142 segala hal yang tidak bermoral, ilegal atau bertentangan dengan kebijakan
publik.
288
Hal yang sama juga diatur dalam syarat sahnya perjanjian sesuai dengan Pasal 1330 KUH Perdata.
Sejak konvensi menunjuk aturan hukum dan bukan undang-undang yang berlaku, maka dapat disimpulkan bahwa para pihak tidak serta merta harus
menunjuk pada suatu sistem hukum nasional, tapi juga dapat menunjuk aturan yang tidak harus diperlukan pada suatu sistem hukum, asalkan mempunyai sifat
hukum. Hal tersebut dilakukan bahwa ”lex mercatoria”
289
dapat dibuat penunjukan hukum.
L. Putusan Arbitrase ICSID
Agar putusan dianggap sah, menurut Schmitthoff
290
maka putusan harus mengandung hal-hal berikut :
1. Harus mengikuti perjanjian dan tidak memutuskan hal-hal yang tidak
diperjanjikan. Jika ada putusan atas sesuatu di luar perjanjian maka batal demi
288
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Alternatve Dispute Resolution ADRArbitration,
dalam Majalah Hukum Nasional No. 2 Jakarta : BPHN-DEPKEH dan HAM, 2002, hlm. 11.
289
Sebagian besar memberikan definisi sebagai hukum kebiasaan komersial internasional international commercial customary law
. Misalnya Jan Ramberg menyatakan : “Lex Mercatoria is defined as customary transnatinal law of international strict sensu, rules and institution
conceived by nations from which they were taken to govern their international commercial relation which is position with respect to positive law could be looked at in two ways that lex
mercatoria perceived and applied as a body of legal rules within the international community of merchants, or at least-so as not to prejudice the controverted existence of a legal order formed by
this international community-within homogenous milieu of agents of international trade
, ”
sebagaimana di kutip dari Jan Ramberg, International Commercial Transactions, ICC Kluwer Law International
, Stockholm : Norstedts Juridik AB, November 1997, hlm. 17-24.
290
Clive M. Schmitthoff, Commercial Law in A Changing Economic Climate, London : Sweet and Maxwell, 1981, hlm. 548
Universitas Sumatera Utara
143 hukum, dan jika bagian itu tidak dapat dipisahkan dari putusan yang ada maka
seluruh putusan batal demi hukum. 2.
Merupakan suatu hal tertentu yang pasti. Jika tidak, maka tidak dapat dilaksanakan.
3. Harus final. Suatu putusan, oleh karena itu pihak ketiga harus mencantumkan
jumlah kerugian yang timbul atas pelanggaran kontrak karena ingin finalitas. 4.
Harus beralasan hukum dan memungkinkan. 5.
Harus menghilangkan semua perbedaan yang diajukan kepada arbitrase. Namun, jika semua hal dalam sengketa antara para pihak yang diajukan ke
arbitrase, putusan akan baik jika berhubungan dengan segala hal yang disampaikan kepada arbiter, meskipun mungkin ada perbedaan lain di antara
para pihak. Menurut John Parris
291
suatu putusan arbitrase dianggap benar jika
mengandung hal-hal sebagai berikut :
1. Menyelesaikan segala hal yang disampaikan dalam arbitrase – dan tidak lebih.
Terhadap prinsip ini, terdapat dua kualifikasi yaitu : a.
Suatu putusan akan dianggap sesuai, kecuali bertentangan satu sama lain. b.
Segala kewenangan arbiter berarti semua hal yang sebenarnya nyata di hadapannya, yaitu di mana salah satu pihak diandalkan.
2. Putusan harus pasti. Artinya bahwa pihak yang melakukan apa yang diarahkan
oleh arbiter harus jelas, demikian juga pihak yang memperoleh manfaat. 3.
Putusan harus konsisten. Jika tuntutan kerugian hanya didasarkan pada perjanjian yang keliru, arbiter membebaskan pihak yang dituntut respondent
dari seluruh penipuan tetapi meski demikian diperintahkan kepadanya untuk melakukan pembayaran kepada penuntut claimant.
4.
Putusan harus sesuai dengan apa yang diajukan.
5.
Putusan harus final. Demikian juga Paul Dobson
292
menyatakan bahwa suatu putusan itu benar jika :
1. Putusan itu diikuti dengan perjanjian maka putusan harus sesuai dengan yang
diperjanjikan. Jika putusan diputuskan di luar perjanjian maka menjadi tidak
291
John Parris, Arbitration Principles and Practice, London: Granada Publishing Limited, 1983, hlm. 134-136.
292
Paul Dobson, Charlesworth‟s Business Law, Sixteenth Edition, International Student
Editions, London : Sweet Maxwell, 1997.
Universitas Sumatera Utara
144 benar dan jika hal yang tidak diperjanjikan itu tidak dapat dipisahkan dari
seluruh putusan maka seluruh putusan akan batal; 2.
Harus mengenai suatu hal tertentu dan jika tidak maka putusan tidak dapat dilaksanakan;
3. Harus final. Suatu putusan oleh karenanya pihak ketiga harus memutuskan
kerugian atas pelanggaran kontrak dan jika tidak final maka putusan batal; 4.
Harus beralasan hukum, sah dan memungkinkan. Jika tidak, maka akan batal. Putusan arbitrase ICSID diatur dalam Bab IV, Bagian 4, Pasal 48 dan 49,
yang mana dalam pembahasannya tidak terlepas dari Bagian 3, Pasal 42 yang mengatur tentang kekuasaan dan fungsi Majelis Arbitrase.
Pasal 48 Konvensi berbunyi : 1 The Tribunal shall decide questions by a majority of the votes of all its
members Majelis harus memutus permasalahan-permasalahan dengan suara
mayoritas dari semua anggotanya. 2 The award of the Tribunal shall be in writing and shall be signed by the
members of the Tribunal who voted for it putusan Majelis harus tertulis dan
harus ditandatangani oleh seluruh anggota majelis yang menyetujuinya. 3 The award shall deal with every question submitted to the Tribunal, and shall
state the reasons upon which it is based putusan harus berkenaan dengan setiap
permasalahan yang diajukan pada majelis dan harus menyatakan alasan-alasan atas mana hal itu didasarkan.
4 Any member of the Tribunal may attach his individual opinion to the award, whether he dissents from the majority or not, or a statement of his dissent
setiap anggota majelis dapat melampirkan pandangan pribadinya pada putusan, apakah
pendapatnya berbeda dari pendapat mayoritas atau tidak, atau suatu pernyataan mengenai ketidaksetujuannya.
5 The Centre shall not publish the award without the consent of the parties Centre tidak mempublikasikan putusan tanpa persetujuan dari para pihak.
Pasal 1 sampai 4 bersifat memaksa wajib sehingga apabila salah satu tidak
terpenuhi maka dapat mengakibatkan pembatalan putusan. Sedangkan Pasal 5 bersifat pilihan optional, meski sifat putusan rahasia, namun sifat ini masih dapat ditembus
oleh kesepakatan para pihak. Putusan majelis dibuat setelah persidangan selesai, yang
Universitas Sumatera Utara
145 biasanya memakan waktu 2-3 tahun sejak para pihak mendaftarkan permohonannya
ke Sekretariat ICSID dan berdasarkan Aturan 46 ICSID Arbitration Rules maka putusan harus ditandatangani dalam jangka waktu 120 hari sejak persidangan
berakhir di mana jangka waktu ini dapat diperpanjang hingga 60 hari.
293
Putusan arbitrase ICSID terbagi menjadi dua bentuk putusan yaitu putusan atas sengketa yang dihentikan sementara pemeriksaannya pending cases dan
putusan atas sengketa yang diselesaikan hingga memperoleh putusan akhir concluded cases
. Dalam pengambilan putusan, majelis memiliki dua cara yaitu dengan voting dari salah satu suara anggota sesuai Aturan 13 dan 14 ICSID
Arbitration Rules atau melalui korespondensi sesuai Pasal 16 ICSID Arbitration
Rules.
294
Majelis juga harus memutuskan berdasarkan suara terbanyak dari seluruh arbiter sesuai Pasal 48 ayat 1 Konvensi. Oleh karenanya memungkinkan adanya
perbedaan pendapat Dissenting Opinion dari salah satu arbiter sesuai Pasal 48 ayat 4 Konvensi, misalnya dalam pending cases antara lain sengketa Occidental
Petroleum Corporation and Occidental Exploration and Production Company v. Republic of Ecuador
ICSID Case No. ARB0611 tanggal 5 Oktober 2012 dan sengketa ConocoPhillips Petrozuata B.V., ConocoPhillips Hamaca B.V. and
ConocoPhillips Gulf of Paria B.V. v. Bolivarian Republic of Venezuela ICSID Case
No. ARB0730, tanggal 10 Maret 2014.
293
Lihat Huala Adolf, Hukum Penyelesaian …, op.cit., hlm. 92-93.
294
Christoph H. Schreuer, The ICSID Convention: A Commentary, United Kingdom :
Cambridge University Press, 2001, hlm. 786.
Universitas Sumatera Utara
146 Putusan dalam hal ini merupakan keputusan arbiter, di mana putusan harus
jelas dan tidak menimbulkan penafsiran, harus merupakan hal tertentu dan dapat dilaksanakan. Putusan harus dalam bentuk tertulis dan beralasan serta ditandatangani
oleh arbiter yang menyetujuinya sesuai Pasal 48 ayat 2 Konvensi, artinya bahwa putusan berisi alasan pertimbangan arbiter yang diberikan kepada pembaca untuk
mengerti apa yang ditemukan dan kesimpulan apa yang dicapai, apa yang harus diputuskan, berapa jumlah uang yang harus dibayar dan kepada siapa, berikut
perhitungannya. Selanjutnya setelah menyusun putusannya, arbiter akan menandatangani dan memberi tanggal.
295
Menurut Konvensi ICSID maka suatu putusan arbitrase harus memenuhi syarat-syarat
296
yaitu : harus beralasan dan sejalan dengan masalah yang disepakati
sebelum majelis arbitrase. Putusan harus disetujui oleh mayoritas arbiter dan berlaku
hanya bagi Anggota Majelis yang menyetujui hal itu, jika yang minoritas tidak menginginkannya.
Putusan arbitrase ICSID juga harus memenuhi syarat formal dan materill putusan. Syarat formalnya adalah putusan harus berbentuk tertulis dan harus
ditandatangani oleh anggota arbiter yang menyetujuinya, sesuai Pasal 48 ayat 2 Konvensi. Sedangkan syarat materilnya adalah putusan harus memuat uraian dasar
pertimbangannya sesuai Pasal 48 ayat 3 Konvensi dan dapat dilampiri dengan pendapat masing-masing arbiter, sesuai Pasal 48 ayat 4 Konvensi.
295
Peter D‟Ambrumenil, op.cit., hlm. 33.
296
Lihat Pasal 48 ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 Konvensi ICSID
Universitas Sumatera Utara
147 Negara-negara anggota Konvensi ICSID sudah memberi komitmennya untuk
mengakui dan melaksanakan putusan arbitrase sebagai putusan yang mengikat dan tidak dapat ditinjau ulang oleh pengadilan nasional disetiap negara peserta konvensi
serta segala upaya hukum terhadap putusan hanya dapat dilakukan dalam kerangka konvensi, sebagaimana ditegaskan dalam pertimbangan majelis Ad hoc Committee
mengenai Pasal 53 dalam sengketa Maritime International Nominees Establishment MINE v. Guinea,
ICSID Case No. ARB844, Decision on Annulment, tanggal 22 Desember 1989 yang berpendapat bahwa :
297
Article 53 of the Convention provides that the award shall be binding on the parties “and shall not be subject to any appeal or to any other remedy except
those provided for in this Convention .” The post-award procedures remedies
provided for in the Convention namely, addition to, and correction of, the award Art.49, and interpretation Art. 50, revision Art.51 and annulment Art. 52
of the award are to be exercised within the framework of the Convention and accordance with its provisions. It appears from these provisions that the
Convention excludes any attack on the award in national courts.
Terhadap putusan yang telah dijatuhkan oleh majelis arbitrase, terdapat upaya hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak yaitu upaya perbaikan, penafsiran dan
revisi serta pembatalan terhadap putusan. Upaya perbaikan putusan diatur dalam Pasal 49 Konvensi berbunyi :
1 The Secretary-General shall promptly dispatch certified copies of the award to the parties. The award shall be deemed to have been rendered on the date on
which the certified copies were dispatched Sekretaris-Jenderal harus segera
mengirimkan salinan putusan yang sah kepada para pihak. Putusan harus dianggap telah di putus sejak tanggal salinan yang sah dikirimkan.
2 The Tribunal upon the request of a party made within 45 days after the date on which the award was rendered may after notice to the other party decide any
297
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian …, op.cit., hlm. 93-94.
Universitas Sumatera Utara
148 question which it had omitted to decide in the award, and shall rectify any
clerical, arithmetical or similar error in the award. Its decision shall become part of the award and shall be notified to the parties in the same manner as the
award. The periods of time provided for under paragraph 2 of Article 51 and paragraph 2 of Article 52 shall run from the date on which the decision was
rendered
Majelis atas permohonan dari salah satu pihak yang dibuat dalam 45 hari setelah tanggal putusan diambil, setelah pemberitahuan pada pihak lain dapat
memutuskan permasalahn yang diabaikan dalam putusan, dan harus memperbaiki setiap kesalahan penulisan, penghitungan atau kesalahan yang serupa dalam
putusan. Keputusannya harus menjadi bagian dari putusan dan harus diberitahukan kepada para pihak dalam cara yang sama sebagaimana putusan
tersebut. Jangka waktu yang ditentukan sesuai Pasal 51 ayat 2 dan Pasal 52 ayat 2 dihitung sejak tanggal di mana putusan dikirimkan.
Pasal 49 Konvensi tersebut memberi kesempatan kepada salah satu pihak untuk meminta majelis untuk memperbaiki kesalahan kecil minor seperti kesalahan ketik,
kesalahan penulisan identitas atau kesalahan minor lainnya dan upaya perbaikan atas kesalahan minor ini bukan merupakan upaya untuk mempertimbangkan putusan.
Berdasarkan Pasal 49 ayat 1 Konvensi dan Aturan 48 ICSID Arbitration Rules maka Sekretaris Jenderal ICSID harus mengesahkan teks asli dan menyerahkan salinan asli
putusan kepada para pihak, putusan dianggap dibuat pada tanggal Sekretaris Jenderal mengirimkan salinan putusan kepada para pihak.
298
Kemudian upaya penafsiran putusan diatur dalam Pasal 50 Konvensi yang berbunyi :
1 If any dispute shall arise between the parties as to the meaning or scope of an award, either party may request interpretation of the award by an application in
writing addressed to the Secretary-General Jika telah tercapai putusan sengketa
di antara para pihak, suatu pihak dapat meminta penafsiran putusan dengan mengajukan secara tertulis kepada Sekretaris-Jenderal.
298
Ibid., Lihat juga dalam Lucy Reed, et.al., eds., Guide to ICSID Arbitration, The Netherlands : Kluwer Law International, 2004, hlm. 89-90.
Universitas Sumatera Utara
149 2 The request shall, if possible, be submitted to the Tribunal which rendered the
award. If this shall not be possible, a new Tribunal shall be constituted in accordance with Section 2 of this Chapter. The Tribunal may, if it considers that
the circumstances so require, stay enforcement of the award pending its decision.
Permintaan tersebut, jika mungkin, diajukan kepada majelis yang menjatuhkan putusan. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka sebuah majelis baru akan
disusun sesuai dengan bagian 2 bab ini. Majelis dapat, jika menganggap bahwa keadaan mengharuskan demikian, maka dapat melakukan penangguhan
pelaksanaan putusan.
Permohonan penafsiran putusan hanya dapat diajukan oleh salah satu pihak apabila terdapat perbedaan pengertian atau ruang lingkup putusan serta menyatakan dengan
jelas hal apa saja yang dimohonkan untuk ditafsirkan. Perselisihan itu sifatnya harus memiliki akibat praktis terhadap putusan, sekedar keberatan karena kurang jelasnya
putusan, atau penafsiran terhadap putusan sementara atau putusan majelis mengenai yurisdiksi adalah tidak termasuk lingkup Pasal 50.
299
Salah satu pihak juga dapat mengajukan permintaan revisi putusan sesuai dengan Pasal 51 Konvensi yang berbunyi :
1 Either party may request revision of the award by an application in writing addressed to the Secretary-General on the ground of discovery of some fact of
such a nature as decisively to affect the award, provided that when the award was rendered that fact was unknown to the Tribunal and to the applicant and
that the applicant‟s ignorance of that fact was not due to negligence. setiap pihak dapat mengajukan revisi putusan dengan mengajukan secara tertulis
kepada Sekretaris-Jenderal berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan yang memberi akibat pada putusan, asalkan ketika disampaikan fakta itu tidak
diketahui sebelumnya oleh majelis dan pemohon serta ketidaktahuan pemohon bukan karena kelalaiannya.
2 The application shall be made within 90 days after the discovery of such fact and in any event within three years after the date on which the award was
rendered
Permintaan revisi harus disampaikan dalam jangka waktu 90 hari
299
Ibid., hlm. 96.
Universitas Sumatera Utara
150 setelah ditemukannya fakta baru dan berakhir setelah 3 tahun sejak putusan
arbitrase dikeluarkan. 3 The request shall, if possible, be submitted to the Tribunal which rendered the
award. If this shall not be possible, a new Tribunal shall be constituted in accordance with Section 2 of this Chapter.
Permintaan tersebut, jika mungkin, diajukan kepada majelis yang menjatuhkan putusan. Jika hal tersebut tidak
memungkinkan, maka sebuah majelis baru akan disusun sesuai dengan bagian 2 bab ini.
4 The Tribunal may, if it considers that the circumstances so require, stay enforcement of the award pending its decision. If the applicant requests a stay of
enforcement of the award in his application, enforcement shall be stayed provisionally until the Tribunal rules on such request.
Majelis dapat, jika menganggap bahwa keadaan mengharuskan demikian, melakukan penangguhan
pelaksanaan putusan. Jika pemohon meminta tetap dilaksanakannya putusan dalam permohonannya, penangguhan pelaksanaan putusan harus tetap
didahulukan hingga majelis menetapkan permohonannya.
Permohonan revisi putusan hanya dapat diajukan oleh salah satu pihak apabila terdapat fakta baru yang sebelumnya tidak disadari oleh pemohon, sehingga fakta
baru itu bersifat menentukan dan mempengaruhi putusan. Permohonan revisi harus menjelaskan revisi apa saja yang dimohonkan.
300
Upaya hukum terakhir atas putusan arbitrase ICSID adalah berupa dimungkinkannya diajukan pembatalan putusan berdasarkan alasan yang ada dalam
Pasal 52 Konvensi dan Aturan 50 ICSID Arbitration Rules, yaitu : susunan majelis tidak terbentuk secara patut, majelis melebihi kewenangannya, arbiter telah
melakukan korupsi, telah terjadi penyimpangan serius terhadap hukum acara yang fundamental, dan atau putusan arbitrase tidak mencantumkan alasan yang menjadi
dasar putusan atau pertimbangan hukum untuk putusan. Pembatalan putusan arbitrase seringkali mengundang perhatian publik, publikasi ini tidak jarang mengakibatkan
300
Ibid., hlm. 97-98.
Universitas Sumatera Utara
151 persepsi luas yang kurang tepat mengenai arbitrase, seolah-olah putusan arbitrase
begitu mudahnya dapat dibatalkan, padahal sengketa yang dibatalkan hanya satu atau dua sengketa saja dan selebihnya dilaksanakan dengan itikad baik dan sukarela oleh
para pihak karena putusan dibuat oleh para ahli benar-benar memuaskan para pihak.
301
M. Keterbukaan Putusan Arbitrase Sesuai Konvensi ICSID Informasi dasar mengenai setiap sengketa yang dimintakan penyelesaiannya
melalui ICSID telah tersedia sejak sengketa pertama di tahun 1972 yaitu sengketa Holiday Inn. S.A., and others v. Morocco
ICSID Case No. ARB721 tanggal 13 Januari 1972 dan hal tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan 23 ayat 1 ICSID
Administrative Financial Regulations yang mengharuskan Sekretaris-Jenderal untuk
meregister setiap sengketa sesuai Pasal 5 ICSID Additional Facility Rules. Peraturan ini juga menetapkan bahwa register tersebut harus terbuka untuk diperiksa oleh para
pihak sesuai Peraturan 23 ayat 2 ICSID Administrative Financial Regulations dan Pasal 5 ICSID Additional Facility Rules, register mana berisi rincian dasar proses
persidangan, data yang lengkap mengenai institusi, perilaku dan disposisi setiap persidangan, termasuk metode konstitusi dan keanggotaan masing-masing komisi,
majelis dan komite serta mengharuskan register untuk memasukkan informasi tentang putusan yang dilakukan para pihak sesuai Konvensi ICSID.
301
Ibid., hlm. 98-99.
Universitas Sumatera Utara
152 Pasal 48 Konvensi ICSID dan Aturan 48 ICSID Arbitration Rules telah ada
sejak pertama kali konvensi ICSID disahkan di Washington pada tahun 1965. Kemudian pada tahun 1984, Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration Rules direvisi
untuk memasukkan ketentuan bahwa di samping larangan Centre untuk menerbitkan dan mempublikasikan kutipan putusan tanpa persetujuan para pihak, maka terdapat
juga kebijaksanaan ICSID untuk mempublikasikan kutipan dari aturan-aturan hukum yang diterapkan oleh majelis arbitrase.
302
Jadi dengan kewenangan Sekretaris- Jenderal tersebut dalam rangka membantu perkembangan arbitrase ICSID maka
putusan arbitrase ICSID dipublikasikan agar khalayak ramai mengetahui hukum apa yang diterapkan dan bagaimana majelis memutuskan permasalahan dalam sengketa
itu sehingga dapat diprediksi gambaran oleh para pihak nantinya dalam penyelesaian sengketa. Demikian juga bagi negara dan investor yang telah mengikatkan diri untuk
menyelesaikan sengketa yang timbul di kemudian hari melalui lembaga ICSID dan para pihak yang berminat untuk melakukan investasi dengan suatu host state tertentu.
Penolakan terhadap gagasan arbitrase yang rahasia telah di mulai sejak tahun 1990 dengan memisahkan antara sifat yang melekat untuk kerahasiaan di sisi lain dan
konsep hukum yang relatif terbatas di sisi lain,
303
dengan kata lain tidak ada pengakuan secara umum mengenai kewajiban kerahasiaan dalam arbitrase. Di
pertengahan tahun 1990 inilah jumlah sengketa investasi melalui ICSID meningkat
302
Aturan 48 ayat 4, Perubahan ICSID Arbitration Rules pada tahun 1984, pada kalimat kedua, bahwa : “The Centre may, however, include in its publications excerpts of the legal rules
applied by the Tribunal .”
303
Stefano Azzali, op.cit., hlm.xxi.
Universitas Sumatera Utara
153 sejalan dengan meningkatnya perhatian dan kritik atas ketersediaan informasi tentang
sengketa antara investor dan negara.
304
Michael Mcllwrath dan Roland Schroeder
305
menulis bahwa publikasi putusan arbitrase bukanlah konsep yang sama sekali baru, misalnya pada tahun 1910,
Arbiration of the Finnish Chamber of Commerce telah menerbitkan ringkasan
putusan lembaga arbitrase yang tercantum dalam papan pengumuman Bursa Efek Finlandia tanpa mencantumkan nama para pihak, namun berakhir di tahun 1930-an.
Namun beberapa tahun terakhir timbul protes dari berbagai perusahaan berupa ketidakpuasannya terhadap kinerja lembaga arbitrase yang lama dan mahal, sehingga
akhirnya disadari bahwa pengusaha memerlukan informasi yang terbuka sehingga memungkinkan untuk memilih lembaga arbitrase dan arbiter yang sesuai dengan
keinginan. Hal tersebut berarti bahwa keterbukaan proses dan putusan arbitrase dapat membantu pengguna arbitrase untuk mengukur kinerja lembaga dan arbiter.
Keterbukaan putusan diartikan sebagai putusan yang terbuka dan dapat di lihat oleh publik dengan mudah. Oleh karena ICSID berkaitan dengan negara yang
akan menyelesaikan sengketa maka perlu adanya keterbukaan putusan sengketa yang melibatkan negaranya sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada
rakyatnya. Keterbukaan diartikan sebagai putusan yang dipublikasi, publik dapat mengetahui dan ikut serta dalam proses arbitrase, akses terhadap dokumen dan dapat
304
Meg Kinnear, Eloise Obadia and Michael Gagain, “The ICSID Approach to Publication of Information in Investor-
State Arbitration,” dalam Alberto Malatesta Rinaldo Sali, The Rise ..., ibid., hlm. 115.
305
Michael Mcllwrath dan Roland Schroeder , “Users Need More Transparency in International
Arbitration,” dalam Alberto Malatesta Rinaldo Sali, The Rise ..., ibid., hlm. 88.
Universitas Sumatera Utara
154 memberi pendapat, sebagaimana diuraikan oleh Cornel Marian
306
bahwa : 1 a tribunal‟s decisionaward be made public, 2 public parties enjoy
unhindered access to the notice of arbitration-the document that commences arbitration proceedings, 3 public parties have access to oral hearings, and 4
similar access to documents, and 5 interested parties be given an opportunity to comment.
Terjemahan : 1 putusan pengadilan diumumkan, 2 pihak masyarakat menikmati akses tanpa hambatan atas dokumen arbitrase yang memuat proses
arbitrase, 3 pihak masyarakat memiliki akses untuk sidang dengar pendapat, dan 4 akses terhadap dokumen yang serupa, dan 5 pihak yang berkepentingan
diberi kesempatan untuk memberikan komentar.
Dalam hal keterbukaan, arbitrase ICSID memiliki perbedaan dengan arbitrase
komersial secara tradisional yang umumnya bersifat privat, karena dalam arbitrase antara investor dan negara terdapat hubungan antara negara dengan investor,
kemudian juga terdapat kepentingan publik, sedangkan di sisi yang lain juga terdapat perintah aturan prosedural mengenai kerahasiaan yang mengatur ikut sertanya publik
atas persetujuan para pihak, dan seringkali penyelesaian sengketa diabaikan jika dilakukan tanpa publisitas dan partisipasi terbuka oleh publik. Oleh karenanya,
kerahasiaan bukan sebagai faktor yang mendukung cepatnya penyelesaian sengketa, hal mana menimbulkan kritik yang berkaitan dengan kerahasiaan, salah satunya
menyatakan bahwa :
307
Their meetings are secret. Their members are generally unknown. The decisions they reach need not be fully disclosed. Yet the way a group of international
tribunals handles disputes between investor and foreign governments can lead to
306
Cornel M arian, “Sustainable Investment Through Effective Resolution of Investment
Disputes –
Is Transparency
The Answer?,”
hlm. 4.,
diunduh dari
http:papers.ssrn.comsol3papers.cfm?abstract_id=2070676.
307
Alessandra Asteriti and Christian J. Tams, Transparency and Representation of the Public Interest
in Investment
Treaty Arbitration,
diakses dari
http:papers.ssrn.comsol3papers.cfm?abstract_id=1618843 , hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
155 national laws being revoked and environmental regulations changed. And it is all
in the name of protecting foreign investor under NAFTA. Terjemahan : pertemuan para pihak adalah rahasia. Anggotanya umumnya tidak
diketahui. Hampir seluruh keputusannya tidak diungkapkan. Namun cara sekelompok pengadilan internasional menangani sengketa antara investor dan
pemerintah asing dapat menyebabkan hukum nasional dicabut dan peraturan lingkungan berubah dan itu semua atas nama melindungi investor asing sesuai
NAFTA.
Kritik tersebut disebabkan karena ICSID memiliki karakter campuran di mana merupakan penyelesaian sengketa yang melibatkan negara dari suatu pemerintahan,
kemudian obyek sengketanya berkaitan dengan isu kesejahteraan publik seperti aturan lingkungan, standar pekerja, hak minoritas dan tindakan politik dan putusan
arbitrase ICSID berdampak pada ketersediaan dana suatu negara.
308
Dalam hal memilih untuk tidak rahasia yang mengakibatkan kemungkinan adanya partisipasi pihak di luar perjanjian, maka ICSID telah berusaha senetral
mungkin untuk menerima segala kemungkinan dengan membuat peraturan yang mengatur keterbukaan atas kesepakatan para pihak, meski demikian terdapat kritik
atas aturan bahwa “the historic secrecy surrounding the development of all aspects of
the international investment law regime ” sejarah kerahasiaan meliputi
perkembangan semua aspek rezim hukum investasi internasional.
309
Kemudian terdapat pendapat dari IISD International Institute of Sustainable Development
308
Ibid.
309
Howard Mann, et.al. “Comments on ICSID Discussion Paper, Possible Improvements of the
Framework for ICSID Arbitration, ” International Institute for Sustainable Development, Desember
2004, hlm. 2, diakses dari www.iisd.orgpdf2004investment_icsid_response.pdf., tanggal 17 April 2014.
Universitas Sumatera Utara
156 bahwa
310
“no other legal dispute settlement system under public international law […] prevents the publication of its determinations or relies in whole or in part on the
publication of selected portions of a dec ision” tidak ada sistem penyelesaian
sengketa hukum lain menurut hukum internasional publik yang mencegah publikasi yang ditentukan atau bergantung secara keseluruhan atau sebagian pada publikasi
bagian putusan yang dipilih. ICSID telah berada di garis depan berkaitan dengan peningkatan keterbukaan
dalam pelaksanaan arbitrase investasi. Desakan mengenai publikasi telah dibicarakan dalam ICSID dan menjadi sangat istimewa dalam rangka peningkatan jumlah
sengketa yang diselesaikan melalui lembaga ICSID, beberapa sengketa bahkan mempersoalkan isu publikasi yang kemudian dihentikan sementara pemeriksaannya
pending cases, misalnya sengketa Apotex Holding Inc
.
and Apotex Inc., v. United States of America
ICSID Case No. ARB AF121 dalam confidentiality agreement tanggal 24 Juli 2012 dan sengketa Mobile TeleSystems OJSC v. Republic of
Uzbekistan ICSID Case No. ARB AF127, yang dihentikan sementara berkaitan
dengan kerahasiaan,
311
sedangkan dalam sengketa Biwater Gauff Tanzania Limited v. United Republic of Tanzania,
ICSID Case No. ARB0522, dalam Procedural Order No. 3,
paragraf 121 tanggal 29 September 2006, mempertimbangkan bahwa : In the absence of any agreement between the parties on this issue, there is no
provision imposing a general duty of confidentiality in ICSID arbitration, whether in the ICSID Convention, any of the applicable Rules or otherwise.
310
Ibid., hlm. 8.
311
http:icsid_worldbank.orgicsidFrontServlet?requestType=GenCasePHSRHactionVal=List Pending, diakses pada tanggal 31 Desember 2013.
Universitas Sumatera Utara
157 Equally, however, there is no provision imposing a general rule of transparency
of non confidentiality in any of these sources. Terjemahan : Dengan tidak adanya perjanjian antara para pihak mengenai isu
kerahasiaan, maka tidak ada ketentuan yang memaksa kewajiban kerahasiaan dalam arbitrase ICSID, baik dalam Konvensi ICSID, salah satu aturan yang
berlaku atau sebaliknya, demikian juga, dalam aturan umum atau semacamnya tidak ada ketentuan memaksa untuk keterbukaan atas hal yang tidak rahasia
dalam sumber tersebut.
Demikian juga dalam Aturan 30 ICSID Arbitration Rules tahun 1968, menyatakan
bahwa : “The parties are not prohibited from publishing their pleadings. They may, however, come to an understanding to refrain from doing so, particularly if they feel
that publication may exacerbate the dispute” para pihak tidak dilarang untuk mempublikasi permohonannya. Meski demikian, para pihak dapat memahami untuk
menahan diri melakukan publikasi terutama jika merasa bahwa publikasi itu dapat memperburuk sengketa.
Larangan untuk melakukan publikasi yang memperburuk keadaan sengketa tersebut telah dipertimbangkan dalam putusan Amco Asia Corporation and others v.
Republic of Indonesia, ICSID Case No. ARB811, Decision on Request for
Provisional Measure, tanggal 9 Desember 1983, bahwa :
All these remarks do by no means weaken the good and fair practical rule, according to which both parties to a legal dispute should refrain in their own
interest, to do anything that could aggravate or exacerbate the same, thus rendering its solution possibly more difficult.
Terjemahan : Semua pernyataan yang diajukan tidak berarti melemahkan aturan praktek yang baik dan adil, yang menuntut kedua belah pihak yang bersengketa
untuk menahan diri berkaitan kepentingannya, untuk melakukan apapun yang dapat memperburuk atau sama-sama memperburuk keadaan sehingga
menghasilkan solusi yang lebih sulit.
Universitas Sumatera Utara
158 Demikian juga dalam putusan Occidental Petroleum Corporation and Occidental
Exploration and Production Company v. Republic of Ecuador, ICSID Case No.
ARB0611, Decision on Provisional Measures, paragraf 96, tanggal 17 Agustus 2007, yang menyatakan bahwa :
It relates to the general principle frequently affirmed in international case-law, whether judicial or arbitration proceedings are in question, according to which
“each party to a case is obliged to abstain from every act or omission likely to aggravate the case or to render the execution of the judgment more difficult.
” Terjemahan : berkaitan dengan prinsip umum yang menegaskan dalam kasus
hukum internasional, apakah itu proses pengadilan atau proses arbitrase yang bersa
ngkutan, menuntut pada “masing-masing pihak dalam sengketa untuk wajib menahan diri dari setiap tindakan atau kelalaian yang akan memperburuk
sengketa atau menahan diri untuk membuat pelaksanaan putusan menjadi semakin sulit
”. Pada tahun 2006, negara anggota ICSID contracting state dan pihak lain
yang berkepentingan menyadari semakin pentingnya peningkatan keterbukaan dalam ICSID sehingga beberapa perubahan dilakukan terhadap akses dokumen,
312
dimungkinkannya dengar pendapat dalam persidangan secara terbuka,
313
ikut sertanya pihak ketiga dalam proses penyelesaian sengketa.
314
Amandemen penting yang dilakukan terhadap Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration Rules
menjelaskan bahwa tanpa adanya persetujuan kedua belah pihak untuk menerbitkan putusan, Centre
akan mempublikasikan “pertimbangan hukum majelis legal r
easoning of the tribunal”. Amandemen ini telah melampaui aturan
312
Aturan 48 ayat 5 ICSID Arbitration Rules 2006 dan Pasal 53 ayat 3 Additional Facility Arbitration Rules
2006.
313
Aturan 32 ayat 2 ICSID Arbitration Rules 2006 dan Pasal 39 ayat 2 Additional Facility Arbitration Rules
2006.
314
Aturan 37 ayat 2 ICSID Arbitration Rules 2006 dan Pasal 41 ayat 3 Additional Facility Arbitration Rules
2006.
Universitas Sumatera Utara
159 sebelumnya di tahun 1984
yang memungkinkan publikasi “aturan-aturan hukum yang diterapkan oleh majelis
legal rules applied by the tribunal.”
315
Aurelia Antonietti
316
mengatakan bahwa : The for
mer had „sometimes proved difficult to identify and the new iteration would „allow the Centre to publish the tribunal discussion of how to apply
applicable legal principle. Terjemahan :
sebelumnya „terkadang terbukti sulit untuk mengidentifikasi dan mengulang hal baru yang akan memungkinkan Centre untuk mempublikasi
diskusi majelis tentang bagaimana menerapkan prinsip hukum yang berlaku. Amandemen tersebut menyebabkan kewajiban bagi Centre untuk mempublikasi
kutipan putusan yang tidak termasuk milik publik dan secara khusus dimaksudkan untuk mencapai harapan keterbukaan yang lebih besar secara keseluruhan dalam
sistem ICSID. Amandemen yang serupa juga dilakukan terhadap Pasal 53 ayat 3 Additional Facilitily Arbitration Rules
yang menyatakan bahwa : Except to the extent required for any registration or filing of the award by the
Secretary-General under paragraph 1 of this Article, the Secretariat shall not publish the award without the consent of the parties. The Secretariat shall,
however, promptly include in the publications of the Centre excerpts of the legal reasoning of the Tribunal.
Terjemahan : Kecuali sejauh yang diperlukan untuk setiap pendaftaran atau pengajuan putusan oleh Sekretaris Jenderal pada ayat 1 Pasal ini, Sekretariat
tidak akan mempublikasikan putusan tanpa persetujuan dari para pihak. Meski demikian, Sekretariat wajib segera melakukan publikasi kutipan pertimbangan
hukum dari tribunal Centre tersebut.
Aturan tersebut merupakan kebalikan dari amandemen pada tahun 1984, yang hanya
menyatakan bahwa Centre „dapat‟ mempublikasi kutipan pertimbangan hukum the
315
Meg Kinnear, Eloise Obadia and Michael Gagain, dalam Alberto Malatesta Rinaldo Sali, The Rise ..., op.cit.,
hlm. 116.
316
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
160 Centre „may‟ publish excerpt. Dengan demikian maka jelaslah bahwa perubahan
terhadap aturan-aturan ini merupakan syarat yang ditujukan untuk meningkatkan keterbukaan dan efisiensi dalam pengembangan hukum internasional oleh karena
publikasi putusan merupakan kewajiban bagi Centre, meski para pihak tidak setuju untuk hal tersebut.
Revisi pada tahun 2006 terhadap Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration Rules tersebut, terdapat dalam kalimat Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration Rules yang
ditambahkan dengan permintaan kepada Centre untuk mempublikasikan kutipan pertimbangan hukum majelis arbitrase
“excerpts of the legal reasoning of the Tribunal
”.
317
Sementara, Aturan 48 ini hanya mengacu pada “putusan” yang
mencakup keputusan final dari majelis arbitrase serta keputusan dari pembatalan putusan pokok oleh komite ad hoc untuk tujuan publikasinya, Centre memperlakukan
keputusan lain dari majelis arbitrase seperti rekomendasi dari tindakan sementara, keputusan awal atas yurisdiksi atau perintah prosedural dengan cara yang sama
seperti putusan. Agar dapat memudahkan publikasi putusan tepat pada waktunya dengan
membuat perintah publikasi lebih awal maka ICSID merevisi Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration Rules
menyatakan bahwa : “The Centre shall not publish the award without the consent of the parties. The Centre shall, however, promptly include
in its publications excerpts of the legal reason ing of the Tribunal.” Jika ICSID tidak
317
Aturan 48 ayat 4, Perubahan ICSID Arbitration Rules tahun 2006, pada kalimat kedua, menjadi : “… The Centre shall, however, promptly include in its publications excerpts of the legal
reasoning of the Tribunal.”
Universitas Sumatera Utara
161 memperoleh persetujuan kedua belah pihak untuk mempublikasikan seluruh isi dari
putusan, dan hal tersebut tidak dipublikasi oleh sumber lain, maka ICSID wajib mempublikasi petikan putusan dari kesimpulan pertimbangan hukum majelis tersebut
secara tepat waktu. Aturan 48 ICSID Arbitration Rules, berbunyi :
1 Upon signature by the last arbitrator to sign, the Secretary-General shall promptly
setelah ditandatangani oleh arbiter terakhir, Sekretaris Jenderal harus segera :
a authenticate the original text of the award and deposit it in the archives of the Centre, together with any individual opinions and statements of dissent;
and melakukan otentikasi teks asli dari putusan dan menyimpannya ke
dalam arsip Centre, bersama-sama dengan setiap pendapat dan laporan perbedaan pendapat ; dan.
b dispatch a certified copy of the award including individual opinions and statements of dissent to each party, indicating the date of dispatch on the
original text and on all copies
mengirimkan salinan resmi dari putusan termasuk setiap pendapat dan laporan perbedaan pendapat kepada masing-
masing pihak, yang menunjukkan tanggal pengiriman pada teks asli dan pada semua salinan.
2 The award shall be deemed to have been rendered on the date on which the certified copies were dispatched
putusan dianggap telah diberikan pada tanggal di mana salinan resmi dikirim.
3 The Secretary-General shall, upon request, make available to a party additional certified copies of the award
Sekretaris Jenderal harus, atas permintaan, menyediakan kepada para pihak salinan resmi tambahan dari
putusan. 4 The Centre shall not publish the award without the consent of the parties. The
Centre shall, however, promptly include in its publications excerpts of the legal reasoning of the Tribunal
Centre tidak akan mempublikasikan putusan tanpa persetujuan dari para pihak. Akan tetapi, Centre harus mempublikasi kutipan
putusan termasuk pertimbangan hukum dari majelis.
Hasil amandemen tahun 2006 Aturan 48 ICSID Arbitration Rules, sedikit
berbeda dengan Aturan 48 yang lama. Aturan baru, mengatur bahwa putusan disahkan, tetapi tidak mewajibkan ICSID untuk mempublikasi petikan putusan
Universitas Sumatera Utara
162 tersebut. Tidak ada ketentuan waktu yang tepat bagi publikasi salinan seluruh isi
pokok putusan ketika ICSID menunggu untuk menerima persetujuan kedua belah pihak untuk mempublikasi putusan, yang adakalanya menghabiskan waktu beberapa
bulan
.
Pasal 48 ayat 5 Konvensi ICSID juga telah mengatur larangan publikasi atas putusan ICSID tanpa persetujuan para pihak, akan tetapi ICSID tidak mengharuskan
bahwa seluruh proses dengar pendapat hearing ditutup untuk umum. Pasal 48 ayat 5 Konvensi ICSID ini juga ditegaskan dalam Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration
Rules dan Peraturan 22 Administrative and Financial Regulation
318
yang pada pokoknya bahwa jika terjadi kesepakatan di antara para pihak untuk
mempublikasikan putusan arbitrase para pihak maka harus melalui Sekretaris- Jenderal ICSID untuk mengatur publikasi putusan tersebut dalam bentuk yang tepat
dengan maksud untuk meningkatkan perkembangan hukum internasional dalam kaitannya dengan investasi.
Terbukanya putusan untuk umum atas persetujuan para pihak sebagaimana diuraikan di atas telah diatur sejak adanya Konvensi ICSID untuk pertama kali.
Perubahan dan penambahan amandemen atas ICSID Arbitration Rules dilakukan
318
Peraturan 22 Administrative and Financial Regulations : 1
“The Secretary-General shall appropriately publish information about the operation of the Centre, including the registration of all requests for conciliation or arbitration and in due course
an indication of the date and method of the termination of each proceeding. 2
If both parties to aproceeding consent to the publication of : a.
Report of Conciliation Commissions, b.
Arbitral awards; or, c.
The minutes and other records of proceedings The Secretary-General shall arrange for the publication thereof, in a appropriate form with a
view to furthering the development of international law in relation to investments.”
Universitas Sumatera Utara
163 pada tanggal 10 April 2006 dan telah diratifikasi oleh 150 negara.
319
Tujuan amandemen tersebut adalah membuat proses ICSID lebih efisien dan transparan, serta
menanamkan kepercayaan yang lebih besar dalam proses arbitrase.
320
Perubahan mana merupakan peningkatan yang dramatis dan untuk memperoleh hasil yang
sempurna maka proses amandemen dilakukan selama 18 delapan belas bulan konsultasi dengan Contracting State,
321
komunitas bisnis, masyarakat sipil, ahli-ahli arbitrase dan institusi arbitrase lainnya dengan tujuan membuat proses ICSID lebih
efektif dan terbuka selagi terjadi peningkatan kepercayaan masyarakat kepada ICSID dalam proses arbitrase
322
serta disesuaikan dengan “Additional Facility Arbitration
Rules. ”
Setelah dilakukan amandemen, saat ini diatur mengenai tersedianya prosedur persiapan penetapan sementara, proses cepat bagi penolakan klaim non jasa, akses
bagi para pihak di luar sengketa terhadap proses arbitrase, publikasi putusan dan kebutuhan
atas keterbukaan tambahan bagi arbiter, sebagaimana dapat di lihat dalam Aturan 32, 37, 41, dan 48 ICSID Arbitration Rules tahun 2006 dan Pasal 39
Arbitration Additional Facility Rules
.
319
Perubahan amandemen konvensi dapat dilakukan apabila seluruh Contracting State meratifikasi perubahan tersebut sesuai Pasal 66 Konvensi ICSID. Oleh karenanya tidak mengejutkan
jika Konvensi ICSID tidak pernah diamandemen sebelumnya.
320
Andrew P. Tuck, “Investor-State Arbitration Revised : A Critical Analysis of The Revisions and Proposed Reforms to the ICSID and UNCITRAL Arbitration Rules,
” Law and Business Review of The
Americas ,
vol. 13,
issue 4,
2007, hlm.
889, diakses
dari http:search.proquest.comdocview194659652?accountid=50257.
321
Amandemen ICSID Arbitration Rule Tahun 2006, Aturan 39, 41, 37, 48, dan 6.
322
Steven P. Finizio et al., “Recent Developments in Investor-State Arbitration: Effective Use of Provisional Measures,” European Arbitration Review, Global Arbitration Review, 2007, diakses
dari http: www.globalarbitrationreview.comear04_icsid.cfm., tanggal 21 Oktober 2013.
Universitas Sumatera Utara
164 Aturan 32 ICSID Arbitration Rules berbunyi :
1 The oral procedure shall consist of the hearing by the Tribunal of the parties,
their agents, counsel and advocates, and of witnesses and experts Prosedur
lisan terdiri dari dengar pendapat para pihak oleh Majelis, agen, penasehat dan pengacara, dan saksi serta saksi ahli.
2 Unless either party objects, the Tribunal, after consultation with the
Secretary-General, may allow other persons, besides the parties, their agents, counsel and advocates, witnesses and experts during their testimony, and
officers of the Tribunal, to attend or observe all or part of the hearings, subject to appropriate logistical arrangements. The Tribunal shall for such
cases establish procedures for the protection of proprietary or privileged information
Kecuali salah satu objek pihak, majelis, setelah berkonsultasi dengan Sekretaris-Jenderal, dapat membolehkan orang lain, di samping para
pihak, agen, penasihat dan advokat, saksi dan ahli selama kesaksian, dan petugas dari majelis, untuk menghadiri atau mengamati semua atau sebagian
dari persidangan, tunduk sesuai aturan logistik. Untuk sengketa seperti itu Majelis harus menetapkan prosedur untuk melindungi informasi hak milik
atau hak istimewa.
3 The members of the Tribunal may, during the hearings, put questions to the parties, their agents, counsel and advocates, and ask them for explanations
Para anggota Majelis dapat, selama sidang dengar pendapat, bertanya kepada para pihak, agen, penasihat dan advokat, dan memintanya untuk menjelaskan.
Aturan 32 ICSID Arbitration Rules versi lama, majelis arbitrase dapat
memberi izin kepada pihak lain untuk hadir dalam dengar pendapat. Hanya jika terdapat persetujuan dari para pihak. Kemudian dalam rangka upaya penerapan
keterbukaan yang lebih maksimal, maka dalam lembaga ICSID dilakukan amandemen Aturan 32 tentang Oral Prosedur. Dalam sengketa tertentu, hal tersebut
dapat berguna untuk mendengar pendapat pihak lain selain para pihak yang terkait langsung dalam proses arbitrase. Terbukanya dengar pendapat akan menunjukkan
kepada publik mengenai keterbukaan proses arbitrase ICSID yang lebih luas.
323
323
Lihat Andrew P. Tuck, “Investor – State Arbitration Revised : A Critical Analysis of the
Universitas Sumatera Utara
165 Amandemen Aturan 32 ayat 2 ICSID Arbitration Rules membolehkan
majelis untuk mengizinkan pihak lain selain para pihak, wakilnya dan sebagainya untuk menghadiri dengar pendapat hearing atau hal lain yang di buka untuk publik,
tanpa persetujuan kedua belah pihak, majelis arbitrase juga dapat mempertimbangkan pandangan atas sengketa para pihak dan hasil konsultasi dengan Sekretariat.
324
Amandemen tersebut mensyaratkan majelis, jika dimungkinkan, untuk menetapkan prosedur untuk melindungi informasi yang dimiliki dan membuat pengaturan logistik
yang tepat.
325
Hal tersebut konsisten dengan Pasal 48 ayat 5 Konvensi ICSID yang melarang
ICSID mempublikasi “suatu putusan tanpa kesepakatan para pihak.” Aturan 37 ICSID Arbitration Rules berbunyi :
1 If the Tribunal considers it necessary to visit any place connected with the
dispute or to conduct an inquiry there, it shall make an order to this effect. The order shall define the scope of the visit or the subject of the inquiry, the
time limit, the procedure to be followed and other particulars. The parties may participate in any visit or inquiry
jika majelis menganggap perlu untuk mengunjungi tempat yang terkait dengan sengketa atau untuk melakukan
penyelidikan di sana, maka akan dibuat perintah untuk itu. Perintah tersebut harus menentukan ruang lingkup kunjungan atau subjek penyelidikan, batas
waktu, prosedur yang harus diikuti dan keterangan lainnya. Para pihak dapat berpartisipasi dalam setiap kunjungan atau penyelidikan.
2 After consulting both parties, the Tribunal may allow a person or entity that is
not a party to the dispute in this Rule called the “nondisputing party” to file a written submission with the Tribunal regarding a matter within the scope of
the dispute. In determining whether to allow such a filing, the Tribunal shall consider, among other things, the extent to which
Setelah berkonsultasi kedua belah pihak, majelis dapat mengizinkan orang atau badan yang bukan
merupakan pihak yang bersengketa dalam peraturan ini disebut bukan pihak
Revisions and Proposed Reform to The ICSID and UNCITRAL Arbitration Rules, ” Law and Business
Review of
the Americas
, Vo.
13, Issue
4, hlm.
892, diakses
dari http:search.proquest.comdocview194659652?accountid=50257.
324
Lihat juga ICSID Arbitration Rules, Aturan 32 ayat 2. Lihat Andrew P. Tuck, ibid.
325
Lihat ICSID Arbitration Rules, Aturan 32 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
166 sengketa untuk mengajukan keikutsertaannya secara tertulis kepada majelis
mengenai masalah sesuai lingkup sengketa. Dalam menentukan apakah akan mengizinkan pengajuan tersebut, majelis harus mempertimbangkan, antara
lain , sejauh mana : a
the non-disputing party submission would assist the Tribunal in the determination of a factual or legal issue related to the proceeding by
bringing a perspective, particular knowledge or insight that is different from that of the disputing parties
pihak di luar sengketa akan membantu majelis dalam penentuan isu faktual atau hukum yang terkait pada
persidangan dengan memberikan pandangannya, pengetahuan atau wawasan tertentu yang berbeda dari para pihak yang bersengketa.
b the non-disputing party submission would address a matter within the
scope of the dispute pihak di luar sengketa mengusulkan akan mengatasi
masalah dalam lingkup sengketa. c
the non-disputing party has a significant interest in the proceeding pihak di luar sengketa memiliki kepentingan yang signifikan dalam
persidangan. The Tribunal shall ensure that the non-disputing party submission does not
disrupt the proceeding or unduly burden or unfairly prejudice either party, and that both parties are given an opportunity to present their observations on the
non-disputing party submission
majelis harus memastikan bahwa pengajuan pihak di luar sengketa tidak mengganggu persidangan atau membebani atau
menyebabkan ketidakadilan yang merugikan salah satu pihak, dan bahwa kedua belah pihak diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangannya atas
masuknya bukan pihak dalam sengketa.
Amandemen Aturan 37 ayat 2 ICSID Arbitration Rules merupakan langkah
baru yang membolehkan arbiter menerima masuknya pihak ketiga yang bukan merupakan pihak yang bersengketa, bahkan tanpa persetujuan para pihak, arbiter
hanya cukup berkonsultasi dengan para pihak, tetapi arbiter dapat mengesampingkan pendapat para pihak. Aturan 37 tersebut mengatur lebih lanjut hal tambahan dalam
menentukan apakah pihak ketiga diterima atau tidak. Selanjutnya Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration Rules
mengatur publikasi harus atas persetujuan para pihak, tetapi kutipan putusan wajib dipublikasikan tanpa persetujuan para pihak. Christoph H.
Universitas Sumatera Utara
167 Schreuer
326
menyatakan bahwa : A party‟s right to unilaterally publish an award was never questioned during the
Convention‟s drafting, and absent any other agreement to the contrary, each party is free to make the award available to the public. ICSID practice has been
to treat other tribunal decisions as if they were awards for publication purposes. In other words, ICSID will not publish non-award decisions absent party
consent. Terjemahan : Hak seorang pihak untuk mempublikasi suatu putusan secara
sepihak tidak pernah dipertanyakan selama penyusunan Konvensi, dan tidak ada persetujuan lain sebaliknya, setiap pihak bebas untuk mempublikasi putusan.
Dalam prakteknya ICSID telah mengambil keputusan majelis lain yang dilakukan untuk tujuan publikasi. Dengan kata lain, ICSID tidak akan
mempublikasi putusan tanpa persetujuan pihak.
Tidak adanya kewajiban kerahasiaan secara umum yang termuat dalam
Konvensi ICSID atau Peraturan Arbitrase telah menunjukkan bahwa kewajiban kerahasiaan di bawah ICSID merupakan diskresi dari setiap Majelis ICSID.
Perubahan senada juga diatur dalam revisi Aturan 37 ICSID Arbitration Rules mengenai diterimanya partisipasi pihak ketiga dalam proses arbitrase dan akan
dibahas dalam sub bab tentang alasan perlunya keterbukaan putusan. Berkaitan dengan kerahasiaan putusan maka Christoph H. Schreuer
327
mengatakan bahwa : Unlike proceedings before courts of law, arbitration usually takes place behind
closed doors. Unlike judgments, arbitral awards are not necessarily made public. The reasons for confidentiality in arbitration most frequently mentioned are the
private nature of the agreement underlying arbitration, the desire to protect sensitive business information and the wish to spare the parties the
embarrassment of public litigation. Where states are parties to mixed arbitration, as in ICSID , the desire not to divulge accusations or findings of improper action
on their part is another strong motive.
Terjemahan : Tidak seperti persidangan di pengadilan, arbitrase umumnya
terjadi secara tertutup. Tidak seperti keputusan pengadilan, putusan arbitrase
326
Christoph H. Schreuer, op.cit., hlm 822-823.
327
Ibid, hlm. 819.
Universitas Sumatera Utara
168 tidak selalu dipublikasikan. Alasan kerahasiaan dalam arbitrase yang paling
sering disebutkan adalah sifat pribadi dari perjanjian yang mendasari arbitrase, keinginan untuk melindungi informasi bisnis sensitif dan keinginan untuk
mencegah malu atas litigasi publik. Apabila negara termasuk pihak arbitrase, seperti di ICSID, keinginan untuk tidak membocorkan tuduhan atau temuan
tindakan yang tidak tepat padanya adalah motif lain yang kuat.
Lebih lanjut dikatakan oleh Christoph H. Schreuer
328
bahwa : Art. 48 5 is addressed to the Centre only. It does not enjoin the parties from
releasing the award. The parties may agree to keep an award confidential. But if they do not, each party is free to make the award available to the public. Parties
to a number of ICSID arbitrations or their legal representatives have, in fact, released awards and other pertinent decisions for publication. A number of these
releases were accompanied by a statement along the following lines : We believe
that the Tribunal‟s Decision is the product of substantial study by eminent international jurists and that its publication will not only be of interest to the
international bar, but will serve generally to advance international law and order, and specifically the purposes of the Convention on the Settlement of
Investment Disputes between States and Nationals of Other States. Terjemahan : Pasal 48 ayat 5 hanya ditujukan kepada Centre. Tidak menyuruh
para pihak merilis putusan. Para pihak mungkin setuju untuk menjaga agar putusan tetap rahasia. Tapi jika tidak, masing-masing pihak bebas untuk
membuat putusan terbuka untuk umum. Sejumlah pihak arbitrase ICSID atau perwakilan hukumnya, pada kenyataannya, merilis putusan dan keputusan terkait
untuk dipublikasi. Beberapa di antaranya merilis dengan alasan : percaya bahwa keputusan majelis adalah produk dari pembelajaran para ahli hukum
internasional terkemuka dan publikasi tidak hanya menarik bagi pengacara internasional, namun secara umum akan memberikan kemajuan hukum
internasional dan memberi ketertiban, dan khususnya tujuan Konvensi Penyelesaian Perselisihan Investasi antara Negara dengan Warganegara lain.
Untuk memperluas syarat keterbukaan bagi arbiter yang menjadi hal penting
dalam sejumlah sengketa baru yang didaftarkan melalui ICSID dan untuk meningkatkan ruang lingkup bagi kemungkinan adanya konflik kepentingan maka
dilakukan amandemen juga terhadap Aturan 6 ayat 2 ICSID Arbitration Rules untuk
328
Ibid., hlm. 822.
Universitas Sumatera Utara
169 memastikan seorang arbiter tidak memihak dan independen. Amandemen Aturan 6
ayat 2 tersebut mensyaratkan arbiter terbuka, tidak hanya dalam hubungan yang lalu atau hubungan saat ini dengan para pihak, tetapi juga beberapa keadaan serupa untuk
memberikan pembenaran atas keraguan terhadap kemandirian putusan arbiter tersebut. Aturan 6 ICSID Arbitration Rules yang lama, sebaliknya arbiter hanya
disyaratkan untuk membuka setiap hubungan profesionalitasnya, hubungan bisnis dan hubungan lain jika ada di masa lalu dan sekarang dengan para pihak. Aturan 6 ayat
2 ICSID Arbitration Rules 2006 berbunyi : Before or at the first session of the Tribunal, each arbitrator shall sign a
declaration in the following form Sebelum atau pada sesi pertama majelis,
masing-masing arbiter harus menandatangani pernyataan bentuk berikut : “To the best of my knowledge there is no reason why I should not serve on the
Arbitral Tribunal constituted by the International Centre for Settlement of Investment
Disputes with
respect to
a dispute
between ___________________and___________________.
“Untuk yang terbaik dari pengetahuan saya tidak ada alasan bagi saya untuk tidak melayani Majelis
Arbitrase yang diatur oleh Pusat Internasional untuk Penyelesaian Perselisihan Investasi
sehubungan dengan
perselisihan antara
___________________and___________________. “I shall keep confidential all information coming to my knowledge as a result of
my participation in this proceeding, as well as the contents of any award made by the Tribunal
Saya akan merahasiakan semua informasi atas pengetahuan saya sebagai akibat dari keikutsertaan saya dalam sidang ini, serta isi dari
putusan yang dibuat oleh Majelis. “I shall judge fairly as between the parties, according to the applicable law, and
shall not accept any instruction or compensation with regard to the proceeding from any source except as provided in the Convention on the Settlement of
Investment Disputes between States and Nationals of Other States and in the Regulations and Rules made pursuant thereto
“Saya akan memutuskan dengan adil antara para pihak, menurut hukum yang berlaku, dan tidak akan menerima
perintah atau kompensasi berkaitan dengan persidangan dari sumber manapun kecuali ditentukan dalam Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan Investasi
Universitas Sumatera Utara
170 antara Negara dan Warganegara Lain serta peraturan yang dibuat sesuai
Konvensi. “Attached is a statement of a my past and present professional, business and
other relationships if any with the parties and b any other circumstance that might cause my reliability for independent judgment to be questioned by a party.
I acknowledge that by signing this declaration, I assume a continuing obligation promptly to notify the Secretary-General of the Centre of any such relationship
or circumstance that subsequently arises during this
proceeding.” “Terlampir adalah pernyataan a masa lalu saya dan profesionalisme saya, bisnis dan
hubungan lainnya jika ada dengan pihak-pihak dan b keadaan lain yang mungkin menyebabkan keandalan saya untuk mengadili secara independen
dipertanyakan oleh suatu pihak. Saya mengakui bahwa dengan menandatangani pernyataan ini, saya menganggap kewajiban selanjutnya segera memberitahu
kepada Sekretaris-Jenderal Centre atas setiap hubungan atau keadaan yang mungkin muncul selama persidangan ini.
Any arbitrator failing to sign a declaration by the end of the first session of the Tribunal shall be deemed to have resigned
Setiap arbiter yang tidak menandatangani suatu pernyataan pada akhir sesi pertama Majelis harus
dianggap telah mengundurkan diri.
Aturan 6 ayat 2 ICSID Arbitration Rules juga sama bunyinya dengan Pasal 13 ayat 2 ICSID Arbitration Additional Facility Rules yang mensyaratkan arbiter untuk
menandatangani sebuah pernyataan di antaranya bahwa arbiter akan terus merahasiakan isi dari setiap putusan yang dibuat oleh majelis arbitrase. Hal mana
secara umum diakui bahwa pihak yang bersengketa bebas untuk mempublikasikan putusan arbitrase untuk khalayak umum kecuali para pihak telah sepakat dalam
sengketa untuk menjaga kerahasiaan putusan. Hal ini tentu menyebabkan sebagian besar putusan ICSID dipublikasi dan menjadi milik umum serta dapat diakses secara
Universitas Sumatera Utara
171 bebas melalui internet.
329
Selain itu publikasi juga disebabkan karena daftar arbitrase ICSID tersedia untuk umum dan Sekretaris Jenderal ICSID memiliki kewajiban untuk
mempublikasikan informasi tentang permohonan arbitrase sebagaimana Peraturan 22 ayat 1 Administrative and Finacial Regulations bahwa :
The Secretary-General shall appropriately publish information about the operation of the Centre, including the registration of all requests for conciliation
or arbitration and in due course an indication of the date and method of the termination of each proceedings.
Terjemahan : Sekretaris-Jenderal harus secara tepat mempublikasi informasi tentang bekerjanya Centre, termasuk pendaftaran semua permintaan untuk
konsiliasi atau arbitrase dan menentukan tanggal pada waktunya dan metode atas penhentian setiap proses.
Demikian juga putusan ICSID yang ada memperlihatkan bahwa tidak ada
aturan umum yang memaksakan kewajiban kerahasiaan atau kewajiban keterbukaan dalam arbitrase ICSID. Bahkan di Belanda telah melakukan publikasi putusan
arbitrase sejak tahun akhir 1919 dengan aturan bahwa publikasi identitas lengkap para pihak tidak diizinkan kecuali terdapat persetujuan para pihak.
330
Jika di antara para pihak tidak ada diperjanjikan mengenai kerahasiaan ataupun keterbukaan, maka tidak
ada paksaan untuk wajib menjaga kerahasiaan dalam arbitrase ICSID. Konvensi ICSID atau aturan tambahan lainnya yang berlaku juga demikian, hal ini misalnya
329
Pengadilan nasional suatu negara juga mempengaruhi publikasi putusan arbitrase, karena publikasi serta merta mengikuti proses pelaksanaan putusan pada suatu pengadilan suatu negara.
330
Jan C. Schultsz, op.cit., hlm. 109.
Universitas Sumatera Utara
172 terdapat dalam putusan ICSID dalam Biwater Gauff v. Tanzania yang di dalamnya
tercatat bahwa :
331
In the absence of any agreement between the parties on this issue, there is no provision imposing a general duty of confidentiality in ICSID arbitration,
whether in the ICSID Convention, any of the applicable Rules or otherwise. Equally, however, there is no provision imposing a general rule of transparency
or non-confidentiality in any of these sources.
Terjemahan : tidak adanya suatu persetujuan antara para pihak mengenai isu kerahasiaan, tidak ada diatur untuk memaksa suatu kewajiban secara umum atas
kerahasiaan dalam arbitrase ICSID, baik dalam Konvensi ICSID, setiap aturan yang diterapkan atau lainnya. Namun, sebaliknya tidak ada aturan memaksa atas
keterbukaan atau tidak-rahasia dalam setiap sumber hukum tersebut.
Sangat menarik ketika majelis arbitrase dalam sengketa Biwater Gauff v. Tanzania
memberlakukan batasan kerahasiaan tertentu pada para pihak dalam rangka melindungi integritas prosedural arbitrase dan menghindari semakin runcingnya
sengketa, sehingga majelis arbitrase mengatur lingkup batas waktu kerahasiaan tersebut. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa pembatasan kerahasiaan itu
tidak diperbolehkan oleh majelis arbitrase sehubungan dengan putusan akhir. Kewajiban keterbukaan putusan dapat diadakan secara langsung oleh para pihak yang
bersepakat atau diadakan secara tidak langsung oleh aturan institusi arbitrase di mana para pihak menundukkan diri sesuai dengan prinsip otonomi para pihak.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Junji Nakagawa, dari Institut Ilmu Sosial, Universitas Tokyo mengenai
“transparansi putusan investasi, yang membahas mengenai kewajiban kerahasiaan, kewajiban transparansi dan hak transparansi.
331
Dalam Sengketa Biwater Gauff v. Tanzania, Putusan ICSID Case No. ARB0522, Procedural Order No. 3, tanggal 29 September 2006, Paragraph 121. Pertimbangan ini juga dijadikan
referensi oleh Majelis Arbitrase pada pertimbangan dalam sengketa Amco v. Indonesia 1983.
Universitas Sumatera Utara
173 Kewajiban kerahasiaan berarti bahwa putusan akan tetap rahasia. Kewajiban
transparansi berarti bahwa putusan harus terbuka untuk umum. Hak transparansi berarti bahwa diberikan hak kepada masing-masing pihak untuk memilih menjaga
kerahasiaan putusan atau memilih terbuka untuk umum. Dari ketiga hal itu masalah keterbukaan putusan sering menjadi perdebatan dan mengakibatkan perubahan
kesepakatan para pihak dan melibatkan majelis arbitrase dan lembaga arbitrase.
332
Lembaga arbitrase ICSID telah mengadopsi praktek keterbukaan terbaik secara internal dengan melaksanakan Pasal 48 ayat 5 Konvensi ICSID, Aturan 48
ayat 4 ICSID Arbitration Rules, dan Pasal 53 ayat 3 ICSID Additional Facility Arbitration Rules.
Pada tahap awal, ICSID meminta persetujuan publikasi kepada para pihak disetiap proses persidangan untuk mempublikasi dokumen sengketa, jika
disetujui maka Centre akan mempublikasikan perintah prosedural, keputusan dan putusan yang diambil oleh majelis. Jika tidak ada persetujuan para pihak, maka para
pihak akan diminta kembali untuk menyetujui publikasi atas putusan yang telah diambil. Selain itu, dua bulan setelah putusan, ketika putusan diberikan dan tidak ada
permohonan lain setelah putusan, misalnya pembatalan putusan maka ICSID akan mengirim surat kepada para pihak untuk meminta publikasi atas seluruh proses dan
substansi keputusan termasuk putusan jika tidak ada persetujuan publikasi diberikan sebelumnya. Jika kedua pihak setuju untuk publikasi, maka ICSID akan
mempersiapkan versi dokumen yang tidak dilengkapi tandatangan asli anggota
332
Federico Ortino, “External Transparency of Investment Awards,” Online Proceedings Working Paper
No. 4908, hlm. 1-2., diakses dari http:www.ssrn.comlinkSIEL-Inaugural- Conference.html., tanggal 18 Maret 2013.
Universitas Sumatera Utara
174 majelis arbitrase dengan tetap menunjukkan bahwa putusan tersebut telah
ditandatangani yang selanjutnya versi tersebut akan dipublikasikan dalam website ICSID.
333
Jika salah satu atau kedua pihak tidak menyetujui publikasi putusan, maka ICSID harus segera melakukan publikasi kutipan pertimbangan hukum majelis sesuai
Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration Rules 2006, kutipan mana berisi : 1.
The cover page of award sampul halaman putusan, 2.
The table of contents from the award daftar isi putusan, 3.
All headings and sub-heading contained in the body of the award seluruh judul dan sub-judl yang terkandung dalam badan putusan,
4. The introduction to the award, excluding facts pembukaan putusan, termasuk
fakta-faktanya, 5.
The procedural history section of the award bagian proses sejarah dari putusan,
6. The Tribunal‟s analysis of all issues, including applicable law jurisdiction,
damages and the parties‟ positions on each where introduced in the tribunal‟s analysis
analisis dari majelis atas seluruh isu, termasuk yurisdiksi hukum yang berlaku, kerusakan dan posisi para pihak disetiap bagian yang
disampaikan dalam analisis majelis, 7.
The section on costs bagian biaya, 8.
The operative part of the award , and bagian pelaksanaan putusan, dan, 9.
Any other parts that do not discuss the facts of the dispute setiap bagian lain yang tidak membahas mengenai fakta sengketa.
Kutipan tersebut disertai dengan penjelasan singkat tentang fakta-fakta untuk
menyiapkan agar kutipan tersebut membantu pembaca untuk dapat memahami pertimbangan hukum majelis, akan tetapi akan menghilangkan kerahasiaan informasi
serta para pihak selalu berkonsultasi sebelum publikasi putusan.
333
Dalam Meg Kinnear, Eloise Obadia and Michael Gagain, op.cit., hlm. 119. Lihat juga sengketa RSM Production Corporation and Others v. Grenada, ICSID Case No. ARB106 catatan
65 dan sengketa Murphy Exploration and Production Company International v. Republic of Ecuador, ICSID Case No. ARB084, putusan tanggal 15 Desember 2010.
Universitas Sumatera Utara
175 Kewajiban centre untuk publikasi kutipan juga meluas pada pembatalan,
revisi dan interpretasi putusan sesuai Pasal 52 ayat 4 Konvensi ICSID, Aturan 53 dan Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration Rules 2006, serta Pasal 53 ayat 3, Pasal
55 ayat 3, Pasal 56 ayat 3 dan Pasal 57 ayat 3 Additional Facility Arbitration Rules
2006. Sebelumnya, kutipan putusan dipublikasi oleh ICSID dalam jurnal hukum, jurnal investasi ICSID dan juga saat ini dalam website khusus milik ICSID.
Upaya publikasi putusan yang dilakukan oleh ICSID terhadap sengketa yang ada sejak tahun 1972 merupakan bentuk proyek keterbukaan untuk mempromosikan
pemahaman publik atas proses penyelesaian sengketa melalui ICSID dan peraturan investasi secara internasional.
Indikasi bahwa ICSID akan melaksanakan mandat publikasi secara agresif pada tingkat yang lebih tinggi sebagai akibat dari amandemen Pasal 48 ICSID
Arbitration Rules 2006 didasarkan atas dua alasan yaitu :
334
pertama, kebanyakan putusan akhir telah dipublikasi oleh ICSID secara keseluruhan. Kedua, ketika para
pihak secara sepihak masih mencegah ICSID untuk mempublikasi seluruh salinan putusan, hal tersebut membenarkan bahwa tidak ada aturan dalam ICSID yang pernah
mencegah, atau mencegah sebagian para pihak dari publikasi putusan secara sepihak. Dengan kata lain, baik Pasal 48 ayat 5 baru maupun yang lama, menekankan suatu
lapisan kesepakatan kerahasiaan setelah putusan pada investor-pengugat lain atau negara-tergugat lain, meskipun kerahasiaan tidak akan menjamin bagi suatu pihak
334
Christoph H. Schreuer, Loretta Malintoppi, August Reinisch and Anthony Sinclair, The ICSID Convention: A Commentary,
Second Edition, United Kingdom : Cambridge University Press, 2009, hlm. 260.
Universitas Sumatera Utara
176 untuk mempublikasi dokumen putusan arbitrase secara sepihak sebelum putusan
dijatuhkan. Berdasarkan data yang diolah dari website resmi lembaga ICSID periode
tahun 2003 sampai pada tahun 2007, dapat dirinci yaitu pada tahun 2003, terdapat 15 putusan yang diselesaikan sesuai aturan arbitrase ICSID dan 9 putusan telah
dipublikasi. Pada tahun 2004, setidaknya ada 9 putusan yang diselesaikan sesuai aturan arbitrase ICSID dan 6 putusan telah dipublikasi. Pada tahun 2005, terdapat 13
putusan yang diselesaikan sesuai aturan ICSID, dan 8 putusan telah dipublikasi. Kemudian pada tahun 2006, setidaknya 13 putusan diselesaikan sesuai aturan
arbitrase ICSID, dan 6 putusan telah dipublikasi. Pada tahun 2007, terdapat 21 putusan yang diberikan sesuai arbitrase ICSID dan 13 putusan telah dipublikasi. Pada
tahun 2008, terdapat 25 putusan yang diberikan sesuai arbitrase ICSID dan 10 putusan telah dipublikasi. Dengan demikian lebih banyak yang telah dipublikasi
dibandingkan yang tidak dipublikasi. Periode tahun ini diambil dengan patokan amandemen Konvensi ICSID tahun 2006 untuk mengukur besarnya keterbukaan
putusan arbitrase ICSID. Sebagaimana dapat ditunjukkan dalam tabel berikut :
335
335
Sumber : diolah dari data yang dimuat https:icsid.worldbank.orgICSIDFrontServlet?requestType=CasesRHreqFrom=MainactionVal=
ViewAllCases., diakses tanggal 31 Desember 2013.
Universitas Sumatera Utara
177
Tabel 1 : Perbandingan Putusan Akhir yang Dipublikasi dan Rahasia Tahun 2003
–2007
Tahun Putusan
Final Publikasi
Rahasia
2003 15
9 6
2004 9
6 3
2005 13
8 5
2006 13
6 7
2007 21
13 8
Jumlah 71
42 29
Selanjutnya periode tahun 2009 sampai pada tahun 2013 yaitu setelah amandemen Konvensi ICSID ICSID Arbitration Rules, pada tahun 2009, terdapat 25
putusan diselesaikan sesuai aturan arbitrase ICSID, 11 putusan telah dipublikasi dan 14 putusan yang tersisa masih rahasia. Pada tahun 2010, terdapat 26 putusan yang
diselesaikan sesuai aturan arbitrase ICSID dan 18 putusan telah dipublikasi. Pada tahun 2011, terdapat 19 putusan yang diselesaikan sesuai aturan ICSID, dan 16
putusan telah dipublikasi. Kemudian pada tahun 2012, terdapat 16 putusan diselesaikan sesuai aturan arbitrase ICSID, dan 7 putusan telah dipublikasi. Pada
tahun 2013, terdapat 28 putusan yang diberikan sesuai arbitrase ICSID dan 12 putusan telah dipublikasi. Dengan demikian dari seluruh jumlah tersebut maka lebih
banyak yang telah dipublikasi dibandingkan yang tetap menjaga kerahasiaan putusan. Sebagaimana dapat ditunjukkan dalam tabel berikut :
336
336
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
178
Tabel 2 :
Perbandingan Putusan Akhir yang Dipublikasi dan Rahasia Tahun 2008-2013
Tahun Putusan
Final Publikasi
Rahasia
2008 25
10 15
2009 25
11 14
2010 26
18 8
2011 19
16 3
2012 16
7 9
2013 28
12 16
Jumlah 139
74 65
Berdasarkan data tersebut di atas, diperoleh fakta bahwa setelah amandemen Konvensi ICSID dan ICSID Arbitration Rules pada tahun 2006 khususnya Pasal 48
tentang putusan yang pada intinya telah mengatur keterbukaan secara lebih luas, ternyata terjadi peningkatan jumlah putusan yang dipublikasi dibandingkan dengan
putusan yang masih tetap menjaga kerahasiaan pertimbangannya. Hal tersebut menunjukkan semangat pada keterbukaan yang lebih luas yang diinspirasi oleh
arbitrase antara investor dengan negara. Meskipun sistem arbitrase ICSID berbeda dengan institusi arbitrase
internasional lainnya misalnya arbitrase komersial, namun berasal dari benih yang sejenis, bahkan preseden dan prosedur dari konteks arbitrase juga dipindahkan ke
dalam arbitrase komersial dan saat ini juga banyak dari putusan arbitrase komersial telah dipublikasikan agar dapat diketahui oleh publik di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
179 Sureda
337
mengatakan bahwa dipublikasikannya putusan arbitrase ICSID dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya kasus arbitrase yang menyangkut negara
dan karena adanya perhatian yang meningkat dari masyarakat luas untuk mengetahui apa yang tengah terjadi atau sengketa-sengketa apa yang telah terjadi yang
melibatkan negara. Julie A. Maupin
338
dalam artikelnya mengatakan bahwa tingkat keterbukaan saat ini semakin meningkat karena :
First, the foundational texts which provide the architecture of the system including the ICSID and New York Conventions; second, the contents of a large
proportion of the existing stock of bilateral and regional investment treaty texts and domestic investment statutes; third, the model investment treaty-making
processes employed prospectively by major developed countries and increasingly also by democratic developing countries; fourth, the content of the
laws and regulations imposed by host states upon foreign investors and their investments; and fifth, the conduct of investor-state dispute resolution
proceedings and their outcomes under NAFTA and, to a lesser extent, under ICSID.
Terjemahan : pertama, sistem yang mendasari termasuk ICSID dan New York Konvensi; kedua, isi sebagian besar dari perjanjian investasi bilateral dan
regional dan undang-undang penanaman modal nasional; ketiga, penyusunan model investasi yang digunakan oleh negara-negara maju dan juga negara-negara
berkembang yang demokratis; keempat, isi hukum dan peraturan yang diberlakukan oleh negara penerima investasi atas investor asing dan investasinya;
dan kelima, aturan proses penyelesaian sengketa investor-negara dan hasilnya sesuai NAFTA dan tingkat lain yang lebih rendah sesuai ICSID.
337
Andres Rego Sureda, “ICSID : An Overview,” 13 World Arb. Mediation Rep. 167 2002,
hlm. 168 sebagaimana dikutip dalam Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal, Bandung : CV. Keni Media, 2011, hlm. 110.
338
Julie A. Maupin, “Transparency in International Investment Law : The Good, The Bad, and The
Murky, ”
Forthcoming Cambridge
University Press
, 2013,
diakses dari
http:papers.ssrn.comsol3papers.cfm?abstract_id=2058195.
Universitas Sumatera Utara
180 Jika pengguna arbitrase investasi menginginkan manfaat atas suatu sistem yang
didasarkan oleh hukum, maka dianjurkan tidak menolak keterbukaan terhadap putusan arbitrase.
N. Alasan Perlunya Keterbukaan Putusan Arbitrase ICSID