Kewenangan ICSID Lembaga ICSID 1. Sejarah ICSID

112 Penyelesaian Perselisihan Investasi antara Negara dan Warga Negara Lain pada tanggal yang tertera. Dari jumlah tersebut sebanyak 150 negara telah meratifikasi dalam peraturan nasionalnya dan 9 negara yang belum meratifikasi yaitu Belize, Republik Dominika, Ethiopia, Guinea-Bissau, Republik Kirgiztan, Namibia, Federasi Rusia, San Marino dan Thailand. 263 Indonesia meratifikasi Konvensi ICSID melalui Undang-Undang Nomor 5 tahun 1968 Lembaran Negara Nomor 32 tahun 1968 yakni Undang-Undang Tentang Persetujuan Atas Konvensi Tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara dengan Warga Negara Asing Mengenai Penanaman Modal Konvensi ICSID. Undang-undang ini singkat saja hanya terdiri dari 5 pasal dan dalam Pasal 2 disebutkan bahwa “sesuatu perselisihan tentang penanaman modal antara Republik Indonesia dan warga negara asing diputuskan menurut Konvensi ICSID dan pemerintah mewakili Republik Indonesia dalam perselisihan tersebut untuk hak substitusi.”

2. Kewenangan ICSID

Tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase. Beberapa konvensi internasional menjelaskan dan membatasi sengketa apa saja yang dapat diselesaikan melalui arbitrase, antara lain : Pasal 1 Protocol Genewa Tahun 1923 mendefinisikan sengketa yang dapat diarbitrase sebagai : 263 http:icsid.worldbank.orgICSIDgt, diakses tanggal 30 Desember 2013. Universitas Sumatera Utara 113 Any differences that may arise in connection with such contract relating to commercial matters or to any other matter capable of settlement by arbitration. Terjemahan : segala perbedaan yang mungkin timbul dalam hubungan dengan ikatan kontrak berkenaan dengan komersial atau hal lain yang dapat diselesaikan melalui arbitrase. Pasal II ayat 1 Konvensi New York 1958, membatasi hal dapat diselesaikan melalui arbitrase bahwa : Arisen or which may arise between them in respect of a defined legal relationship whether contractual or not concerning a subject matter capable of settlement by arbitration. Terjemahan : yang ditimbulkan atau yang akan timbul antara para pihak menyangkut hubungan hukum yang sah apakah mengenai kontraktual atau berkaitan dengan hal lain yang diselesaikan melalui arbitrase. Pasal 7 United Nation Model Law 1985 mengacu pada : Disputes which have arisen or which may arise between them in respect of a defined legal relationship, whether contractual or not. Terjemahan : Perselisihan yang timbul atau yang mungkin timbul di antara para pihak berkaitan dengan hubungan hukum yang ditetapkan, baik kontrak atau bukan. Pasal 1 International Chamber of Commerce ICC menjelaskan bahwa : They apply to arbitration agreements for settling : business disputes of an international character . Terjemahan : para pihak menggunakan perjanjian arbitrase untuk menyelesaikan sengketa bisnis yang berkarakter internasional. Premis No. 1 UNCITRAL Arbitration Rules 1976 membatasi kewenangannya hanya terbatas pada ”Disputes arising in the context of international commercial relation ” sengketa yang timbul dalam konteks hubungan komersial internasional. Universitas Sumatera Utara 114 Pasal 25 ayat 1 Konvensi ICSID 1965 membatasi kewenangan Centre yaitu : The Jurisdiction of the Centre shall extend to any legal dispute arising directly out of an investment between a contracting state or any constituent subdivision or agency of a Contracting State designated to the Centre by that state and a national or another Contracting State, which the parties to the dispute consent in writing to submit to the Centre. When the parties have given their consent, no party may withdraw its consent unilaterally. Terjemahan : kewenangan dari Centre harus meluas pada setiap sengketa hukum yang timbul secara langsung dari suatu investasi antara suatu negara peserta atau setiap subdivisi atau badan dari negara peserta yang menunjuk pada Centre oleh negara itu dan warga dari negara peserta lain, yang mana para pihak sengketa menyetujui secara tertulis untuk mengajukannya pada Centre . Dalam hal para pihak sudah memberikan persetujuannya, tidak satupun pihak yang dapat menarik persetujuannya secara sepihak. ICSID merupakan suatu badan administratif dan bukan badan judisial, namun juga sebagai badan hukum internasional yang mirip dengan Mahkamah Internasional. ICSID juga bukan badan arbitrase komersial seperti ICC International Chamber of Commerce, melainkan suatu badan arbitrase pilihan yang menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa investasi antara investor asing dengan salah satu negara anggota ICSID contracting state atau badan suatu negara anggota ICSID yang telah menandatangani perjanjian awal yang disebut BIT Billateral Investment Treaty untuk memilih ICSID sebagai lembaga penyelesaian sengketa di kemudian hari. ICSID dipilih karena penyelesaian melalui pengadilan nasional dikhawatirkan akan berakibat adanya putusan yang tidak adil bagi investor asing. ICSID dikembangkan sebagai suatu promosi terhadap investasi dan pembangunan ekonomi yang kemudian menjadi pilihan utama dalam Universitas Sumatera Utara 115 menyelesaikan sengketa investasi sebagaimana syarat-syarat penyelesaian sengketa investasi. ICSID juga menjadi pilihan karena beberapa kelebihan yaitu sistemnya yang berdasarkan sukarela sesuai dengan Pasal 67 dan 25 ayat 4 Konvensi, fleksibel sebagaimana dapat diketahui dari aturan konvensi dan bersifat efektif sesuai Pasal 25 ayat 1, Pasal 26, Pasal 53 ayat 1 dan Pasal 54 ayat 2 Konvensi ICSID. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ibrahim F.I. Shihata 264 bahwa “the main features of the system ICSID ‟s founders devised for this instrument include its voluntary character, its flexibility, and its effectiveness of the ICSID system” tujuan utama pendiri sistem ICSID yang dirancang untuk instrumen ini adalah termasuk karakter sukarela, fleksibilitas, dan efektifitas sistem ICSID. Perjanjian investasi umumnya disimpulkan antara dua negara yang berbeda dengan tujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi warga negara masing-masing negara. Kelebihan utama dari perjanjian investasi menurut Colin Y.C. Ong 265 meliputi : a. Mengizinkan gugatan investor terhadap negara tanpa harus melepaskan perlindungan domestik; b. Memungkinkan investor asing untuk menggunakan haknya dalam perjanjian investasi guna mengajukan tuntutan kerugian; c. Memungkinkan investor untuk langsung melaksanakan putusan tanpa melalui pengadilan domestik. 264 Ibrahim F.I. Shihata, “Towards a Greater Depoliticization of Investment Disputes : The Roles of ICSID and MIGA, ” 1 Foreign Investment Law Journal 1-12, 1986 dalam Arbitration Chapter VIII, Teaching Materials of Harvard law School, Chambridge, Massachussets, USA, Spring 1996, hlm. 659-665. 265 Colin Y.C. Ong, “Arbitration and Investment Disputes,” Artikel dari Bulletin Triwulan Arbitrase Indonesia , Vol. IIJan-Mar 2008, di unduh tanggal 25 Februari 2012 dari www.bani-arb.org. Universitas Sumatera Utara 116 Arbitrase ICSID umumnya dikenal untuk keuntungan sebagai berikut: 266 a. Proses ICSID selalu menjaga kemandiriannya dari sistem pengadilan nasional dalam negeri dan diatur dengan aturan ICSID yang relevan dengan prinsip-prinsip hukum internasional. Konvensi ICSID tidak mengizinkan adanya intervensi atas perlindungan diplomatik atau kekebalan yang akan diberikan dalam proses arbitrase. b. Putusan ICSID relatif mudah dilaksanakan lebih dari putusan arbitrase komersial yang harus dilaksanakan di bawah Konvensi New York 1958. Berdasarkan Konvensi ICSID, putusan ICSID secara otomatis dapat dilaksanakan tanpa menggugat sebelumnya kepada pengadilan nasional dari semua negara peserta. Singkatnya putusan ICSID harus diperlakukan seolah-olah itu keputusan akhir dari pengadilan nasional. c. Sekretariat Jenderal ICSID memiliki staf hukum dan berpengalaman luas yang membantu memberikan dukungan administrasi secara luas. Majelis arbitrase selalu diberi sekretaris pribadi yang akan membantu Majelis arbitrase dalam bertindak secara netral dalam komunikasi antara para pihak dan arbiter. Sekretaris tidak hanya akan mengadakan telekonferensi atau pertemuan fisik, tetapi juga akan menyimpan catatan dari semua pertemuan dan dengar pendapat, membantu untuk memproses pembayaran majelis arbitrase dan yang lebih penting juga membantu majelis dalam mempersiapkan setiap permintaan konsep prosedural. d. Senyatanya bahwa ICSID berada di bawah Kelompok Bank Dunia, maka hal ini memberikan pengaruh yang lebih besar dalam mendorong negara anggota mematuhi putusan. Negara peserta umumnya takut tidak dapat memperoleh pinjaman di masa yang akan datang dari Bank Dunia dan ini dapat menjadi faktor penghambat dalam memastikan bahwa negara peserta menyesuaikan dengan putusan yang dikeluarkan terhadapnya. ICSID membebankan biaya administrasi yang relatif jauh lebih rendah daripada arbitrase komersial seperti ICC. Selain pengeluaran dan biaya yang biasa, biaya arbiter ICSID umumnya ditentukan dan arbiter berhak untuk memiliki biaya tetap relatif kecil yang kurang dari US 3000 per hari dari pertemuan atau pekerjaan persiapan lainnya yang dilakukan sehubungan dengan proses arbitrase. 266 Ibid. Universitas Sumatera Utara 117 Pasal 6 ayat 1 huruf a sampai c Konvensi ICSID berbunyi : 1 Without prejudice to the powers and functions vested in it by other provisions of this Convention, the Administrative Council shall Dengan tidak mengurangi kekuasaan-kekuasaan dan fungsi-fungsi yang berada padanya oleh ketentuan-ketentuan lain dalam konvensi ini, Dewan Administratif harus: a adopt the administrative and financial regulations of the Centre mengesahkan peraturan administrasi dan keuangan pada Centre. badopt the rules of procedure for the institution of conciliation and arbitration proceedings mengesahkan aturan-aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan arbitrase. c adopt the rules of procedure for conciliation and arbitration proceedings hereinafter called the Conciliation Rules and the Arbitration Rules mengesahkan aturan-aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan arbitrase selanjutnya disebut sebagai Aturan Konsiliasi dan Aturan Arbitrase. Sesuai dengan pasal tersebut, Dewan Administratif ICSID menyusun regulasi dan aturan untuk melengkapi ketentuan ICSID, yang secara umum digunakan sebagai regulasi dan aturan ICSID yaitu : pertama, Administrative and Financial Regulations, yang mengatur tentang administrasi ICSID secara detail tentang proses konsiliasi dan arbitrase. Kedua, Rule of Procedure for the Institution of Conciliation and Arbitration Proceedings Institution Rules, yang mengatur prosedur untuk menggunakan proses konsiliasi dan arbitrase sesuai Konvensi ICSID. Ketiga, Rules of Procedure for Conciliation Proceedings Conciliation Rules, yang mengatur prosedur serupa bagi pelaksanaan proses konsiliasi, dan keempat, Rules of Procedure for Arbitration Proceedings Arbitration Rules, yang mengatur tentang prosedur untuk pelaksanaan berbagi tahapan suatu proses Universitas Sumatera Utara 118 arbitrase, termasuk konstitusi Majelis Arbitrase, presentasi oleh para pihak atas sengketanya dan penyusunan putusan arbitrase. Selain menyediakan fasilitas untuk proses konsiliasi dan arbitrase sesuai konvensi, ICSID juga menyusun suatu fasilitas tambahan yang disebut “ICSID Additional Facility Rules AF ” sejak tahun 1978 untuk menyelesaikan sengketa tertentu di luar lingkup sengketa yang ditentukan oleh konvensi yang tidak timbul secara langsung dari investasi dan untuk sengketa investasi di mana salah satu pihaknya bukan negara anggota ICSID, namun tunduk pada aturan ICSID atau terjadi sengketa dengan negara anggota ICSID contracting state. 267 Sebagai contoh dalam Chapter 11 NAFTA North Amrican Free Trade Agreement yang mengatur investasi asing dan menyediakan penyelesaian sengketa investasi antara pemerintah sebagai negara anggota dan suatu investor swasta dari negara anggota lain, sengketa mana dapat tunduk pada arbitrase di bawah Konvensi ICSID di mana pemerintah dan investor keduanya dari negara anggota. ICSID Additional Facility Rules ditujukan untuk digunakan oleh para pihak yang memiliki hubungan kepentingan ekonomi jangka panjang dengan pihak negara yang bersengketa dan terdiri dari komitmen sumber daya yang substansial pada bagian dari salah satu pihak. Fasilitas tersebut tidak didesain untuk melayani sengketa yang masuk dalam konvensi ICSID yang termasuk 267 Sherif. H. Seid, Global Regulation of Foreign Direct Investment, England : Ashgate Publishing Limited, 2002, hlm. 164. Universitas Sumatera Utara 119 sengketa transaksi komersial umum. Sekretaris-Jenderal ICSID juga harus memberi persetujuan terlebih dulu atas perjanjian yang menggunakan “additional facility.” Fasilitas tersebut memiliki aturan arbitrase sendiri yang menyerupai regulasi dan aturan ICSID. Arbitrase ICSID diatur dalam Konvensi yang dilengkapi dengan peraturan dan aturan yang diadopsi oleh Dewan Administratif ICSID, termasuk peraturan prosedur aturan arbitrase ICSID Arbitration Rules sesuai Pasal 6 ayat 1 huruf c. Meskipun Konvensi ICSID dan Aturan Arbitrase ICSID berisi beberapa ketentuan yang mencerminkan sifat unik “publik-privat” dari sengketa antara investor dan negara, 268 Struktur dan inti isinya misalnya bahwa para pihak mengontrol komposisi majelis dan hukum yang berlaku dari Aturan ICSID yang dibentuk pada aturan arbitrase komersial internasional seperti peraturan Arbitrase UNCITRAL dan Aturan ICC. 269 Aturan-aturan arbitrase komersial internasional ini juga digunakan dalam arbitrase non-ICSID selain NAFTA. 270 Oleh karena itu, perjanjian arbitrase investasi bergantung pada desain 268 Sebagai contoh, suatu putusan arbitrase tidak dapat dilakukan suatu peninjauan kembali melalui pengadilan nasional suatu negara di mana suatu putusan akan dilaksanakan, dan ketentuan “public policy” suatu negara tidak mengatur dasar penolakan pengakuan putusan Pasal 54 ayat 1 Konvensi ICSID. 269 ICC, ICC Arbitration Rules of 1998 , dalam http:www.iccwbo.orguploadedFilesCourtArbitrationotherrules_arb_english.pdf, diunduh 20 Januari 2014. 270 Pada tahun 2008, terdapat 20 dari 21 sengketa investor melawan negara yang diselesaikan melalui ICSID atau ICSID Additional Facility, 83 sengketa diselesaikan melalui UNCITRAL Rules, 17 sengketa diselesaikan melalui peraturan arbitrase Stockholm Chamber of Commerce, dan 5 sengketa diselesaikan melalui ICC Rul es, lihat dalam UNCTAD, “Latest Developments in Investor- State Dispute Settlement,” 2009, http:unctad.orgenDocswebdiaeia20103_en.pdf, diunduh 22 Januari 2014. Universitas Sumatera Utara 120 prosedural arbitrase komersial internasional, 271 meskipun ada perbedaan yang jelas antara arbitrase komersial klasik dan arbitrase investasi. ICSID tidak menyelesaikan sengketa antar subjek hukum perdata, namun hanya menyelesaikan sengketa antara pemerintah sebagai subjek publik dengan investor sebagai subyek hukum perdata. Kedudukan pemerintah sebagai subjek hukum publik karena pemerintah yang mengeluarkan berbagai izin terkait dengan investasi yang dilakukan oleh investor di wilayah pemerintahannya. Lebih jauh, dikatakan bahwa konvensi yang dikembangkan secara internasional bagi penyelesaian sengketa investasi ini ditujukan untuk menyelesaian sengketa investasi yang meningkat mengikuti investasi asing dan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi dari host state. 272 Hal tersebut menjadi teori yang digunakan dalam putusan AMCO v. Indonesia yang dalam pertimbangannya Majelis Arbitrase menyatakan bahwa 273 melindungi investasi adalah “… to protect investments is to protect the general interest of development and developing countries” melindungi kepentingan umum pembangunan dan negara-negara berkembang. Manakala suatu sengketa muncul, ICSID akan membentuk suatu panel arbitrase atau konsiliasi untuk menanganinya. Selanjutnya, peranan ICSID 271 Van Harten dan Loughlin me mberi argument bahwa “investment treaties incorporate arbitration treaties in order to provide an institutional forum and procedural framework for investment arbitration” , dalam G. Van Harten and M. Loughlin, “Investment Treaty Arbitration as a Species of Global Administrative Law, ” 17 EJIL 1, 2006, 121, 126. Lihat juga, G. Van Harten, “The Public-Private Distinction in the International Arbitration of Individual Claims Against The State, ”56 ICLQ 2 , 2007, 377. 272 Sherif H. Seid, op.cit., hlm. 12. 273 Ibid. Universitas Sumatera Utara 121 hanyalah mengawasi jalannya persidangan dan memberikan aturan-aturan hukum acaranya. Hasil penelitian dari George R. Delaume 274 tentang ICSID menyimpulkan bahwa : Pertama, tidak seperti lembaga-lembaga arbitrase komersial lainnya, ICSID seperti telah diuraikan sebelumnya, merupakan suatu organisasi internasional yang dibentuk oleh Konvensi Washington yang berlaku pada tanggal 14 Oktober 1966; Kedua, ICSID adalah suatu organisasi yang terkait associated dengan Bank Dunia, keterkaitan tersebut membawa akibat penting yaitu : Pertama, bahwa tujuan utama badan ICSID adalah untuk meningkatkan iklim saling percaya dan menguntungkan antara negara dengan investor untuk meningkatkan arus sumber kekayaan kepada negara sedang berkembang berdasarkan syarat-syarat yang beralasan. Oleh karena itu ICSID tidak dapat dipandang semata-mata sebagai suatu mekanisme penyelesaian sengketa, namun juga meningkatkan perkembangan ekonomi negara sedang berkembang. Kedua, karena Bank Dunia memberi subsidi kepada ICSID, maka biaya arbitrase menjadi relatif lebih murah; Ketiga, persidangan arbitrase ICSID dapat dilaksanakan dalam konteks hukum internasional yang ditetapkan dalam Konvensi ICSID serta peraturan dan aturan yang dibuat guna pelaksanaannya. Tidak seperti arbitrase komersial, ICSID merupakan suatu perangkatmekanisme penyelesaian sengketa yang berdiri sendiri, terlepas dari sistem-sistem hukum nasional suatu negara tertentu; Keempat, dalam konteks ICSID, peranan utama 274 http:akbarkurnia.blogspot.com201112penyelesaian-sengketa-penanaman-modal.html., diakses tanggal 3 Februari 2013. Universitas Sumatera Utara 122 pengadilan nasional adalah menguatkan dan meningkatkan pengakuan atas eksekusi putusan-putusan arbitrase ICSID. Jika salah satu pihak bersikap apatis dan tidak mau ambil bagian dalam persidangan untuk mengeluarkan putusan; Kelima , arbitrase ICSID dimaksudkan untuk menjaga atau memelihara keseimbangan antara kepentingan investor dengan negara penerima modal host state . ICSID memiliki susunan organisasi yang terdiri dari Dewan Administratif Administrative Council dan Sekretariat Secretary sebagai berikut : 275 1. Dewan Administratif Administrative Council, anggotanya adalah setiap negara anggota contracting state konvensi dan diwakili oleh seorang anggota. Jika pada suatu saat Presiden Bank Dunia berhalangan atau sedang dalam keadaan lowong, maka yang bertindak menjabat ketua dewan adalah orang yang bertindak sebagai pejabat Presiden Bank Dunia, sebagaimana Pasal 4 Konvensi yang berbunyi : 1 The Administrative Council shall be composed of one representative of each Contracting State. An alternate may act as representative in case of his principal‟s absence from a meeting or inability to act. Dewan Administratif harus terdiri dari satu wakil dari masing-masing pihak peserta. Seorang cadangan dapat bertindak sebagai wakil dalam hal pimpinannya tidak hadir dalam suatu persidangan atau tidak dapat bertindak. 2 In the absence of a contrary designation, each governor and alternate governor of the Bank appointed by a Contracting State shall be ex officio its representative and its alternate respectively. Dalam hal tidak ada penunjukan sebaliknya, masing-masing Gubernur dan Wakil Gubernur Bank yang ditunjuk oleh suatu negara peserta harus secara ex officio perwakilannya atau cadangannya. 275 Sesuai Konvensi ICSID. Lihat juga M. Yahya Harahap, Arbitrase, Op.Cit, hlm. 7-8. Universitas Sumatera Utara 123 Ketua Dewan Administratif adalah Presiden Bank Dunia secara ex officio tanpa pemilihan sesuai Pasal 3 Konvensi yang berbunyi Centre harus memiliki suatu Dewan Administratif dan suatu Sekretariat dan harus menyusun suatu daftar konsiliator dan daftar arbiter “The Centre shall have an Administrative Council and a Secretariat and shall maintain a Panel of Conciliators and a Panel of Arbiter s”. Dewan Administratif berwenang dan berfungsi sesuai Pasal 6 Konvensi yaitu : mengesahkan peraturan administrasi dan keuangan Centre, mengesahkan aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan arbitrase, mengesahkan aturan prosedur untuk pelaksanaan proses konsiliasi dan arbitrase yang lebih lanjut disebut aturan konsiliasi dan aturan arbitrase, menyetujui kerjasama dengan Bank Dunia untuk penggunaan fasilitas dan jasa administratif Bank, menentukan syarat-syarat pelayanan Sekretaris Jenderal Secretary General dan setiap Deputi Sekretaris Jenderal deputy Secretary General, mengadopsi anggaran tahunan dari penerimaan dan pengeluaran dari Centre, dan menyetujui laporan tahunan mengenai pengoperasian Centre. 2. Sekretariat, yang terdiri dari seorang pejabat Sekretaris Jenderal Secretary General dan dibantu oleh seorang atau lebih Deputi Sekretaris Jenderal Deputy Secretary General serta beberapa staf, di mana Sekretaris Jenderal dan Deputi Sekretaris Jenderal dipilih oleh Dewan Administratif berdasarkan suara terbanyak, dua pertiga dari seluruh anggota, sesuai Pasal 9 Konvensi Universitas Sumatera Utara 124 yang berbunyi “The secretariat shall consist of a Secretary-General, one or more Deputy Secretaris- General and Staff”. Pasal 12 Konvensi berbunyi panel konsiliator dan panel arbiter harus masing-masing terdiri dari orang-orang yang memenuhi kualifikasi, yang ditunjuk sebagaimana di sini dan selanjutnya ditentukan, yang berkehendak untuk melayani “The Panel of Conciliators and the Panel of Arbiters shall each consist of qualified persons, designated as hereinafter provided, who are willing to serve thereon”. Pasal 15 Konvensi yang berbunyi : 1 Panel members shall serve for renewable periods of six years Anggota panel harus melayani untuk jangka waktu enam tahun yang dapat diperbaharui kembali. 2 In case of death or resignation of a member of a Panel, the authority which designated the member shall have the right to designate another person to serve for the remainder of that member‟s term Dalam hal meninggalnya atau pengunduran diri dari anggota dari suatu panel, otoritas yang menunjuk anggota itu harus mempunyai hak untuk menunjuk orang lain untuk melayani untuk masa sisa dari anggota tersebut. 3 Panel members shall continue in office until their successors have been designated Anggota panel harus terus memegang jabatannya sampai terlah ditunjuk penggantinya. Pasal ini mengatur tentang Panel yaitu orang yang ditunjuk sebagai konsiliator atau arbiter yang merupakan orang yang berkualitas qualified dengan masa jabatan 6 enam tahun dengan ketentuan jika salah seorang anggota panel meninggal atau mengundurkan diri maka kewenangan untuk menunjuk penggantinya menjadi hak anggota yang masih ada. Universitas Sumatera Utara 125 Pasal 18 Konvensi yang berbunyi Centre harus mempunyai kepribadian hukum internasional penuh. Kapasitas hukum dari Centre harus mencakup kapasitas “ a to contract; b to acquire and dispose of movable and immovable property; c to institute legal proceedings” a untuk berkontrak; b untuk mendapatkan dan menjual barang-barang bergerak maupun tidak bergerak; c mengajukan proses-proses hukum. Pasal ini mengatur bahwa ICSID juga memiliki legalitas personal internasional yang penuh meliputi perjanjian to contract, memperoleh dan menjual benda bergerak dan tidak bergerak to acquire and depose movable and immovable property dan untuk mengajukan proses-proses hukum to institute legal proceeding. Pasal 19 Konvensi berbunyi untuk membuat Centre memenuhi fungsi- fungsinya, Centre dalam wilayah masing-masing negara peserta dapat menikmati kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa yang ditentukan dalam bagian ini “to enable the Centre to fulfil its functions, it shall enjoy in the territories of each Contracting State the immunities and privileges set forth in this Section”, Centre juga memiliki hak “immunitas” dan “privilege” untuk bergerak dengan leluasa dalam setiap wilayah negara peserta konvensi contracting state. Pasal 21 Konvensi yang berbunyi : The Chairman, the members of the Administrative Council, persons acting as conciliators or arbiters or members of a Committee appointed pursuant to paragraph 3 of Article 52, and the officers and employees of the Secretariat: Ketua, para anggota Dewan Administratif, orang-orang yang bertindak sebagai konsiliator atau arbiter atau para anggota dari suatu komite yang ditunjuk sesuai Pasal 52 ayat 3 dan para pejabat dan karyawan sekretariat. Universitas Sumatera Utara 126 a shall enjoy immunity from legal process with respect to acts performed by them in the exercise of their functions, except when the Centre waives this immunity harus menerima kekebalan proses hukum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak tersebut dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya, kecuali Centre menangguhkan kekebalan ini. b not being local nationals, shall enjoy the same immunities from immigration restrictions, alien registration requirements and national service obligations, the same facilities as regards exchange restrictions and the same treatment in respect of travelling facilities as are accorded by Contracting States to the representatives, officials and employees of comparable rank of other Contracting States yang bukan warga negara lokal, harus menerima kekebalan yang sama dari pembatasan imigrasi, persyaratan pendaftaran orang asing dan kewajiban pelayanan warga negara, fasiltas-fasilitas yang sama berkenan dengan pembatasan mata uang dan perlakuan yang sama menyangkut fasilitas perjalanan sebagaimana diberikan oleh negara peserta kepada perwakilan, pejabat dan karyawan dari posisi yang dapat diperbandingkan dari negara peserta yang lain. Pasal 22 Konvensi berbunyi : The provisions of Article 21 shall apply to persons appearing in proceedings under this Convention as parties, agents, counsel, advocates, witnesses or experts; provided, however, that sub-paragraph b thereof shall apply only in connection with their travel to and from, and their stay at, the place where the proceedings are held. ketentuan Pasal 21 harus berlaku bagi orang-orang yang hadir dalam persidangan sesuai konvensi ini sebagai pihak, agen, penasehat, advokat, saksi atau ahli, namun, dengan ketentuan bahwa sub- huruf b di atas harus berlaku sehubungan dengan perjalanan pihak tersebut dari dan menuju keberadaannya, dan tempat di mana proses diadakan. Pasal 21 dan 22 tersebut juga memberikan hak “immunitas” dan “privilege” yang serupa kepada ketua, anggota dewan, orang yang bertindak sebagai konsiliator atau arbiter, para pejabat sekretariat, juga kepada orang-orang yang terlibat sebagaik pihak-pihak, agen, penasehat, advokad, saksi atau ahli. Universitas Sumatera Utara 127 Pasal 23 Konvensi berbunyi : 1 The archives of the Centre shall be inviolable, wherever they may be Arsip- arsip Centre tidak dapat diganggu gugat, di manapun mungkin berada. 2 With regard to its official communications, the Centre shall be accorded by each Contracting State treatment not less favourable than that accorded to other international organizations Berkaitan dengan komunikasi-komunikasi resmi, Centre harus diberikan oleh masing-masing negara peserta perlakuan yang tidak kurang menguntungkan daripada yang diberikannya kepada organisasi-organisasi internasional lainnya. Pasal 24 Konvensi berbunyi : 1 The Centre, its assets, property and income, and its operations and transactions authorized by this Convention shall be exempt from all taxation and customs duties. The Centre shall also be exempt from liability for the collection or payment of any taxes or customs duties Centre, aset-aset, barang-barang dan penghasilannya, dan pengoperasian dan transaksinya yang diizinkan oleh konvensi ini harus dibebaskan dari pajak-pajak dan kewajiban pajak. Centre juga harus dibebaskan dari tanggungjawab untuk pemungutan atau pembayaran setiap pajak atau kewajiban pajak. 2 Except in the case of local nationals, no tax shall be levied on or in respect of expense allowances paid by the Centre to the Chairman or members of the Administrative Council, or on or in respect of salaries, expense allowances or other emoluments paid by the Centre to officials or employees of the Secretariat Kecuali dalam hal warga negara setempat, tidak ada pajak yang harus dipungut berkenaan dengan akan dikenakannya pajak atau atas biaya tunjangan yang dibayar oleh Centre kepada pejabat dan karyawan dari Sekretariat. 3 No tax shall be levied on or in respect of fees or expense allowances received by persons acting as conciliators, or arbiters, or members of a Committee appointed pursuant to paragraph 3 of Article 52, in proceedings under this Convention, if the sole jurisdictional basis for such tax is the location of the Centre or the place where such proceedings are conducted or the place where such fees or allowances are paid tidak ada pajak yang akan dikenakan kepada atau atas biaya atau pengeluaran tunjangan yang diterima oleh orang yang bertindak sebagai konsiliator, atau arbiter, atau anggota komite yang ditunjuk berdasarkan Pasal 52 ayat 3, dalam proses ini sesuai konvensi, jika satu-satunya terhubung dengan dasar hukum seperti pajak adalah lokasi Centre atau tempat semacam itu atau tempat biaya atau tunjangan dibayarkan. Universitas Sumatera Utara 128 Pasal 23 ayat 1 mengatur bahwa arsip yang dimiliki oleh Centre adalah tidak dapat diganggu gugat inviolable di manapun arsip itu berada dan Centre dibebaskan dari segala pungutan atau pembayaran pajak atau bea cukai terhadap aset, kekayaan, pendapatan dan kegiatan transaksi yang meliputi hal-hal yang menyangkut kewenangan yang diberikan Konvensi sesuai Pasal 24. Bab III mengatur tentang Konsiliasi. Bab IV mengatur tentang arbitrase yaitu mengenai permohonan, konstitusi, wewenang dan fungsi arbitrase, putusan, serta pengakuan dan eksekusi putusan arbitrase. Bab V, Pasal 56 sampai Pasal 58 mengatur tentang penggantian dan diskualifikasi konsiliator dan arbiter. Bab VI, Pasal 59 sampai Pasal 61 mengatur mengenai biaya proses persidangan atas penggunaan fasilitas ICSID. Bab VII, Pasal 62 sampai Pasal 63 mengatur tentang tempat persidangan. Bab VIII, Pasal 64 mengatur tentang sengketa antara Contracting State . Bab IX, Pasal 65 sampai Pasal 66 tentang amandemen Konvensi. Bab X, Pasal 67 sampai Pasal 75 tentang Ketentuan Akhir. Pemilihan ICSID untuk penyelesaian sengketa tidak boleh dipahami sebagai penolakan terhadap lembaga arbitrase lain, tetapi didasarkan pada subjek dan orientasi masalah ICSID di bidang kontrak investasi antara negara dan pihak swasta asing, karena secara umum diketahui bahwa misalnya lembaga International Chamber of Commerce ICC 276 yang berkedudukan di Paris telah menyelesaikan sengketa arbitrase selama bertahun-tahun dibandingkan dengan 276 ICC berdiri tahun 1923 dan sejak berdirinya telah terdaftar sekitar 19.000 sengketa dari 180 negara, lihat website resmi ICC, www.iccwbo.orgProducts-and-ServicesArbitration-and- ADRArbitrationIntroduction-to -ICC-ArbitrationStatistics, diakses tanggal 30 Desember 2013. Universitas Sumatera Utara 129 ICSID dan telah memberikan hasil yang sangat membantu perkembangan arbitrase komersial internasional. Selanjutnya, lembaga arbitrase regional dan nasional lainnya juga telah berperan penting dalam arbitrase internasional, seperti halnya Aturan UNECE United Nations Economic Commission for Europe, Inter-American Commercial Arbitration Commission IACAC, Arbitration Institution of the Stockholm Chamber of Commerce SCC and American Arbitration Association AAA, dan sebagainya. UNECE dan SCC adalah lembaga utama untuk arbitrase bagi negara-negara blok-sosialis. Aturan Arbitrase UNCITRAL yang dibentuk tahun 1976 juga telah memberikan hal penting dalam pengembangan arbitrase, namun ICC dan ICSID memiliki reputasi utama sebagai lembaga arbitrase internasional dengan karakter universal. Sepanjang terbentuknya, ICSID pernah mengalami kefakuman di awal kelahirannya di mana dalam 18 tahun pertama sejak tahun 1966 baru menangani 18 sengketa yang diajukan padanya, dengan perincian 16 sengketa untuk arbitrase dan 2 untuk konsiliasi. Kemudian mengalami peningkatan sejak tahun 1980 di mana Delaume 277 menunjukkan bahwa terdapat 7 sengketa yang diajukan kepada arbitrase ICSID dan 2 untuk konsiliasi ICSID sekira tahun 1981 hingga tahun 1983, selanjutnya setelah itu jumlahnya menurun secara drastis. 277 G.R. Delaume, “ICSID Arbitration : Practical Considerations,” Journal of International Arbitration , 1984, hlm. 101-102. Universitas Sumatera Utara 130 Rekor aktifitas ICSID tersebut tentunya sangat rendah jika dibandingkan dengan jumlah kurang lebih 700 sengketa yang terdaftar di ICC setiap tahunnya. 278 3. Mekanisme penyelesaian sengketa melalui ICSID ICSID adalah lembaga internasional berdasarkan Konvensi tentang penyelesaian perselisihan investasi antara negara dengan warga negara lain yang dibentuk di bawah naungan Bank Dunia untuk mendorong investasi asing swasta di negara-negara berkembang. Tujuannya adalah untuk mengatasi rasa takut investor dari risiko politik dengan menghapus sengketa dari yurisdiksi nasional dan tekanan politik. Melalui karakter yang dimilikinya, maka ICSID diharapkan memiliki otoritas yang diperlukan untuk menangani bidang politik yang sensitif dalam hubungan ekonomi. Mengingat banyaknya sengketa investasi, nasionalisasi dan renegosiasi pada tahun 1960-an dan 1970-an, sehingga Bank Dunia diharapkan sebagai naungan yang baik bagi ICSID. Tujuan konvensi adalah untuk menghindari sengketa antara negara- negara dan untuk mencapai kerjasama antara karakteristik sistem yang berbeda secara sosial-ekonomi dengan mengikutsertakan negara-negara tersebut untuk mencapai target yang ditujukan melalui hubungan kontraktual yang dibuat. Centre membentuk majelis arbitrase yang akan memutuskan sengketa tersebut 278 Sejak tahun 1986 hingga tahun 2012, jumlah terendah sengketa yang dimintakan penyelesaiannya melalui ICC adalah 285 sengketa dan tertinggi 817 sengketa setiap tahun. www.iccwbo.orgProducts-and-ServicesArbitration-and-ADRArbitrationIntroduction-to-ICC- ArbitrationStatistics, diunduh tanggal 30 Desember 2013. Universitas Sumatera Utara 131 dan memberikan pelayanan administratif serta kepatuhan terhadap konvensi oleh beberapa negara yang terlihat dengan diratifikasinya konvensi ini. 279 Pasal 25 Konvensi ICSID berbunyi : 1 The jurisdiction of the Centre shall extend to any legal dispute arising directly out of an investment, between a Contracting State or any constituent subdivision or agency of a Contracting State designated to the Centre by that State and a national of another Contracting State, which the parties to the dispute consent in writing to submit to the Centre. When the parties have given their consent, no party may withdraw its consent unilaterally Yurisdiksi dari Centre meliputi setiap sengketa hukum yang timbul secara langsung dari suatu investasi, antara suatu negara peserta atau setiap subdivisi atau badan dari negara peserta yang ditunjuk pada Centre oleh negara itu dan warga dari negara peserta yang lain, para pihak pada sengketa yang menyetujui secara tertulis untuk mengajukannya pada Centre. Dalam hal para pihak sudah memberikan persetujuan, tidak satu pihak pun dapat menarik persetujuannya secara sepihak. 2 “National of another Contracting State” means: ”warga dari negara peserta yang lain” berarti : a any natural person who had the nationality of a Contracting State other than the State party to the dispute on the date on which the parties consented to submit such dispute to conciliation or arbitration as well as on the date on which the request was registered pursuant to paragraph 3 of Article 28 or paragraph 3 of Article 36, but does not include any person who on either date also had the nationality of the Contracting State party to the dispute; and Setiap subjek hukum yang memiliki kewarganegaraan dari suatu negara peserta selain dari pihak negara yang bersengketa sejak tanggal para pihak menyetujui untuk mengajukan sengketa itu pada konsiliasi atau arbitrase sebagaimana sejak tanggal permohonan didaftarkan sesuai dengan Pasal 28 ayat 3 atau Pasal 36 ayat 3, tetapi tidak termasuk orang yang pada tanggal itu juga memegang kewarganegaraan dari pihak negara peserta pada sengketa itu, dan. b any juridical person which had the nationality of a Contracting State other than the State party to the dispute on the date on which the parties consented to submit such dispute to conciliation or arbitration and any 279 Berdasarkan data ICSID, hingga Desember 2013, sebanyak 159 Negara telah menandatangani konvensi dan sebanyak 150 negara dari jumlah tersebut yang telah menandatangani konvensi telah meratifikasi ke dalam peraturan nasionalnya, 9 negara lainnya belum meratifikasi. Universitas Sumatera Utara 132 juridical person which had the nationality of the Contracting State party to the dispute on that date and which, because of foreign control, the parties have agreed should be treated as a national of another Contracting State for the purposes of this Convention. setiap subjek hukum yang memegang kewarganegaraan dari suatu negara peserta selain dari pihak negara pada sengketa pada tanggal di mana para pihak menyetujui untuk mengajukan sengketa demikian pada konsilasi atau arbitrase dan setiap subyek hukum yang mempunyai kewarganegaraan pihak negara peserta yang sengketa pada tanggal itu dan yang karena kontrol oleh pihak asing, para pihak telah menyetujui diperlakukan sebagai warga dari negara peserta yang lain untuk keperluan dari konvensi ini. 2 Consent by a constituent subdivision or agency of a Contracting State shall require the approval of that State unless that State notifies the Centre that no such approval is required. persetujuan oleh konstituen subdivisi atau badan dari suatu negara peserta harus mewajibkan persetujuan dari negara itu kecuali negara itu memberitahukan kepada Centre bahwa persetujuan demikian itu tidak diperlukan. 3 Any Contracting State may, at the time of ratification, acceptance or approval of this Convention or at any time thereafter, notify the Centre of the class or classes of disputes which it would or would not consider submitting to the jurisdiction of the Centre. The SecretaryGeneral shall forthwith transmit such notification to all Contracting Convention States. Such notification shall not constitute the consent required by paragraph 1. setiap negara peserta dapat, pada saat ratifikasi, menerima atau menyetujui konvensi ini atau pada setiap saat sesudahnya, memberitahukan kepada Centre mengenai jenis atau jenis-jenis sengketa yang akan atau tidak akan diajukan pada kewenangan Centre. Sekretaris Jenderal harus segera mengirimkan pemberitahuan tersebut kepada semua negara peserta. Pemberitahuan seperti itu tidak menandakan persetujuan yang diwajibkan oleh ayat 1. Pasal 25 Konvensi tersebut mengatur tentang yurisdiksi lembaga ICSID yang secara hukum meliputi sengketa yang langsung timbul dari penanaman modal investment antara negara peserta Contracting State atau dengan salah satu pihak Contracting State, yang mana harus disepakati secara tertulis dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak tanpa persetujuan pihak lain. Universitas Sumatera Utara 133 Konvensi ICSID dan lembaga ICSID merupakan suatu kerangka kerja institutional bagi konsiliasi dan arbitrase terhadap sengketa antara investor asing dengan pemerintah suatu negara. Yurisdiksi ICSID hanya terbatas pada sengketa hukum yang timbul secara langsung dari suatu investasi, antara negara atau setiap subdivisi dan warga negara lain yang merupakan anggota penandatangan konvensi sesuai Pasal 25 ayat 1 Konvensi. Oleh karenanya, ICSID sebagai suatu institusi yang akan berusaha mencari penyelesaian sengketa antara negara dan investor bukan negara. Pasal 25 ayat 1 Konvensi tersebut mengandung tiga syarat yang disimpulkan agar sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase, sesuai konvensi ICSID yaitu : pertama, kesepakatan para pihak; kedua, kualitas para pihak ; ketiga, s ifat sengketa. Syarat pertama, kesepakatan para pihak merupakan syarat penting untuk mengajukan sengketa ke pengadilan arbitrase yang diatur oleh konvensi. Kata sepakat, menurut David A. Soley adalah merupakan tonggak corner stone bagi yurisdiksi badan arbitrase ICSID. 280 Ini juga menekankan bahwa negara mematuhi konvensi dan tidak secara otomatis menjamin bahwa setiap sengketa tertentu akan dibawa ke arbitrase ICSID, bahkan jika ketiga persyaratan ini dipenuhi. 281 Kesepakatan para pihak harus dibuat secara tertulis dan kesepakatan yang dibuat tidak dapat ditarik kembali secara sepihak tanpa 280 Lihat Huala Adolf, “Sengketa Penanaman Modal : Jurisdiksi Badan Arbitrase ICSID,” artikel dalam Indonesia Arbitration Quarterly Newsletter, Vol. 6 No. 1 March 2014, Jakarta : BANI Arbitration Center, hlm. 31 sebagaimana dikutip dari David A. Soley, “ICSID Implementation : An Effective Alternative to International Conflict, ” artikel dalam International Lawyer Vol. 19 No. 2, 1985, hlm. 524. 281 Mauro Rubino-Sammartano, op.cit., hlm.52. Universitas Sumatera Utara 134 persetujuan pihak lain. Meskipun tidak ada bentuk tertulis yang disediakan untuk itu, secara umum kesepakatan dimuat dalam klausula arbitrase dalam kontrak investasi, atau oleh suatu perjanjian penyerahan. Meskipun demikian, ada cara lain untuk menunjukkan kesepakatan ; misalnya, ketika seorang investor tunggal ingin melakukan investasi sesuai dengan ketentuan hukum nasional dari negara penerima dalam melindungi investasi, dan peraturan itu menunjuk secara jelas kepada arbitrase ICSID. 282 Syarat kedua, agar sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase, sesuai konvensi ICSID adalah mengenai kualitas para pihak yang diatur bahwa para pihak yang menyelesaikan sengketa melalui lembaga ICSID haruslah negara yang telah ikut menandatangani Konvensi atau Contracting State atau badan publik atau lembaga yang berkaitan dari negara yang akhirnya tunduk pada ICSID sesuai Pasal 25 ayat 3 “Consent by a constituent subdivision or agency of a Contracting State shall require the approval of that State unless that State notifies the Centre that no such approval i s required” dan pihak lain yang negaranya juga ikut menandatangani konvensi ICSID. Kewarganegaraan para pihak investor dan negara di mana penanaman modal ditujukan harus memberikan rekomendasi yang terpisah untuk menyerahkan sengketa kepada arbitrase ICSID. Meskipun demikian, investor asing seringkali membuatnya di negara di mana penanaman modal ditujukan, perusahaan lokal akan menjadi 282 Ibid, lihat juga P. Bernardini, L‟arbitrato internazionale International Arbitration, Giuffre, 1987, hlm. 157. Universitas Sumatera Utara 135 pihak kontrak lain dari negara itu dalam perjanjian penanaman modal, dengan kondisi ini, Konvensi tidak dapat dipakai karena syarat kewarganegaraan yang berbeda tidak dipenuhi; hal ini dilindungi oleh konvensi itu sendiri sesuai Pasal 25 ayat 2 huruf b yang memberi persetujuan rekomendasi pada penyelenggaraan Konvensi oleh suatu badan hukum dari negara yang sama sebagai negara peserta konvensi, tetapi untuk tujuan konvensi diperlakukan seperti warganegara peserta konvensi yang lain karena pengaruh minat asing untuk itu. 283 Proses lahirnya sengketa investasi yang diselesaikan melalui arbitrase ICSID adalah sebagai berikut : 284 283 Mauro Rubino and Sammartano, op.cit., hlm. 53. 284 Derivasi dari Skema Penafsiran Kontrak Ningrum Natasya Sirait Runtung Sitepu, Hukum Kontrak Bisnis, Medan : Pascasarjana Ilmu Hukum USU, 2005, hlm. 20. Universitas Sumatera Utara 136 Skema 4 : Proses Lahirnya Sengketa Investasi NEGARA ANGGOTA ICSID HOME STATE HOST STATE BIT INVESTOR HOST STATE PERJANJIAN INVESTASI TIDAK ADA SENGKETA WANPRESTASI SENGKETA ARBITRASE ICSID keterbukaa n kerahasia an Universitas Sumatera Utara 137 Skema 5 : Langkah Penyelesaian Sengketa Melalui ICSID Kemudian jika telah timbul sengketa di antara para pihak, maka langkah-langkah penyelesaian sengketa melalui ICSID digambarkan sebagai berikut : 285 285 Sumber : http:www.worldbank.orgicsid. Permintaan arbitrase Pendaftaran Menolak pendaftaran Penentuan Majelis Sesi pertama Prosedur tertulis Prosedur lisan Proses pertimbangan Putusan Penambahan keputusan dan pembetulan Pemulihan putusan akhir : Pembatalan, Interpretasi, Peninjauan Kembali Universitas Sumatera Utara 138 Majelis Arbitrase ICSID memiliki kewenangan untuk menolak sengketa yang diajukan kepadanya sebagaimana kewenangan yang diberikan oleh Konvensi yang terlihat dalam skema di atas, ini terbukti dengan adanya beberapa sengketa yang dihentikan pemeriksaannya oleh karena terbentur masalah kewenangan atau yurisdiksi , antara lain : 286 a. Enron Creditors Recovery Corporation formerly Enron Corporation and Ponderosa Assets, L.P. v. Argentine Republic ICSID Case No. ARB013. b. LGE Energy Corp., LGE Capital Corp. and LGE International Inc. v. Argentine Republic ICSID Case No. ARB021. c. Sempra Energy International v. Argentine Republic ICSID Case No. ARB0216. d. Camuzzi International S.A. v. Argentine Republic ICSID Case No. ARB032. e. El Paso Energy International Company v. Argentine Republic ICSID Case No. ARB0315. f. Quiborax S.A. and Non-Metallic Minerals S.A. v. Plurinational State of Bolivia ICSID Case No. ARB062. g. Occidental Petroleum Corporation and Occidental Exploration and Production Company v. Republic of Ecuador ICSID Case No. ARB0611. 286 Dalam website ICSID https:icsid.worldbank.orgICSIDFrontServlet?requestType=GenCaseDtlsRactionVal=ListPending Universitas Sumatera Utara 139 h. Bureau Veritas, Inspection, Valuation, Assessment and Control, BIVAC B.V. v. Republic of Paraguay ICSID Case No. ARB079 i. Electrabel S.A. v. Hungary ICSID Case No. ARB0719. j. Electricity generation, Venezuela Holdings B.V. and others v. Bolivarian Republic of Venezuela ICSID Case No. ARB0727. k. SGS Société Générale de Surveillance S.A. v. Republic of Paraguay ICSID Case No. ARB0729. l. Perenco Ecuador Limited v. Republic of Ecuador ICSID Case No. ARB086. Syarat terakhir agar sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase, sesuai konvensi ICSID adalah bahwa sifat sengketa yang diselesaikan melalui ICSID adalah sengketa hukum sebagai akibat adanya penanaman modal sesuai Pasal 25 ayat 1 Konvensi ICSID. Bagian yang dapat diarbitrase oleh karenanya terbatas, sejak disepakati hanya berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dari suatu kontrak penanaman modal, meninggalkan beberapa sengketa lain yang berpihak. Di sisi lain, konvensi tidak memberikan definisi mengenai ”penanaman modal, ” oleh karena itu tidak dibatasi kemungkinan sengketa yang lebih jauh untuk diajukan kepada lembaga ICSID. 287 Hal tersebut membuat jenis yang luas dari kontrak yang datang dengan maksud dapat diselesaikan arbitrase penanaman 287 Mauro Rubino and Sammartano, loc.cit., hlm. 53. Universitas Sumatera Utara 140 modal sesuai konvensi ICSID dan umumnya pengertian investasi diuraikan dalam BIT. Pasal 42 Konvensi berbunyi : 1 The Tribunal shall decide a dispute in accordance with such rules of law as may be agreed by the parties. In the absence of such agreement, the Tribunal shall apply the law of the Contracting State party to the dispute including its rules on the conflict of laws and such rules of international law as may be applicable Majelis harus memutus sengketa sesuai dengan aturan- aturan hukum sebagaimana dapat disepakati oleh para pihak. Dalam keadaan tidak adanya kesepakatan, majelis harus menerapkan hukum dari negara peserta yang merupakan pihak pada sengketa termasuk aturan-aturannya mengenai hukum antar tata hukum dan aturan-aturan hukum internasional sebagaimana dapat berlaku. 2 The Tribunal may not bring in a finding of non liquet on the ground of silence or obscurity of the law Majelis tidak dapat berpendapat menemukan hal non liquet atas dasar ketiadaan atas kaburnya hukum itu. 3 The provisions of paragraphs 1 and 2 shall not prejudice the power of the Tribunal to decide a dispute ex aequo et bono if the parties so agree ketentuan-ketentuan dari ayat 1 dan 2 tidak dapat mengurangi kewenangan majelis untuk memutus suatu sengketa secara ”ex aequo et bono” jika para pihak menyepakatinya. Sesuai dengan Pasal 42 ayat 1, majelis arbitrase memutus sengketa sesuai dengan peraturan hukum yang disetujui para pihak dan jika para pihak tidak menetapkan rule of law yang dipilih maka majelis arbitrase akan menetapkan hukum dari negara peserta konvensi yang terlibat dalam sengketa atau menerapkan ketentuan-ketentuan hukum internasional. Oleh karenanya sebelum diputuskan majelis arbitrase terlebih dahulu harus meninjau kesepakatan para pihak apakah didalamnya terdapat ketentuan hukum yang ditetapkan oleh para pihak. Ketentuan ini yang tidak diatur dalam BANI maupun Pasal 631 Rv, melainkan hanya mengatur bahwa hukum yang dipilih tidak bertentangan dengan Universitas Sumatera Utara 141 ketertiban umum public ordepublic policy di Indonesia. Sesuai Pasal 42 ayat 3 tersebut Majelis Arbitrase ICSID juga dapat menerapkan “ex aequo et bono” yaitu memutuskan sesuai dengan rasa keadilan dan dianggap benar oleh Majelis Arbitrase dengan ketentuan bahwa penerapan tersebut harus atas persetujuan para pihak. Selanjutnya berkaitan dengan penerapan hukum pada kontrak penanaman modal sesuai Pasal 42 ayat 1 Konvensi ICSID dibatasi dalam 2 situasi : 1. Para pihak telah memilih hukum yang tepat, atau 2. Belum ada pilihan hukum yang disepakati. Pilihan penerapan hukum, harus dihormati oleh majelis arbitrase, tidak boleh membingungkan. Bagi beberapa penulis, ini berarti bahwa para pihak harus menunjukkan pilihan. Sesuai hukum nasional tidak semua perselisihan dapat diselesaikan melalui arbitrase, karena satu sama lain memiliki metode yang berbeda. Para pihak menentukan dalam perjanjian hal apa yang akan diselesaikan melalui arbitrase dan dalam perjanjian itu harus tercantum dengan jelas bahwa bilamana terjadi sengketa maka penyelesaiannya akan diserahkan kepada suatu badan arbitrase. Penunjukan tersebut harus secara tertulis dan tegas, dikatakan bahwa “an arbitration agreement must have precise terms, lawful, be stated with certainty. The arbitration agreement must not relate to any matter which is immoral, illegal or is contrary to public policy ” perjanjian arbitrase harus tepat, halal, dan dinyatakan dengan pasti. Perjanjian arbitrase tidak berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara 142 segala hal yang tidak bermoral, ilegal atau bertentangan dengan kebijakan publik. 288 Hal yang sama juga diatur dalam syarat sahnya perjanjian sesuai dengan Pasal 1330 KUH Perdata. Sejak konvensi menunjuk aturan hukum dan bukan undang-undang yang berlaku, maka dapat disimpulkan bahwa para pihak tidak serta merta harus menunjuk pada suatu sistem hukum nasional, tapi juga dapat menunjuk aturan yang tidak harus diperlukan pada suatu sistem hukum, asalkan mempunyai sifat hukum. Hal tersebut dilakukan bahwa ”lex mercatoria” 289 dapat dibuat penunjukan hukum.

L. Putusan Arbitrase ICSID

Dokumen yang terkait

Penerapan prinsip arbitrase di indonesia dalam studi sengketa kepemilikan Televisi Pendidikan Indonesia (MNC TV): analisis putusan MA No. 862 K/Pdt/2013

11 60 165

PERANAN AMDAL DALAM PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN BEBERAPA NEGARA ASIA TENGGARA.

5 146 1

PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING ANTARA NEGARA DENGAN WARGA NEGARA ASING MELALUI ARBITRASE INTERNATIONAL CENTRE FOR SETTLEMENT OF INVESTMENT DISPUTES (ICSID ).

0 1 6

PENCABUTAN PENASEHAT HUKUM DALAM ARBITRASE DIKAITKAN DENGAN PUTUSAN MAJELIS ARBITRASE ICSID ATAS DASAR MEMBAHAYAKAN PERSIDANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN ARBITRASE DI INDONESIA.

0 0 2

Pembatalan Putusan Arbitrase Internacional di Pengadilan Indonesia

0 1 17

BANDING ATAS PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 224

Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

0 2 35

BAB II PRINSIP KETERBUKAAN ATAS PUTUSAN ARBITRASE ICSID ANTARA INVESTOR ASING DENGAN HOST STATE H. Prinsip Keterbukaan - Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

1 1 199

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

0 0 56

PENERAPAN PRINSIP KETERBUKAAN ATAS PUTUSAN ARBITRASE ICSID DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN BEBERAPA NEGARA DISERTASI

0 1 19