162017 kegiatan ABAS dilaksanakan di kabupaten Magelang. Dalam kegaitan ABAS ini, santri diwajibkan tinggal bersama keluarga setempat dan santri
mempunyai orang tua asuh. Santri diwajibkan untuk hidup bersama orang tua asuh selama 5-7 hari dan mengikuti kegiatan keluarga tersebut. Selain mengikuti
kegiatan keluarga, santri juga menyelenggarakan kegaitan keagamaan berupa TPA,
124
ceramah, pemberian beasiswa pendidikan dan pemberian sembako bagi keluarga yang tidak mampu. Kegaitan ABAS ini digunakan untuk mengasah rasa peduli
santri, dan santri diharapkan memperoleh makna kehidupan dari kegiatan ABAS ini.
Karakter cinta kebersihan atau cinta lingkungan di tunjukan santri melalui budaya atau kebiasaan santri yang hidup bersih. Budaya yang diterapkan di
lingkungan pondok pesantren ini adalah santri di biasakan untuk membuang sampah pada tempatnya. Karena budaya atau kebiasaan ini maka lingkungan
pondok pesantren bersih dan rapi. Nilai karakter yang hubungannya degnan kebangsaan ialah pondok pesantren
menghargai keberagaman. Santri di pondok pesantren berasal dari berbagai suku dan daerah yang berbeda-beda oleh karena itu terdapat keberagaman yang banyak
di pondok pesantren. Akan tetapi keberagaman di pondok pesantren ini tidak dijadikan suatu permasalahan. Pondok pesantren mempunyai cara untuk
menyatukan keberagaman bahasa, daerah dan suku ini. Cara yang digunakan pondok pesantren ialah santri dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa
indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Apabila terdapat santri yang berkomunikasi menggunakan bahasa daerah maka akan mendapatkan hukuman.
Keberagaman bahasa, suku dan asal daerah di pondok pesantren dapat disatukan melalui bahasa yang disepakati. Dengan cara seperti ini maka perbedaan atau
keberagaman tidak menjadi suatu masalah. Santri yang melanggar peraturan berkomunikasi menggunakan bahasa daerah
maka akan terkena hukuman botak. Hukuman ini merupakan hukuman yang
125
mempunyai efek jera kepada santri. Cara seperti ini merupakan cara yang efektif agar santri tidak melakukan pelanggaran.
Karakter-karakter yang disebutkan di atas tidak dapat secara langsung tertanam pada diri santri akan tetapi membutuhkan waktu. Santri yang baru masuk
di pondok pesantren belum begitu terlihat karakter-karakternya, akan tetapi santri yang sudah lama menetap lama di pondok pesantren karakter-karakter tersebut
tampak dalam dirinya melalui sikap dan perilaku sehari-hari.
2. Metode Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School MBS Yogyakarta