Prinsip Keterbukaan Putusan Pengadilan Di Indonesia.

332 Kemudian diajukan tuntutan pembatalan pada tanggal 15 November 2013 oleh M. Rafat Ali Risvi dan penetapan Komisi Ad hoc tanggal 05 Desember 2013 yaitu Andrés Rigo Sureda Spanyol sebagai Presiden, dengan anggotanya yaitu : Teresa Cheng China dan Christoph H. Schreuer Austria yang dihentikan sementara pending sesuai Procedural Order No. 1 berkaitan Procedural tanggal 20 Februari 2014 berdasarkan Pasal 52 3 Konvensi ICSID.

C. Prinsip Keterbukaan Putusan Pengadilan Di Indonesia.

Pengadilan dan arbitrase ibarat dua buah cabang yang berbeda tapi dalam satu pabrik, satu bersifat publik dan lainnya bersifat privat, sebagaimana dikatakan oleh Mr. Justin Donaldson. 605 Hal mana disebabkan karena antara keduanya terdapat persamaan mengenai adanya Majelis Hakim sebagai pemimpin sidang. Jika di pengadilan para pihak yang terlibat harus mengikuti aturan yang akan diterapkan oleh hakim, maka dalam arbitrase para pihak bebas membuat peraturannya sendiri dan bebas menentukan aturan yang akan diterapkan dengan batas otonomi yang luas. Oleh sebab itu dalam bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa arbitrase tidak termasuk ke dalam ADR, terutama arbitrase internasional karena termasuk litigasi. Seorang arbiter tidak saja menjadi seorang hakim, tetapi arbiter harus memiliki suatu keahlian sehingga arbiter adalah sangat terbatas. Oleh karenanya 605 John Parris, Arbitration Principles And Practice, London : Granada Publishing Limited, 1983, hlm. 161. Universitas Sumatera Utara 333 fungsi arbiter lebih kompleks daripada hakim. 606 Pengadilan dan arbitrase dalam mencapai keadilan yang diharapkan, maka harus menempuh sistem pertentangan adversary system yang selalu menempatkan salah satu pihak sebagai pemenang dan pihak lain dikalahkan. Menurut Black 607 adversary system adalah : The jurisprudential network of laws, rule and procedures characterized by opposing parties who contened against each other for a result favourable to themselves. In such system, the judge act an independent megistrate rather than prosecutor, distinguished from inquisitorial system. Terjemahan : Jaringan aturan hukum, aturan dan prosedur yang ditandai dengan penekanan para pihak di dalamnya terhadap satu sama lain untuk hasil yang menguntungkan bagi para pihak sendiri. Dalam sistem tersebut, hakim bertindak sebagai penengah yang independen daripada jaksa, dibedakan dari sistem inkuisitorial. Kemudian menurut M. Freedmann 608 bahwa ”the adversary system assumes that the most efficient and fair way of determining the truth is by presenting the strongest possible case for each side of the controversery before an impartial or jury” sistem pertentangan mengasumsikan bahwa cara yang paling efisien dan adil untuk menentukan kebenaran adalah dengan menghadirkan kemungkinan terkuat yang mungkin bagi setiap sisi perlawanan atas ketidakberpihakan atau juri. Sistem pertentangan ini dikatakan oleh Fuller 609 sangat membantu hakim dalam memberikan keputusan karena tidak saja memutus berdasarkan pada penglihatan sendiri melainkan juga berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan para pihak yang berperkara. 606 Ibid., hlm. 194. 607 Henry Champbell Black, Op.Cit., hlm. 34. 608 Dalam Riskin dan Westbrook, Dispute Resolution and Lawyers, American casebook Series, St. Paull Minn : West Publishing Company, 1987, hlm. 56-57 609 Dalam Harold J. Berman, Ceramah-Ceramah tentang Hukum Amerika Serikat, terjemahan Gregory Churchill, Jakarta : PT. Tatanusa, 1996, hlm. 27-37 Universitas Sumatera Utara 334 Hukum berfungsi untuk menertibkan pemecahan konflik. Secara tidak langsung, hukum dalam hal ini pengadilan, baru beroperasi setelah adanya konflik yaitu jika seseorang mengklaim bahwa kepentingannya sudah diganggu oleh pihak lain. Tugas pengadilan adalah untuk membuat suatu putusan yang akan mencegah konflik dari gangguan terciptanya kerjasama. 610 Fungsi hukum sering rancu dengan tujuan hukum, fungsi hukum mengacu pada peranan yang diemban hukum dan tujuan hukum menitikberatkan pada arah yang akan dicapai dari berfungsinya hukum. 611 Berman dan Greiner 612 mengatakan bahwa : Law then, not only has the function of settlement dispute but also has the function of regulating social action rationally and efficiently, of enabling people to get things done, or, more particularly, of making it possible topredict with more assurance what others will do . Terjemahan : hukum itu, tidak hanya memiliki fungsi penyelesaian sengketa, tetapi juga memiliki fungsi mengatur aksi sosial secara rasional dan efisien, yang memungkinkan orang untuk mendapatkan sesuatu atau lebih, khususnya membuat kemungkinan jaminan atas apa yang orang lain akan lakukan. Demikian juga Majelis Arbitrase ICSID yang menyelesaikan sengketa penanaman modal atas pilihan para pihak yang disepakati sebelumnya atau sesudah timbulnya sengketa guna memperoleh penyelesaian antara host state dan investor asing dalam pelaksanaan investasi. Hal ini senada dengan Gordon C. Post 613 yang menyatakan bahwa hukum pada hakekatnya baru timbul untuk dipermasalahkan kalau terjadi 610 Lihat Achmad Ali, Sosiologi Hukum Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, Jakarta : STIH IBLAM, 2004, hlm. 60. 611 Sidharta, Karakteristik Penalaran Hukum dalam Konteks Keindonesiaan, Bandung : CV. Utomo, 2006, hlm. 226-227. 612 Harold J. berman William R. Greiner, The Nature and Function of Law, New York : The Foundation Press, 1980, hlm. 33. 613 Dalam Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta : Liberty, 2003, hlm. Universitas Sumatera Utara 335 pelanggaran kaidah hukum, konflik, kebatilan atau ”tidak taat hukum” unlaw, onrecht , kalau segala sesuatu berlangsung dengan tertib, lancar tanpa terjadinya konflik atau pelanggaran hukum, tidak akan ada orang mempersoalkan hukum. Oleh karenanya seperti yang dikatakan Franz Magnis – Suseno 614 bahwa fungsi hukum yang paling mendasar adalah mencegah konflik kepentingan itu dipecahkan dalam konflik terbuka, jadi hukum merupakan sarana pemecahan konflik yang rasional, karena tidak berdasarkan fakta kekuatan-kekuatan alamiah belaka, melainkan menurut kriteria obyektif yang berlaku umum. Di sinilah fungsi pengadilan dan majelis arbitrase sebagai media penegak hukum yang sistemnya hampir serupa yaitu menyelesaikan sengketa dengan penerapan hukum dari hakim atau arbiter yang berkualitas qualified. Pengadilan bukan semata-mata untuk mengadili melainkan sebagai pengertian yang abstrak yaitu hal memberikan keadilan. Hal yang memberikan keadilan berarti bertalian dengan tugas badan pengadilan atau hakim dalam memberi keadilan, yaitu memberikan kepada yang bersangkutan, konkritnya kepada yang mohon keadilan apa yang menjadi haknya atau apa hukumnya. 615 Hal tersebut tentunya sangat sulit karena keadilan tidak akan sama penerimaannya bagi setiap orang sehingga proses pengambilan putusan akan menyita waktu dan pikiran bagi seorang hakim terutama bagi persoalan yang menyita perhatian masyarakat. Oleh karena itu tidak salah jika 614 Franz-Magnis Suseno, Etika Politik, Jakarta : Gramedia, 1987, hlm. 77. 615 Sudikno Mertokusumo, Sejarah Peradilan dan Perundang-undangnya di Indonesia Sejak 1942 dan Apakah Kemanfaatannya Bagi Kita Bangsa Indonesia, Bandung : Kilat Madju, 1971, hlm.2. Universitas Sumatera Utara 336 pengadilan diberi tempat yang terhormat sebagaimana dikatakan R. Dworkin 616 bahwa ”the court are the capital of law‟s empire,” atau penghormatan kepada hakim sebagai pembuat keputusan seperti pendapat J.P. Dawson 617 bahwa hakim merupakan anggota masyarakat setempat yang terkemuka dan terhormat. Bahkan JR. Spencer 618 menyebutkan bahwa putusan yang dijatuhkan pengadilan diibaratkan seperti ”putusan T uhan” atau ”the judgement was that of God.” Hukum terkadang tertinggal jauh dari perubahan masyarakat, namun ketertinggalan itu tidak akan sulit diatasi oleh hakim karena terdapat metode penafsiran dan penemuan hukum untuk menyesuaikan antara hukum dan perubahan masyarakat yang terjadi begitu cepat. Seorang hakim diharapkan memiliki sifat independen. Independensi hakim akan terlihat dalam memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara yang dihadapkan kepadanya, dengan cara memeriksa perkara dengan tidak memihak dan memberikan putusan hukum yang berkeadilan. 619 NH Chan 620 dalam bukunya mengatakan bahwa “a judge in the adversarial system must be impartial and must appear to be impartial, this is because justice must not only be done, it must be seen to be done and after that his only duty is to do justice according to law,” hakim 616 Ronald Dworkin, Taking Right Seriously, Massachusett : Harvard University Press, 1978, hlm. 407. 617 John P. Dawson, “Peranan Hakim di Amerika Serikat,” dalam Harold J. Berman, Ceramah- Ceramah Tentang Hukum Amerika Serikat, terjemahan Gregory Churchil, Jakarta : PT. Tatanusa, 1996, hlm. 22. 618 J. R. Spencer, Jackson‟s Machinery of Justice, Cambridge University Press, 1989, hlm. 19. Lihat juga dalam Harold J. Berman, “Segi-Segi Filosofis Hukum Amerika,” Harold J. Berman, dalam Ceramah- Ceramah … , ibid., hlm. 271. 619 Harifin A. Tumpa, “Apa Yang Diharapkan Masyarakat Dari Seorang Hakim,” Varia Peradilan, Majalah Hukum Tahun XXV No. 298, September 2010, hlm. 6-7. 620 NH Chan, How To Judge The Judges, Second Edition, Malaysia : Sweet Maxwell Asia, 2009, hlm. 3. Universitas Sumatera Utara 337 dalam sistem adversarial harus tidak memihak dan harus tidak terlihat memihak, ini karena keadilan tidak hanya harus dilakukan, harus terlihat dilakukan dan setelah itu hanya kewajibannya adalah untuk melakukan keadilan menurut hukum, di mana hal tersebut dapat dimonitor oleh masyarakat melalui persidangan yang terbuka untuk umum, sama halnya yang diharapkan dalam putusan arbitrase yang dapat di kontrol jika dipublikasi. Itulah sebabnya juga dikatakan Chan 621 bahwa kualifikasi penting untuk menjadi hakim adalah tidak memihak impartiality dan menjalankan keadilan menurut hukum administering justice according to law. Masyarakat bisa mendapatkan keadilan melalui forum resmi yang telah disediakan oleh negara melalui pengadilan atau di luar pengadilan. Keadilan yang diperoleh melalui pendistribusian secara ekslusif oleh negara yaitu pengadilan disebut oleh Marc Galanter sebagai sentralisme hukum legal centralism, 622 sedangkan keadilan yang didapat oleh pihak-pihak yang bersengketa melalui forum-forum di luar jalur litigasi dengan mendasarkan pada hukum rakyat atau hukum pribumi dinamakan desentralisme hukum, 623 di mana penyelesaian sengketa arbitrase investasi ini masuk kedalam kategori desentralisme hukum. Pengadilan dikatakan baik jika memenuhi 3 tiga syarat utama sebagaimana dikatakan Richard Meredith Jacson 624 yaitu ”... they have a known procedure, their b ehavior is fairly predictable and they are eminently respectable” pengadilan telah 621 Ibid., hlm. 7. 622 Marc Galanter, “Justice in Many Rooms : Courts, Private Ordering, and Indigenous Law, “ Legal Pluralism Journal, 1981, hlm. 97. 623 Adi Sulistiyono, op.cit., hlm. 19. 624 Setiawan, “Putusan Hakim Sebagai Transformasi Ide Keadilan,” Varia Peradilan, Tahun VII No. 80 Mei 1992, hlm. 136-146. Universitas Sumatera Utara 338 memiliki prosedur yang dikenal, perilaku yang dapat diprediksi dan sangat terhormat. Agar dapat memenuhi syarat utama tersebut maka putusan hakim harus memperhatikan preseden yang ada, memperhatikan hukum tertulis dan hukum yang hidup dalam masyarakat living law 625 serta terbuka untuk umum, kecuali perkara- perkara yang ditetapkan oleh undang-undang. 626 Dalam melakukan tugasnya memeriksa dan mengadili perkara perdata, hakim wajib mempedomani tujuh asas dalam hukum acara perdata, yaitu : 1. Sederhana. 627 2. Kesamaan kedudukan para pihak. 628 3. Hakim aktif memimpin proses. 629 4. Proses beracara pada asasnya berjalan secara lisan. 630 5. Pemeriksaan terbuka untuk umum. 631 6. Putusan pengadilan harus diberi pertimbangan yang cukup. 632 625 Lihat Pasal 5 ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa “Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. ” 626 Lihat Pasal 13 ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa “Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang- undang menentukan lain.” 627 Pasal 2 ayat 4 UU Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa “Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat ter capainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.” 628 Pasal 4 ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda- bedakan orang.” 629 Pasal 4 ayat 2 UU Kekuasaan Kehakiman . 630 Ibid. 631 Pasal 13 UU Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa : “1 Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-undang menentukan lain. 2 Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.3 Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 mengakibatkan putusan batal demi hukum.” 632 Pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 UU Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa : “Putusan diambil berdasarkan sidang permusyawaratan hakim yang bersifat rahasia. 2 Dalam Universitas Sumatera Utara 339 7. Penyelesaian perkara dengan tenggang waktu yang pantas. Selain asas persidangan terbuka untuk umum tersebut, saat ini telah berlaku Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung No. 144KMASKVIII2007 tentang Keterbukaan Informasi Di Pengadilan SK-KMA-1, yang kemudian dicabut dan diganti dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung No. 1- 144KMASKI2011 tentang Pedoman Pelayanan Informasi Di Pengadilan SK- KMA-2 yang bertujuan untuk memastikan terlaksananya prinsip transparansi dan mendorong pelayanan informasi yang sederhana, cepat dan biaya ringan di pengadilan serta menegaskan bahwa semua putusan pengadilan harus dipublikasikan melalui website bahkan meskipun belum berkekuatan hukum tetap, di mana hal ini merupakan salah satu jawaban tuntutan publik di era tekhnologi informasi seperti saat ini. 633 Dalam Surat Keputusan tersebut dijamin hak-hak masyarakat untuk memperoleh beberapa informasi pokok yang penting atau dapat diketahui publik, misalnya : 1. Putusan pengadilan, khususnya yang telah berkekuatan hukum tetap. 2. Tahapan suatu perkara dalam proses pemeriksaan perkara. 3. Biaya perkara dan lainnya. sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menja di bagian yang tidak terpisahkan dari putusan.” 633 Dalam konsideran c SK-KMA-2 dinyatakan bahwa untuk mewujudkan pelaksanaan tugas pelayanan informasi yang efisien dan efektif, serta sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, diperlukan pedoman pelayanan informasi yang sesuai dengan tug as, fungsi dan organisasi pengadilan. Universitas Sumatera Utara 340 Prinsip pengadilan yang terbuka transparent merupakan salah satu prinsip pokok dalam sistem peradilan di dunia. Keterbukaan merupakan kunci lahirnya akuntabilitas pertanggungjawaban. Melalui keterbukaan transparansi maka hakim dan pegawai pengadilan akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Secara tradisional, wujud keterbukaan pengadilan yaitu ”sidang terbuka un tuk umum,” kecuali untuk perkara kesusilaan dan perkara anak. Bahkan pada pembacaan putusan, sidang terbuka untuk umum merupakan satu keharusan. Kalau tidak, putusan menjadi batal demi hukum null and void, van rechtswege nietig . 634 Putusan dan penetapan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap dan putusan tertentu yang belum berkekuatan hukum tetap 635 adalah merupakan informasi yang harus diumumkan oleh setiap pengadilan sesuai Pasal 6 ayat 1 huruf e dan f dan Pasal 15 huruf a serta ditetapkan bahwa yang termasuk informasi yang terbuka adalah informasi yang selama ini sudah dapat diakses publik melalui publikasi pengadilan. 636 Ketentuan tersebut sama dengan bentuk publikasi yang dilakukan oleh Lembaga ICSID melalui website resminya sehingga jelas bahwa keterbukaan saat ini telah menjadi suatu trend dalam segala hal yang umumnya dahulu diketahui sebagai suatu hal yang rahasia seperti arbitrase. 634 Mahkamah Agung Republik Indonesia, SK KMA No. 144KMASKVIII2007 tentang Keterbukaan Informasi Di Pengadilan , Jakarta : MARI, 2008, hlm. 9. 635 Putusan perkara tertentu yang harus diumumkan meskipun belum berkekuatan hokum tetap adalah korupsi, terorisme, narkotikapsikotropika, pencucian uang atau perkara lain yang menarik perhatian publik atas perintah Ketua Pengadilan. sesuai Pasal 6 ayat 2 SK KMA-1 636 Lihat Pasal 21 SK KMA-1 Universitas Sumatera Utara 341

D. Pergeseran Prinsip Dari Kerahasiaan Ke Arah Keterbukaan Putusan Arbitrase.

Dokumen yang terkait

Penerapan prinsip arbitrase di indonesia dalam studi sengketa kepemilikan Televisi Pendidikan Indonesia (MNC TV): analisis putusan MA No. 862 K/Pdt/2013

11 60 165

PERANAN AMDAL DALAM PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN BEBERAPA NEGARA ASIA TENGGARA.

5 146 1

PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING ANTARA NEGARA DENGAN WARGA NEGARA ASING MELALUI ARBITRASE INTERNATIONAL CENTRE FOR SETTLEMENT OF INVESTMENT DISPUTES (ICSID ).

0 1 6

PENCABUTAN PENASEHAT HUKUM DALAM ARBITRASE DIKAITKAN DENGAN PUTUSAN MAJELIS ARBITRASE ICSID ATAS DASAR MEMBAHAYAKAN PERSIDANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN ARBITRASE DI INDONESIA.

0 0 2

Pembatalan Putusan Arbitrase Internacional di Pengadilan Indonesia

0 1 17

BANDING ATAS PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 224

Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

0 2 35

BAB II PRINSIP KETERBUKAAN ATAS PUTUSAN ARBITRASE ICSID ANTARA INVESTOR ASING DENGAN HOST STATE H. Prinsip Keterbukaan - Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

1 1 199

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

0 0 56

PENERAPAN PRINSIP KETERBUKAAN ATAS PUTUSAN ARBITRASE ICSID DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN BEBERAPA NEGARA DISERTASI

0 1 19