230 tanpa disertai oleh bukti-bukti yang sah dan akurat yang akan mempengaruhi arbiter
dalam menjatuhkan putusan, demikian juga arbiter tidak akan memberi pertimbangan putusan dengan memberi pendapat yang tidak berdasarkan hukum sehingga
merugikan salah satu pihak, dengan kata lain bahwa segala sesuatu dilakukan dengan dasar hukum dan sifat kehati-hatian yang diharapkan putusan yang dihasilkan akan
menciptakan keadilan, bermanfaat bagi para pihak, negara dan masyarakat serta menciptakan kepastian hukum.
4. Keterbukaan putusan sebagai bentuk perwujudan asas pemerintahan yang baik
good governance.
Asas pemerintahan yang baik good governance adalah suatu asas yang
penting dalam laju pemerintahan suatu negara, Sherif H. Seid
436
mengatakan bahwa : Good governance is increasingly becoming the buzzword in various international
fora. It is now manifestly present in bilateral and multilateral development coorporation agreement between developed and developing countries, and the
donor community is showing a growing interest in the principles of good governance
Terjemahan : tata pemerintahan yang baik semakin menjadi kata kunci dalam berbagai forum internasional di mana saat ini bahkan dicantumkan dalam
perjanjian pembangunan baik secara bilateral maupun multilateral antara negara- negara maju dan berkembang, dan bahkan meningkatkan minat para investor
dalam prinsip-prinsip tata kelola yang baik.
Asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat dipahami sebagai dasar umum
dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik, sebagai pedoman atau penuntun bagi pemerintah atau pejabat adminsitrasi negara dalam rangka pemerintahan yang
436
Sherif H. Seid, op.cit., hlm. 206.
Universitas Sumatera Utara
231 baik good governance.
437
Untuk mewujudkan asas good governance ini dapat dilakukan melalui :
438
”i accountability of government officials and bureaucrats for public funds and exercise of power, ii transparency in procedures, investment
decisions, contracts and appointments, iii rule of law.” Pendapat lain bahwa good governance memiliki lima kaidah yaitu
transparency, independency, accountability, responsibility, fairness,
439
yang kesemuanya berkaitan dengan tugas pokok peradilan termasuk majelis arbitrase
untuk menegakkan hukum dan keadilan. Solly Lubis
440
berpendapat bahwa keterbukaan adalah syarat untuk sempurnanya pertanggungjawaban, ada hubungan
yang sikuensial antara keterbukaan dan pertanggungjawaban, lebih dulu dituntut adanya sikap keterbukaan supaya pertanggungjawaban kerja lebih terjamin validitas
dan akurasi pembuktiannya, jika karakternya tertutup maka sulit diharapkan adanya pertanggungjawaban.
Kedaulatan negara untuk menganut keterbukaan berkaitan dengan asas-asas pemerintahan yang baik yang harus dicapai oleh suatu negara yaitu Pertama,
responsif dalam arti cepat tanggap terhadap permasalahan bangsa. Kedua, transparansi dalam arti keterbukaan pemerintah kepada warganya atas seluruh
program dan tindakan yang dilakukan. Ketiga, penegakan hukum. Keempat, partisipasi rakyat dalam pembangunan bangsanya dan Kelima, efektif dan efisien
437
Hotma P. Sibuea, Asas Negara hukum, Peraturan Kebijakan, Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik,
Jakarta : Penerbit Erlangga, 2010, hlm. 150-151.
438
Ibid., hlm. 207.
439
Johny Sudharmono, Be G2C, Good Governed Company, Jakarta : Elex Media Komputindo, 2004.
440
Solly Lubis, Kebijakan Publik, Bandung : Mandar Maju, 2007, hlm. 72.
Universitas Sumatera Utara
232 dalam arti setiap program pemerintah harus dilakukan secara efektif dan efisien. Oleh
karena arbitrase cenderung rahasia termasuk yang dianut oleh Indonesia, maka terdapat kritik terhadap arbitrase ICSID yang rigid dan bias sistem sebagaimana
diungkapkan oleh Remy Gerbay bahwa ”ICSID‟s system is rigged and represents the
inequities of an international system biased against the developing countries. ”
441
Transparansi dalam arti keterbukaan adalah ”widely seen to be a key hallmark of contemporary democratic practice and is often linked to the passing of freedom of
information legislation, ”
442
keterbukaan dalam pemerintahan menunjukkan keterbukaan informasi dan membantu pengembangan ilmu pengetahuan seperti yang
dikatakan Schrauer
443
bahwa : Often credited with generating government accountability, transparency often
allows citizens of a democracy to control their government, reducing government corruption, bribery and other malfeasance and some commentators contend that
an open, transparent government allows for the dissemination of information, which in turn helps produce greater knowledge and societal progress.
Terjemahan : sering dijamin bahwa dengan menghasilkan pertanggunjawaban pemerintah, transparansi memungkinkan warga yang demokratis untuk
mengontrol pemerintah, mengurangi korupsi pemerintah, penyuapan dan penyalahgunaan jabatan lainnya dan beberapa komentator berpendapat bahwa,
suatu keterbukaan, transparansi pemerintah memungkinkan untuk menyebarkan informasi, yang pada gilirannya akan membantu menghasilkan lebih banyak
pengetahuan dan kemajuan sosial.
441
Remy Gerbay, “Confidentiality vs. Transparency In International Arbitration : The English Perspective,
” 2012, diakses dari http:paper.ssrn.comsol3papers.cfm?abstract_id=2134137
442
Diakses dari http:en.wikipedia.orgwikiOpen_government.
443
Frederick Schauer, Transparency in Three Dimensions, University of Illinois Law Review 4, 2011, hlm.. 1346
–1350.
Universitas Sumatera Utara
233 Kebalikan dari keterbukaan putusan arbitrase adalah kerahasiaan putusan
arbitrase yang tentunya kerahasiaan tersebut telah mengesampingkan terpenuhinya prinsip pemerintahan yang baik sebagaimana diuraikan di atas, karena salah satu
prinsip pemerintahan yang baik adalah keterbukaan transparency sebagai bentuk pertanggungjawaban
negara.
444
Francis Fukuyama
445
mengatakan bahwa
”accountable government meanst that the rulers believe that they are responsible to the people they govern an
d put the people‟s interest above their own” pemerintah bertanggung jawab artinya bahwa penguasa percaya bahwa terdapat tanggung jawab
kepada rakyat untuk mengatur dan menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingannya sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, Cornel Marian
446
mengungkapkan bahwa ”in investment arbitration, transparency in the arbitrable
proceedings is closely linked to the public need to review state conduct” dalam arbitrase investasi, transparansi berhubungan erat dengan kebutuhan masyarakat
untuk meninjau perilaku negara. Nienke Grossman
447
juga mengatakan keterbukaan
444
Pertanggungjawaban berarti kewajiban memberikan jawaban yang merupakan kepentingan atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban untuk memberikan pemulihan atas kerugian yang mungkin
ditimbulkan. Menurut hukum internasional pertanggungjawaban negara timbul dalam hal negara itu merugikan negara lain. Lihat dalam F. Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Cetakan Kedua,
Yogyakarta : Penerbitan Universitas Atma Jaya, 1998, hlm. 77.
445
Suatu pemerintahan disebut akuntabel apabila penyelenggaraan kekuasaan meyakini bertanggungjawab terhadap rakyat yang di perintah dan menempatkan kepentingan rakyat di atas
kepentingannya sendiri. Lihat dalam Bagir Manan , “Kekuasaan Akuntabel Dan Cita-Cita Nasional
Indonesia Perspektif Konstitusional, ” Varia Peradilan, Majalah Hukum Tahun XXVII No. 321
Agustus 2012, hlm. 5, sebagaimana dikutip dari Francis Fukuyama, The Origin of Political Order, Profile Books, 2011, hlm. 321.
446
Cornel Marian, “Balancing Transparency : The Value of Administrative Law and Mathews- Balancing to Investment Treaty Arbitrations,
” Pepperdine Dispute Resolution Law Journal, vol.10, issue 2, Article 3, 2010, diakses dari http:digitalcommons.pepperdine.edudrljvol1015523
.
447
Nienke Grossman, “Legitimacy and International Adjudicative Bodies,” The Geo.Wash.Int‟l L.Rev
, vol 41, 2010, hlm. 157.
Universitas Sumatera Utara
234 adalah sebagai konsep pertanggungjawaban, yang selengkapnya dikatakan bahwa :
Transparency is also linked to legitimacy through the concept of accountability, it allows constituencies of accountable actors, such as adjudicator and litigants,
not only to observe them but also to attempt to exert some degree of control over their behavior and allow domestic and other constituencies to hold governments
accountable for their action and results. Terjemahan : keterbukaan juga terkait dengan legitimasi melalui konsep
akuntabilitas, memungkinkan perwakilan yang bertanggungjawab, seperti juri dan pihak yang berperkara, tidak hanya untuk mengamati, tetapi juga untuk
mencoba mengerahkan beberapa tingkat kontrol atas perilakunya dan memungkinkan
perwakilan domestik
dan lainnya
untuk meminta
pertanggungjawaban pemerintah atas tindakan dan hasil kerjanya. Sebagaimana akses publik, tujuan utama transparansi adalah untuk
memfasilitasi kontrol terhadap pembuat keputusan, senada dengan hal tersebut Mark Fenster
448
menjelaskan bahwa “work on transparency in executive branch contexts
that transparency enables free flow of information among public agencies and private individuals, allowing input, review, and criticism of government action, and thereby
increases the quality of governance” bekerjanya keterbukaan dalam konteks eksekutif merupakan keterbukaan yang memungkinkan arus informasi antar lembaga
publik dan individu swasta, memberi masukan, peninjauan kembali, dan kritik atas tindakan pemerintah, dan dengan demikian meningkatkan kualitas pemerintahan.
Meskipun negara memiliki kedaulatan untuk mengatur terbuka atau rahasianya putusan arbitrase, tetapi kedaulatannya tidak menghapuskan pertanggungjawaban
negara secara internal kepada rakyatnya atas setiap tindakannya.
448
Mark Fenster, “The Opacity of Transparency,” SRRN Journal, hlm. 13., diakses dari http:srrn.comabstract=686998, tanggal 5 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
235 Adanya kedaulatan negara juga menyebabkan negara tidak bebas dari
tanggung jawab secara eksternal. Huala Adolf mengatakan bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat menikmati haknya tanpa menghormati hak negara lain, setiap
pelanggaran terhadap hak negara lain, menyebabkan negara tersebut wajib untuk memperbaiki pelanggaran itu.
449
Pertanggungjawaban mana terbatas pada pembayaran ganti rugi.
450
Negara juga bertanggungjawab atas pelanggaran perjanjian contractual liability
yang melahirkan suatu kewajiban untuk membayar ganti rugi yang ditentukan oleh Mahkamah Internasional, pengadilan, peradilan arbitrase atau
melalui perundingan. Masyarakat internasional menganggap bahwa pelanggaran semacam ini merupakan suatu kelalaian suatu negara yang sangat serius. Perbuatan
tersebut mengurangi kepercayaan negara-negara terhadap negara tersebut, terutama dalam hal mengadakan perjanjian dengannya di kemudian hari serta merupakan
pelanggaran terhadap doktrin ”pacta sunt servanda.”
451
Perlindungan investor yang dicapai melalui terbukanya putusan juga berkaitan dengan cerminan asas-asas pemerintahan yang baik yang dibahas sebelumnya, karena
dengan adanya pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab maka akan menghasilkan produk regulasi yang baik yang akan mendorong warganya berbuat
baik, hasilnya akan meningkatkan investasi dari investor yang baik pula. Ini adalah
449
Huala Adolf , Arbitrase Komersial Internasional op.cit., hlm. 173.
450
Ibid., hlm. 179 sebagaimana dikutip dari Shaw, International Law, London : Butterworths,
1986, hlm. 408
451
Ibid., hlm. 181-182 sebagaimana dikutip dari Hingorani, Modern International Law, Edisi ke-2, 1984, hlm. 24.
Universitas Sumatera Utara
236 bentuk seperti yang dikemukakan oleh G. Cochrane
452
bahwa masyarakatlah yang menentukan signifikansi sosial suatu norma dan dengan demikian, bukan hanya
hukum yang berpeluang mengontrol masyarakat, tetapi sebaliknya juga, warga masyarakat setiap kali berkesempatan mengontrol hukum. Dalam teori integrasi yang
dicetuskan oleh seorang ahli hukum Jerman bernama Smend,
453
dikatakan bahwa ”which sees the relation between the citizens and the state as one of perpetual mutual
inspiration. Citizens live in and through the state, and the state in and through the citizens” terdapat timbal balik antara negara dan warga negara, di mana warga
negara hidup di dalam dan melalui negara, sebaliknya negara hidup di dalam dan melalui warganya.
Tentunya penyusunan BIT juga harus terbuka dan menyepakati putusan yang nantinya terbuka untuk umum, karena dengan putusan yang rahasia maka tidak akan
diketahui oleh masyarakat apakah pemerintah negara dapat dimintai tanggung jawab untuk membayar ratusan juta dollar uang pembayar pajak sebagai kompensasi kepada
investor asing
karena pemerintah
telah gagal
untuk berperilaku
transparan dan adil, oleh majelis arbitrase yang keberadaannya, proses dan putusan akhirnya dirahasiakan dari para wajib pajak yaitu warga negara, misalnya dalam
Pasal 10 Model BIT Amerika Serikat Tahun 2004
454
yang berisi ketentuan penting dan inovatif dengan mengatur tentang kewajiban transparansi dari pihak negara
452
G. Cochrane, Development Anthropology, New York : Oxford University Press, 1971, hlm. 93-94.
453
W. Friedmann, Legal Theory, op.cit., hlm. 191.
454
Vaughan Lowe, “Changing Dimensions of International Investmen Law,” working paper No. 42007,
diakses dari
http:papers.ssrn.comAbstract=970727. Lihat
juga dalam
http:www.state.govdocumentsorganization38710.pdf.
Universitas Sumatera Utara
237 tentang segala undang-undang, peraturan, prosedur, aturan administrasi yang berlaku,
dan keputusan majelis. Kemudian dalam Pasal 11 yang berjudul transparansi, mewajibkan negara untuk mempublikasikan hukum dan peraturan yang direncanakan
dan menarik komentar dari khalayak umum. Meskipun perjanjian investasi secara eksplisit kurang mewajibkan
keterbukaan sebagai suatu komponen inti dari perlakuan yang adil dan merata berdasarkan perjanjian, akan tetapi umumnya hukum internasional didasarkan pada
“standar minimum penyelesaian” atau hukum internasional yang mewujudkan “good governance
” dan “rule of law.” Berkaitan dengan hal tersebut terdapat putusan ICSID yang terkenal yaitu putusan sengketa Tecnicas Medioami Biantales Tecmed
S.A. v. The United Mexican States ICSID Case No. ARB AF002 tanggal 29 Mei
2003 dalam paragraf 154 menyatakan bahwa : The foreign investor expects the host state to act in a consistent manner, free
from ambiguity and totally transparently in its relations with the foreign investor, so that it may know before hand any and all rules and regulations that will
govern its investments, as well as the goals of the relevant policies and administrative practices or directives, to be able to plan its investment and
comply with such regulations. Terjemahan : Investor asing mengharapkan host state untuk bertindak dengan
cara yang konsisten, bebas dari ambiguitas dan benar-benar transparan dalam hubungan dengan investor asing, sehingga tahu sebelum menerima setiap dan
semua aturan dan peraturan yang akan mengatur investasi, serta tujuan dari kebijakan yang relevan dan praktek administratif atau arahannya, untuk dapat
merencanakan investasi dan mematuhi peraturan tersebut.
Akan tetapi, terdapat larangan bagi para pihak untuk memperburuk keadaan sengketa yang dihubungkan dengan keterbukaan informasi mengenai sengketa atau
dokumen tertentu sebagaimana dalam sengketa Biwater Gauff Tanzania Limited v.
Universitas Sumatera Utara
238 United Republic of Tanzania,
ICSID Case No. ARB0522, dalam Procedural Order No. 3
, paragraf 149, tanggal 29 September 2006, yang mempertimbangkan bahwa :
Neither party should be prevented from engaging in general discussion about the case in public, provided that any such public discussion is restricted to what is
necessary for example, pursuant to the Republic‟s duty to provide the public with information concerning governmental and public affairs, and is not used as
an instrument to further antagonize the parties exacerbate their differences, unduly pressure one of them or render the resolution of the dispute potentially
more difficult. Terjemahan : Para pihak tidak dilarang untuk terlibat dalam diskusi mengenai
sengketa yang dihadapi secara publik, dengan ketentuan bahwa setiap diskusi publik itu dibatasi atas hal yang diperlukan saja misalnya, sesuai dengan
kewajiban negara untuk menyediakan informasi kepada masyarakat berkaitan dengan masyarakat dan urusan pemerintahan, dan tidak digunakan sebagai alat
untuk semakin memusuhi pihak serta memperburuk perbedaan para pihak, terlalu menekan salah satu pihak atau memperburuk potensi sengketa.
Begitu juga dalam sengketa Abaclat and others v. Argentine Republic, ICSID Case
No. ARB075, dalam Procedural Order No. 3 Confidentiality Order, paragraf 153 huruf a dan huruf i, tanggal 27 Januari 2010, yang mempertimbangkan bahwa :
Subject to further specific restrictions on disclosure of specific documents and information as set out herein, the parties may engage in general discussion
about the case in public, provided that any such public discussion is restricted to what is necessary, and is not used as an instrument to antagonize the Parties,
exacerbate their differences, unduly pressure one of them, or render the resolution of the dispute potentially more difficult, or circumvent the terms of this
Procedural Order No. 3. Terjemahan : Tunduk pada pembatasan yang lebih spesifik mengenai
terbukanya dokumen tertentu dan informasi sebagaimana ditetapkan, para pihak dapat terlibat dalam diskusi umum tentang sengketanya, dan tidak digunakan
sebagai alat untuk memusuhi para pihak, memperburuk perbedaan para pihak, terlalu menekan salah satu pihak atau membuat penyelesaian sengketa menjadi
semakin sulit atau menghindari hal dalam Procedural Order No. 3 ini.
Universitas Sumatera Utara
239 Keterbukaan paling baik dalam mempromosikan prinsip demokrasi
455
karena dipengaruhi oleh publik, seperti pemegang saham atas suatu badan hukum yang
diselenggarakan secara publik dan konsumen, sehingga memiliki suatu kesempatan untuk mengamati dan mengevaluasi akibat putusan dan menimbulkan rasa tanggung
jawab yang tinggi bagi pihak pemerintah yang termasuk di dalamnya atas tindakan yang telah dilakukan.
456
Publikasi putusan akan mempromosikan sistem pemerintahan yang baik kepada publik untuk tujuan observasi dan evaluasi atas
tindakan pemerintahnya sebagai implementasi fungsi publik.
457
Sedikit pihak yang menolak bahwa keterbukaan itu baik secara umum, hal mana diperlukan untuk
berfungsinya sarana demokratis yang mengatur hubungan kerjasama dalam sosial atau ekonomi, domestik maupun internasional.
458
5. Keterbukaan proses dan putusan arbitrase menarik partisipasi pihak ketiga.