154 Yogyakarta, visi misi, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Pondok
Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta.
D. Catatan Lapangan IV
HariTanggal : Kamis, 9 Maret 2017
Waktu : 09.45-10.30 WIB
Tempat : Ruang tamu PPM MBS dan ruang kerja
Metode Pengumpulan Data : Wawancara Kegiatan
: Mencari informasi pendidikan karakter di PPM MBS
Responden : Ibu “RF”
Informasi yang diperoleh :
Pada hari ini merupakan hari pertama di mana peneliti melakukan wawancara dengan informan. Peneliti datang ke kantor Pondok Pesantren
Modern Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta guna mencari informasi terkait kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Modern dan nilai-nilai
karakter apa saja yang dikembangkan di Pondok Pesantren Modern ini. Peneliti melakukan wawancara dengan Ibu “RF” yang merupakan Kabag Kurikulum di
PPM MBS sekaligus seorang pendidik. Ibu ‘RF” pada saat wawancara dengan peneliti menyampaikan kurikulum
yang digunakan oleh pondok pesantren modern berbeda dengan kurikulum yang digunakan oleh pondok pesantren tradisional. Pondok pesantren tradisional
pelajaran yang disampaikan kepada santri hampir seluruhnya bermuatan dengan pelajaran agama, akan tetapi pondok pesantren modern memadukan mata
pelajaran agama dengan mata pelajaran umum. Hal itulah yang membedakan pondok pesantren modern dengan pondok pesantren tradisional. Pondok
Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta memadukan kurikulum agama dan kurikulum umum secara seimbang. Kurikulum agama
155 mengadopsi kurikulum yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat Muhammadiyah,
atau Pengurus Wilayah Muhammadiyah, membuat kurikulum sendiri serta mengadopsi dari ondok pesantren modern yang lebih maju. Sementara itu
kurikulum umum berlandaskan pada peraturan yang telah ditetapkan oleh DikNas Pendidikan Nasional.
Menurut Ibu “RF” karakter yang dikembangkan di pondok pesantren modern ini adalah semua karakter yang baik dikembangkan di sini, ddengan
harapan setelah meninggalkan pondok pesantren ini santri mempunyai semua bekal dalam kehidupannya. Adapun metode dalam menyampaikan pendidikan
karakter seperti terintegrasi dengan mata pelajaran, nasehat yang diberikan oleh ustad-ustadzahnya, ada juga melalui kegiatan ekstrakulikuler dan masih banyak
lagi. Menurut Ibu “RF” pendidikan karakter di PPM MBS bisa dikatakan berhasil meskipun belum 100. Faktor pendukungnya adalah ustad-ustadzah
yang sudah memahami pendidikan karakter, orang tua atau wali yang membantu kebiasaan ketika dirumah serta sarana dan prasarana yang ada di pondok
pesantren. Sedangkan faktor penghambatnya menurut Ibu “RF” adalah sifat atau kepribadian dari para santri, ada juga orang tua yang tidak meneruskan
pendidikan karakter ketika anak berada di rumah serta ustad-ustadzah yang baru yang belum memahami pendidikan di pondok pesantren menjadi penghambat
dalam pendidikan karakter.
E. Catatan Lapangan V