Penerapan Prinsip Keterbukaan Arbitrase Di Malaysia.

265 Koordinasi Penanaman Modal dan sebelumnya BKPM telah memperjanjikan memberi hak pengelolaan hotel Kartika Plaza kepada AMCO selama jangka waktu 30 tahun, namun BKPM mencabut izin investasi tersebut ketika memasuki tahun ke-9 dan atas tindakan BKPM yang melanggar perjanjian tersebut maka Indonesia wajib membayar kerugian yang timbul akibat pencabutan izin investasi sebesar US 3.200.000., tanggung jawab mana diselesaikan melalui lembaga ICSID sebagaimana telah ditentukan. Kedaulatan negara juga berkaitan dengan kewenangan negara untuk melakukan publikasi putusan. Publikasi putusan tersebut akan diperjanjikan dalam perjanjian arbitrase. Oleh karena penyelesaian sengketa melalui ICSID melibatkan negara maka baik jika dilakukan publikasi putusan sebagai bentuk tanggungjawab negara kepada rakyatnya dan cerminan asas-asas pemerintahan yang baik yaitu transparansi. Selain itu arbitrase ICSID tidak mengatur mengenai kewajiban kerahasiaan secara mutlak sebagaimana Pasal 48 ayat 5 Konvensi ICSID dan Aturan 48 ayat 4 ICSID Arbitration Rules bahwa publikasi putusan diperbolehkan atas kesepakatan para pihak.

B. Penerapan Prinsip Keterbukaan Arbitrase Di Malaysia.

Malaysia mengatur masalah arbitrase secara nasional dan internasional dalam ”Act 646 tentang Arbitration Act 2005” yang berlaku sejak 15 Maret 2006 yang disusun berdasarkan ”UNCITRAL Model Law,” dan undang-undang ini mencabut ”Act 93 tentang The Arbitration Act 1952 dan Act 320 tentang The Convention on the Universitas Sumatera Utara 266 Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards Act 1985 .” Selanjutnya pada tahu n 2011 dilakukan amandemen yang berdasarkan pada ”Arbitrase Bill 2010” yang bertujuan untuk mengatasi inkonsistensi dalam menafsirkan ketentuan sebelumnya dan lebih mewakili keinginan masyarakat dalam melakukan arbitrase. ”Arbitrase Bill 2010” kemudian disahkan menjadi ”Act A1395 Arbitrase Act 2011” setelah menerima persetujuan Royal pada tanggal 23 Mei 2011 dan dipublikasi dalam Berita pada tanggal 2 Juni 2011. 508 Undang-Undang ini juga berlaku jika suatu sengketa melibatkan pemerintah dan komponen pemerintah Malaysia, sebagaimana Pasal 5 yang berbunyi : “This Act shall apply to any arbitration to which the Federal Government or the Government of any component state of Malaysiais a party.” Ruang lingkup sengketa arbitrase di Malaysia menurut Pasal 4 ayat 1 ”Act 646 Arbitration Act 2005 ” dan perubahannya tahun 2011 509 adalah ”any dispute which the parties have agreed to submit to arbitration under an arbitration agreement may be determined by arbitration unless the arbitration agreement is contrary to public p olicy” setiap sengketa yang disepakati oleh para pihak untuk diselesaikan melalui arbitrase kecuali bertentangan dengan ketertiban umum. Akan tetapi khusus untuk arbitrase internasional, menggunakan Bagian III undang-undang ini. Baik ”Act 646 Arbitration Act 2005” maupun ”Act A 1395 Arbitration Act 2011” tidak mengatur mengenai kerahasiaan dan keterbukaan putusan arbitrase 508 Diunduh dari http:www.skrine.comthe-arbitration-amendment-act-2011. 509 Pasal 4 ayat 1 Arbitration Act 2005. Universitas Sumatera Utara 267 secara jelas. Prinsip keterbukaan sebagai lawan dari kerahasiaan yang telah lama dikenal dalam arbitrase, secara alternatif berdasarkan prinsip otonomi para pihak bahwa para pihak dapat memilih secara tidak langsung untuk tunduk pada kewajiban kerahasiaan dengan memilih menyelesaikan sengketa pada suatu institusi arbitrase yang memiliki aturan yang berisi kewajiban kerahasiaan atau memberi peluang keterbukaan atas putusan arbitrase. Di Malaysia juga terdapat lembaga arbitrase yang dapat dipilih untuk menyelesaikan sengketa komersial melalui lembaga arbitrase KLRCA Kuala Lumpur Regional Center For Arbitration yang menggunakan KLRCA Arbitration Rules Revisi Tahun 2013. Aturan tersebut jelas mengatur kerahasiaan putusan arbitrase dalam Pasal 15 KLRCA Arbitration Rules Revisi Tahun 2013 berbunyi: The arbitral tribunal, the parties, all experts, all witnesses and the KLRCA shall keep confidential all matters relating to the arbitral proceedings including any award except where disclosure is necessary for purposes of implementation and enforcement or to the extent that disclosure may be required of a party by legal duty, to protect or pursue a legal right or to challenge an award in bona fide legal proceedings before a state court or other judicial authority. Terjemahan : Majelis arbitrase, para pihak, semua ahli, semua saksi dan KLRCA harus menjaga kerahasiaan segala hal yang berkaitan dengan proses arbitrase termasuk putusan kecuali publikasi diperlukan untuk tujuan pelaksanaan dan penegakan hukum atau sejauh publikasi yang mungkin diperlukan dari suatu pihak karena hukum mewajibkan, untuk melindungi atau mengejar hak hukum atau untuk menentang putusan dalam proses hukum yang baik sebelum pengadilan negara atau kewenangan peradilan lainnya. Sedangkan Pasal 18 KLRCA Fast Tract Arbitration Rules Revisi Tahun 2013 berbunyi : The parties and Arbitral Tribunal shall at all time treat all matters relating to the arbitration and the award as confidential. A party or any arbiter shall not, Universitas Sumatera Utara 268 without the prior witten consent of the other party or the parties as the case may be, disclose to a third party any such matter except : Para pihak dan majelis arbitrase wajib setiap saat memperlakukan semua permasalahan yang berkaitan dengan arbitrase dan putusan secara rahasia. Pihak atau arbiter manapun tidak boleh, tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak atau para pihak lain, sesuai dengan keadaan, mengungkapkannya kepada pihak ketiga mengenai permasalahan tersebut kecuali : a For the purpose of making an application to any competent court Untuk tujuan membuat permohonan pada pengadilan yang berwenang. b For the purpose of making an application to the courts of any state to enforce the award Untuk tujuan membuat permohonan kepada pengadilan dari negara manapun untuk melaksanakan putusan. c Pursuant to the order of a court of competent jurisdiction Sesuai dengan perintah pengadilan dari yurisdiksi yang berwenang. d In compliance with the provisions of the laws of any state which is binding on the party making the disclosure; or Sesuai dengan ketentuan hukum dari negara manapun yang mengikat pihak yang mengungkapkan; atau. e In compliance with the request or requirement of any regulatory body or other authority which, if not binding nonetheless would be observed customarily by the party making the disclosure Memenuhi permintaan atau persyaratan dari badan pengatur atau pihak berwenang lainnya yang, jika tidak mengikat namun tetap saja akan dijalankan berdasarkan kebiasaan oleh pihak yang mengungkapkan. Dari peraturan di atas, terlihat bahwa meskipun secara umum aturan arbitrase di Malaysia yang mengatur tentang arbitrase internasional tetapi tidak ada mengatur mengenai kerahasiaan putusan, namun Pasal 15 KLRCA Arbitration Rules Revisi Tahun 2013 dan Pasal 18 KLRCA Fast Tract Arbitration Rules Revisi Tahun 2013 menerapkan kewajiban kerahasiaan khusus dalam penyelesaian sengketa arbitrase komersial dengan memberi batasan mengenai lingkup kewajiban kerahasiaan dan memberi pengecualian kerahasiaan mengenai keterbukaan putusan untuk beberapa Universitas Sumatera Utara 269 hal tertentu. 510 Dengan demikian, kecuali para pihak menyetujui lain maka para pihak harus menjaga kerahasiaan atas semua hal yang berkaitan dengan proses arbitrase dan putusannya kecuali publikasinya diperlukan untuk tujuan penerapan dan pelaksanaannya. Oleh karenanya ketika para pihak secara langsung maupun tidak langsung telah menyepakati suatu kewajiban arbitrase, para pihak dalam perjanjian akan menghadapi kesulitan dan kehilangan fungsi perjanjian kerahasiaan tersebut jika berhadapan dengan penerapan hukum yang mempengaruhi kesepakatan para pihak atas kewajiban kerahasiaan, termasuk di dalamnya hukum arbitrase yang harus dilaksanakan ketika berhadapan dengan hukum tempat negara pelaksana putusan yang tentunya secara umum menerobos kewajiban kerahasiaan. Berkaitan dengan investasi, Malaysia juga telah menandatangani 70 Bilateral Investment Treaty BIT sebagai berikut : 511 Tabel 3 : Daftar BIT Malaysia No. Negara Tanggal Tandatangan Tanggal Berlaku 1. Albania 24 Januari 1994 23 Maret 1994 2. Algeria 27 Januari 2000 - 3. Argentina 6 September 1994 20 Maret 1996 4. Austria 12 April 1985 01 Januari 1987 5. Bahrain 14 Juni 1999 31 Agustus 2000 6. Bangladesh 12 Oktober 1994 01 Agustus 2003 510 Hal ini juga sesuai wawancara dengan MR. Lim Chee Wee, President of The Malaysian Bar, Tan Sri Dato‟ Seri MD Raus Bin Syarif, President Court of Appeal Malaysia setingkat Ketua Pengadilan Tinggi di Indonesia dan Datuk Sundra Rajoo dari KLRCA, pada tanggal 20 Maret 2013 dalam International Seminar KLRCA, berjudul “Effective Dispute Resolution : A Malaysian Perspektive”, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta yang diselenggarakan oleh KLRCA Kuala Lumpur Regional Center For Arbitration. 511 Sumber : www.investmentpolicyhub.unctad.orgIIACountryBits127IiaInnerMenu. Universitas Sumatera Utara 270 7. Belgium-Luxembourg 22 November 1979 8 Februari 1982 8. Bosnia and Herzegovina 16 Desember 1994 27 Mei 1995 9. Botswana 31 Juli 1997 - 10. Burkina Faso 23 Juli 1998 18 Agustus 2003 11. Camboja 17 Agustus 1994 - 12 Chili 11 November 1992 04 Agustus 1995 13 China 21 November 1988 31 Maret 1990 14 Croatia 16 Desember 1994 19 Juli 1996 15 Cuba 26 September 1997 27 Oktober 1999 16 Czech Republic 09 September 1996 03 Desember 1998 17 Denmark 06 Januari 1992 18 September 1992 18 Djibouti 03 Agustus 1998 - 19 Mesir 14 April 1997 - 20 Ethiopia 22 Oktober 1998 4 Juni 1999 21 Finlandia 15 April 1985 03 Januari 1988 22 Prancis 24 April 1975 01 September 1976 23 Jerman 22 Desember 1960 06 Juli 1963 24 Ghana 11 November 1996 18 April 1997 25 Guinea 07 November 1996 24 Februari 1997 26 Hungaria 19 Februari 1993 08 Juli 1995 27 India 03 Agustus 1995 12 April 1997 28 Indonesia 22 Januari 1994 27 Oktober 1999 29 Republik Islam Iran 22 Juli 2002 5 Agustus 2006 30 Italia 04 Januari 1988 25 Oktober 1990 31 Jordan 02 Oktober 1994 03 Maret 1995 32 Kazakhstan 27 Mei 1996 03 Agustus 1997 33 Rep. Demokrasi Korea 11 April 1988 31 Maret 1989 34 Rep. Korea 04 Februari 1998 17 Oktober 1998 35 Kuwait 21 November 1987 - 36 Republik Kyrgyz 20 Juli 1995 16 Desember 1995 37 Rep. Demokrasi Laos 08 Desember 1992 - 38 Lebanon 26 Februari 1998 20 Januari 2002 39 Rep. Yugoslavia Macedonia 11 November 1997 - 40 Malawi 05 September 1996 - 41 Mongolia 27 Juli 1995 14 Januari 1996 42 Moroko 16 April 2002 23 April 2009 43 Namibia 12 Agustus 1994 - 44 Netherland 15 Juni 1971 13 September 1972 45 Norway 06 November 1984 07 Januari 1986 46 Pakistan 07 Juli 1995 30 Nopember 1995 Universitas Sumatera Utara 271 47 Papua New Guinea 27 Oktober 1992 - 48 Peru 13 Oktober 1995 - 49 Poland 21 April 1993 23 Maret 1994 50 Romania 26 November 1982 20 Juli 1984 51 Romania 25 Juni 1996 08 Mei 1997 52 San Marino 27 September 2012 - 53 Saudi Arabia 25 Oktober 2000 14 Agustus 2001 54 Senegal 11 Februari 1999 - 55 Slovakia 12 Juli 2007 - 56 Spain 04 April 1995 16 Februari 1996 57 Sri Lanka 16 April 1982 31 Oktober 1985 58 Sudan 14 Mei 1998 - 59 Sweden 03 Maret 1979 06 Juli 1979 60 Switzerland 01 Maret 1978 09 Juni 1978 61 Turkey 25 Februari 1998 09 September 2000 62 Syria 7 Januari 2009 3 Mei 2009 63 Turkmenistan 30 Mei 1994 - 64 United Arab Emirates 11 Oktober 1991 - 65 United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland 21 Mei 1981 21 Oktober 1988 66 Uruguay 09 Agustus 1995 13 April 2002 67 Uzbekistan 06 Oktober 1997 - 68 Vietnam 21 Januari 1992 - 69 Republik Yemen 11 Februari 1998 - 70 Zimbabwe 28 April 1994 - Dari 70 BIT tersebut di atas, Malaysia telah memberlakukan BIT dalam bentuk perjanjian tertulis dengan 37 negara yaitu Albania, Algeria, Uni Emirat Arab, Argentina, Austria, Belanda, Bosnia, Republik Cezhna, Cili, Croatia, Denmark, Mesir, Etiopia, Finlandia, Ghana, Hungaria, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Kamboja, Kazakhstan, Kyrgyz, Korea, Lebanon, Macedonia, Mongolia, Norwegia, Prancis, Romania, Saudi Arabia, Slovakia, Sudan, Swedia, Turki, dan Vietnam, yang seluruhnya tidak menyinggung masalah kerahasiaan maupun keterbukaan dalam Universitas Sumatera Utara 272 perjanjian investasi antara Malaysia dengan 37 negara tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam arbitrase investasi, masalah kerahasiaan dan keterbukaan bukan merupakan hal yang krusial untuk diperjanjikan di Malaysia. Selanjutnya, berdasarkan data yang diolah dari website ICSID, sejak ICSID berdiri hingga saat ini terdapat hanya 4 empat sengketa penanaman modal yang melibatkan Malaysia sebagai Tergugat yang diselesaikan melalui ICSID, namun hanya 1 satu putusan yang rahasia yaitu sengketa Philippe Gruslin v. Malaysia ICSID Case No. ARB941 sedangkan 3 tiga sengketa lainnya telah mempublikasi putusannya, sebagai berikut : 512 1. Sengketa Philippe Gruslin v. Malaysia ICSID Case No. ARB941. Sengketa ini mengenai perusahaan konstruksi yang didaftarkan pada tanggal 13 Januari 1994. Kemudian ditetapkan arbiter tunggal pada tanggal 31 Mei 1994 yaitu Sompong Sucharitkul Thailand. Proses perkara ini dihentikan pada 24 April 1996 berdasarkan Aturan 43 ayat 1 ICSID Arbitration Rules yaitu proses persidangan sengketa tersebut diminta untuk dihentikan atas kesepakatan para pihak dan putusannya tidak dipublikasi tetap rahasia. 2. Sengketa Philippe Gruslin v. Malaysia ICSID Case No. ARB993. Sengketa ini mengenai pemegang saham perusahaan yang didaftarkan pada tanggal 12 Mei 1999. Kemudian ditetapkan arbiter tunggal pada tanggal 09 Juni 1999 yaitu Gavan Griffith Australia. Perkara ini diputuskan berkaitan dengan yurisdiksi 512 Sumber : https:icsid.worldbank.orgICSIDFrontServlet. Universitas Sumatera Utara 273 sengketanya pada tanggal 27 November 2000 dan dipublikasi melalui 5 ICSID Report. 484 2002. Dalam amar putusannya menyatakan bahwa Lembaga ICSID tidak berwenang atau tidak memiliki kompetensi untuk menyelesaikan sengketa ini. 3. Sengketa Malaysian Historical Salvors, SDN, BHD v. Malaysia ICSID Case No. ARB0510. Sengketa ini mengenai perjanjian penyelamatan barang yang didaftarkan pada tanggal 14 Juni 2005. Kemudian ditetapkan arbiter tunggal pada tanggal 01 November 2005 yaitu Michael Hwang Singapura. Perkara ini diputuskan pada tanggal 17 Mei 2007 mengenai yurisdiksi, namun dimohonkan pembatalan putusan pada tanggal 17 September 2007 dengan susunan komisi Ad Hoc yaitu Stephen M. Schwebel Amerika Serikat sebagai presiden, dengan Mohamed Shahabuddeen Guyana dan Peter Tomka Slovakia masing-masing sebagai anggota. Putusan pembatalan atas putusan tersebut dijatuhkan pada tanggal 16 April 2009 serta keseluruhan putusannya beserta dissenting opinion dari salah satu arbiter yaitu Mohamed Shahabuddeen Guyana dan telah dipublikasikan melalui website ICSID. 513 Melalui putusan tanggal 16 April 2009 tersebut telah diberikan pertimbangan yaitu membatalkan putusan tanggal 17 Mei 2007 dan menghukum Pemerintah Malaysia untuk membayar biaya atas proses pembatalan ini serta para pihak juga harus membayar biaya representasi putusan pembatalan ini. 513 https:icsid.worldbank.orgICSIDFrontServlet?requestType=GenCaseDtlsRHactionVal=Li stConcluded . Universitas Sumatera Utara 274 4. Sengketa MTD Equity Sdn Bhd v. MTD Chile SA ICSID Case ARB0107. Sengketa ini mengenai konstruksi areal kediaman dan kompleks perdagangan yang didaftarkan pada tanggal 06 Agustus 2001. Kemudian ditetapkan majelis arbiternya pada tanggal 05 Maret 2002 yaitu Andrés Rigo Sureda Spanyol sebagai presiden, dengan Marc Lalonde Canada dan Rodrigo Oreamuno Costa Rica masing-masing sebagai anggota. Putusan dijatuhkan pada tanggal 25 Mei 2004 dan di publikasikan dalam bentuk text elektronik oleh International Law in Brief. 514 Sengketa Malaysian Historical Salvors, SDN, BHD v. Malaysia dapat menjadi preseden ICSID yang penting karena beberapa alasan : Pertama, arbiter menyusun analisis yang detail dari pentingnya keberadaan preseden yang ada mengenai investasi. Kedua, sengketa MHS v. Malaysia adalah tuntutan penyelamatan barang yang di bawa ke ICSID. Ketiga, karena yurisdiksi mengurangi kewenangan Pasal 25 ayat 1 Konvensi ICSID, tidak ada isu terkait yang dianalisis. Keempat, sengketa MHS v. Malaysia adalah arbitrase ICSID pertama yang mempublikasikan seluruh pembelaan para pihak. 515 Dengan demikian berdasarkan BIT dan sengketa di atas, mayoritas BIT tidak memperjanjikan klausula keterbukaan maupun kerahasiaan, begitu juga dengan sengketa ada yang rahasia dan ada juga yang terbuka. Malaysia pada dasarnya tidak 514 Lihat dalam http:www.asil.orgilibMTDvChile.pdf 515 Selengkapnya lihat John P. Given, “Malaysia Historical Salvors Sdn., Bhd. V. Malaysia: An End To The Liberal Definition Of “Investment” In Icsid Arbitrations?, “ westlaw 31 LYLAICLR 467, 31 Loy. L.A. Intl Comp. L. Rev. 467, Loyola of Los Angeles International and Comparative Law Review, Summer 2009. Universitas Sumatera Utara 275 menganut kewajiban kerahasiaan secara mutlak terhadap putusan arbitrase melainkan memberi kebebasan kepada para pihak untuk mempublikasikan ataupun merahasiakan sengketa yang melibatkan negaranya.

C. Penerapan Prinsip Keterbukaan Arbitrase Di Singapura.

Dokumen yang terkait

Penerapan prinsip arbitrase di indonesia dalam studi sengketa kepemilikan Televisi Pendidikan Indonesia (MNC TV): analisis putusan MA No. 862 K/Pdt/2013

11 60 165

PERANAN AMDAL DALAM PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN BEBERAPA NEGARA ASIA TENGGARA.

5 146 1

PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING ANTARA NEGARA DENGAN WARGA NEGARA ASING MELALUI ARBITRASE INTERNATIONAL CENTRE FOR SETTLEMENT OF INVESTMENT DISPUTES (ICSID ).

0 1 6

PENCABUTAN PENASEHAT HUKUM DALAM ARBITRASE DIKAITKAN DENGAN PUTUSAN MAJELIS ARBITRASE ICSID ATAS DASAR MEMBAHAYAKAN PERSIDANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN ARBITRASE DI INDONESIA.

0 0 2

Pembatalan Putusan Arbitrase Internacional di Pengadilan Indonesia

0 1 17

BANDING ATAS PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 224

Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

0 2 35

BAB II PRINSIP KETERBUKAAN ATAS PUTUSAN ARBITRASE ICSID ANTARA INVESTOR ASING DENGAN HOST STATE H. Prinsip Keterbukaan - Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

1 1 199

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

0 0 56

PENERAPAN PRINSIP KETERBUKAAN ATAS PUTUSAN ARBITRASE ICSID DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN BEBERAPA NEGARA DISERTASI

0 1 19