Penerapan Prinsip Keterbukaan Arbitrase Di Singapura.

275 menganut kewajiban kerahasiaan secara mutlak terhadap putusan arbitrase melainkan memberi kebebasan kepada para pihak untuk mempublikasikan ataupun merahasiakan sengketa yang melibatkan negaranya.

C. Penerapan Prinsip Keterbukaan Arbitrase Di Singapura.

Singapura adalah negara kecil dengan sumber daya alam yang terbatas. Di awal kemerdekaannya, negara fokus pada kebijakan pertumbuhan industri yang akan mempertahankan eksistensi negara dan menjamin kelangsungan hidup ekonomi. Oleh karena itu, penekanan dalam transportasi dan sektor jasa perkapalan, keuangan dan teknologi, dan saat ini dikembangkan kegiatan wisata dan pendidikan. Dengan kemakmuran ekonomi Singapura telah diakui secara “de facto” oleh Dunia sebagai negara dengan status ekonomi yang unggul atas dasar yang pendapatan per kapita dan standar hidup. 516 Dengan status perekonomian yang baik, Singapura tentunya tidak terlepas dari investasi termasuk penyelesaian sengketanya, di mana arbitrase memegang peranan penting sebagai media penyelesaian sengketa bisnis di negaranya. Bahkan Singapura telah menjadi pilihan yurisdiksi arbitrase di Asia. Selain itu posisi geografis Singapura mendukung untuk menjadi pusat penyelesaian sengketa yang penting sehingga terwujudlah Singapura menjadi pusat bisnis satu titik one-stop business centre secara total dan mencegah agar Singapura tidak menjadi masyarakat yang terlalu cepat menggugat ke pengadilan. 516 Warren B, loc.cit., hlm. 267. Universitas Sumatera Utara 276 Singapura adalah negara yang menganut sistem common law yang didasarkan pada tradisi common law Inggris. Untuk arbitrase, Singapura menganut sistem double-track , yaitu kerangka arbitrase untuk domestik dan kerangka arbitrase internasional. Dikatakan sebagai arbitrase domestik jika tempat arbitrase di Singapura dan para pihaknya berasal dari kebangsaan Singapura yang diatur dalam ”Chapter 10 Arbitration Act Edisi Revisi 2002 yang berlaku sejak 1 Maret 2002. Sedangkan arbitrase internasional diatur dalam ”Chapter 143A International Arbitration Act” IAA tahun 1994 sebagaimana perubahannya tahun 2002. 517 International Arbitration Act of Singapore IAA, Act Chapter 143A No.23 of 1994 yang telah diubah menjadi Law Act Chapter 275 tanggal 31 Desember 2002, dalam Pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa ruang lingkup arbitrase adalah ”any dispute which the parties have agreed to submit to arbitration under an arbitration agreement may be determined by arbitration unless it is contrary to public policy to do so” setiap perselisihan yang mana para pihak telah sepakat untuk tunduk kepada arbitrase sesuai perjanjian arbitrase yang dapat ditentukan oleh arbitrase kecuali itu bertentangan dengan kebijakan publik untuk melakukannya. Singapura memiliki sistem hukum parlemen yang mengikuti model Westminster Inggris dengan undang-undang dasar tertulis didasarkan atas Undang- Undang Dasar tahun 1963, dengan beberapa konsep yang diturunkan dari Undang- Undang Dasar Malaysia, yang ditarik dari pengalaman Amerika Serikat dan India dan 517 Benny S. Tabalujan, Singapore Business Law, second edition, Singapore : Business Law Asia, 2000, hlm. 52-53. Universitas Sumatera Utara 277 dianggap sebagai hukum tertinggi. Selama ini, Singapura telah berhasil membentuk opini publik yang sepakat atas penyelesaian sengketa di Singapura. Pengadilan juga di pandang bebas dari korupsi. Pengadilan memiliki catatan yang baik untuk sifat netral dan transparansinya dalam proses hukum. Singapura juga tercatat sebagai negara dengan resiko rendah berkaitan dengan sistem peradilan dan penegakan hukum. Berbeda dengan Malaysia yang mengatur seluruh peraturan arbitrase dalam satu undang-undang, Singapura mengatur mengenai arbitrase penyelesaian sengketa investasi secara tersendiri melalui “Act 18 of 1968” yang kemudian di revisi pada tanggal 31 Maret 2012 dengan “Arbitration International Investment Disputes Act Chapter 11” tentang “Act to implement the International Convention on the Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of other States . ” Undang-Undang untuk mengimplementasikan Konvensi Internasional tentang Penyelesaian Perselisihan Investasi antara Negara dan Warga Negara Lain. 518 Berkaitan dengan investasi, Singapura juga telah menandatangani 45 Bilateral Investment Treaty BIT sebagai berikut : 519 518 Sumber : http:statutes.agc.gov.sgaolsearchdisplayview.w3p;page=0;query=DocId3A22958b5af6-3d93- 4898-8c20-b9e3f95437942220Status3Ainforce20Depth3A0;rec=0. 519 Sumber : www.investmentpolicyhub.unctad.orgIIACountryBits190IiaInnerMenu. Universitas Sumatera Utara 278 Tabel 4 : Daftar BIT Singapura No. Negara Tanggal Tandatangan Tanggal Berlaku 1. Belarus 15 Mei 2000 13 Januari 2001 2. Belgium-Luxembourg 17 November 1978 27 November 1980 3. Bangladesh 24 Juni 2004 19 Nopember 2004 4. Bahrain 27 Oktober 2003 8 Desember 2004 5. Bulgaria 15 September 2003 10 Februari 2006 6. Burkina Faso 27 Agustus 2014 - 7. Cambodia 4 Nopember 1996 24 Februari 2000 8. Canada 30 Juli 1971 30 Juli 1971 9. China 21 November 1985 07 Februari 1986 10. Czech Republic 08 April 1995 08 Oktober 1995 11. Cote d‟Ivoire 27 Agustus 2014 - 12. Egypt, Arab Republic of 15 April 1997 01 Maret 1998 13. France 08 September 1975 18 Oktober 1976 14. Germany 03 Oktober 1973 01 Oktober 1975 15. Hungary 17 April 1997 01 Januari 1999 16. Indonesia 28 Agustus 1990 28 Agustus 1990 17. Indonesia 16 Februari 2005 21 Juni 2006 18. Jordan 16 Mei 2004 - 19. Korea 2 Desember 2008 18 Maret 2009 20. Kuwait 5 Nopember 2009 15 April 2013 21. Lao Peoples Democratic Republic 24 Maret 1997 25 Maret 1998 22. Latvia 07 Juli 1998 18 Maret 1999 23. Libya 8 April 2009 22 Desember 2011 24. Mauritus 4 Maret 2000 19 April 2000 25. Mexico 12 Nopember 2009 3 April 2011 26. Mongolia 24 Juli 1995 14 Januari 1996 27. Netherlands 16 Mei 1972 07 September 1973 28. Oman 10 Desember 2007 12 Oktober 2008 29. Pakistan 08 Maret 1995 - 30. Poland 03 Juni 1993 29 Desember 1993 31. Rusia 21 September 2010 16 Juni 2012 32. Saudi Arabia 10 April 2006 5 Oktober 2007 33. Slovakia 13 Oktober 2006 15 Juli 2007 34. Slovenia 25 Januari 1999 8 September 2000 35. Sri Lanka 09 Mei 1980 30 September 1980 Universitas Sumatera Utara 279 36. Switzerland 06 Maret 1978 03 Mei 1978 37. Switzerland 26 Juni 2002 01 Januari 2003 38. Taiwan 9 April 1990 9 April 1990 39. Turkey 19 Februari 2008 27 Maret 2010 40. United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland 22 Juli 1975 22 Juli 1975 41. Uni Emirat Arab 24 Juni 2011 - 42. Ukraina 18 September 2006 - 43. Uzbekistan 15 Juli 2013 23 Nopember 2013 44. Vietnam 29 Oktober 1992 - 45. Zimbabwe 1 September 2000 - Dari 45 BIT tersebut di atas, Singapura telah memberlakukan BIT dalam bentuk perjanjian tertulis yang serupa dengan model BIT Malaysia dengan 20 negara yaitu Austria, Bahrain, Belanda, Republik Cezhna, Kamboja, China, Hungaria, Indonesia, Inggris, Jerman, Jordania, Mesir, Mauritus, Mongolia, Pakistan, Slovakia, Sri Lanka, Turki, Uzbekistan dan Vietnam, yang seluruhnya tidak menyinggung masalah kerahasiaan maupun keterbukaan dalam perjanjian investasi antara Singapura dengan 20 negara tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam arbitrase investasi, masalah kerahasiaan dan keterbukaan bukan merupakan hal yang krusial untuk diperjanjikan di Singapura. Selain itu, dalam perjanjian perdagangan antara Amerika dan Singapura disimpulkan fakta bahwa terjadi perkembangan dalam isu kerahasiaan dalam proses penyelesaian sengketa arbitrase, yang mana ditentukan bahwa dengar pendapat hearing dalam proses arbitrase harus terbuka untuk umum dan bahwa para pihak tunduk secara tertulis, bentuk tertulis dari pernyataan lisannya, dan tanggapan tertulis atas permohonan atau pertanyaan dari panel harus dipublikasikan dalam 10 sepuluh Universitas Sumatera Utara 280 hari sejak penundukan tersebut, yang tunduk pada aturan khusus bagi perlindungan atas kerahasiaan informasi. 520 Singapura juga telah mengadopsi ”Rezim Keterbukaan” bagi arbitrase internasional dengan membolehkan ”counsel of all jurisdiction” untuk ikut serta berpartisipasi dalam proses arbitrase. Pengadilan juga sangat mendukung arbitrase internasional, otonomi para pihak dan finalitas putusan. 521 Begitu juga dalam perkembangan terbaru dari instrument investasi internasional yang tercantum dalam BIT Bilateral Investment Treaty yang dimiliki oleh Singapura yang tidak menyinggung mengenai isu prosedural keterbukaan secara umum dan keterbukaan putusan arbitrase secara khusus, namun menyerahkan pada keputusan arbitrase ICSID mendatang jika terjadi sengketa. 522 Hingga saat ini berdasarkan data dari ICSID, Singapura belum pernah terlibat sebagai salah satu pihak dalam sengketa arbitrase, baik sebagai penuntut maupun yang dituntut, hal tersebut disebabkan karena Singapura sebagai peringkat pertama versi Bank Dunia sebagai pelaksana bisnis terbaik dengan regulasi yang baik dan netralitas yang tinggi sehingga mampu menjadi tempat yang nyaman bagi investor untuk melakukan investasi. 523 Hal tersebut didukung pula dengan lembaga arbitrasenya yang sangat modern yaitu ”Singapore International Arbitration Centre” SIAC yang didirikan di Bulan Juli Tahun 1991 yang memiliki arbiter domestik dan 520 United States-Singapore Free Trade Agreement, Article 20.4 4 d, April 2003 dan dapat dilihat dalam http:www.ustr.govnewftaSingaporefinal.htm. 521 Vivekanda N, Jagdish John Menezes, “Singapore As A Seat For Investor-State Dispute,” Singapore International Arbitration Centre, diakses dari www.siac.org.sg. 522 Lihat dalam http:www.unctadxi.orgtemplatesDocSearch.aspx?id=779 523 Vivekanda N, Jagdish John Menezes, op.cit. Universitas Sumatera Utara 281 internasional yang ”qualified” dan merupakan salah satu pilihan dalam arbitrase institusional yang umumnya pihak yang berperkara di sana adalah pihak-pihak yang berbeda negara cross-border parties. 524 Oleh karenanya wajar jika Singapura telah dipilih menjadi tempat penyelesaian sengketa dalam arbitrase ICSID, misalnya dalam proses penyelesaian sengketa White Industries v. India dan perkara Phillip Morris v. Australia. Dengan demikian, meskipun Singapura belum pernah mengajukan atau dituntut melalui arbitrase ICSID, namun Singapura tidak mewajibkan kerahasiaan dalam arbitrase secara tertulis dalam undang-undangnya dan tidak diatur secara limitatif tentang kewajiban kerahasiaan arbitrase.

D. Penerapan Prinsip Keterbukaan Arbitrase Di Jepang

Dokumen yang terkait

Penerapan prinsip arbitrase di indonesia dalam studi sengketa kepemilikan Televisi Pendidikan Indonesia (MNC TV): analisis putusan MA No. 862 K/Pdt/2013

11 60 165

PERANAN AMDAL DALAM PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN BEBERAPA NEGARA ASIA TENGGARA.

5 146 1

PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING ANTARA NEGARA DENGAN WARGA NEGARA ASING MELALUI ARBITRASE INTERNATIONAL CENTRE FOR SETTLEMENT OF INVESTMENT DISPUTES (ICSID ).

0 1 6

PENCABUTAN PENASEHAT HUKUM DALAM ARBITRASE DIKAITKAN DENGAN PUTUSAN MAJELIS ARBITRASE ICSID ATAS DASAR MEMBAHAYAKAN PERSIDANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN ARBITRASE DI INDONESIA.

0 0 2

Pembatalan Putusan Arbitrase Internacional di Pengadilan Indonesia

0 1 17

BANDING ATAS PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 224

Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

0 2 35

BAB II PRINSIP KETERBUKAAN ATAS PUTUSAN ARBITRASE ICSID ANTARA INVESTOR ASING DENGAN HOST STATE H. Prinsip Keterbukaan - Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

1 1 199

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Prinsip Keterbukaan Atas Putusan Arbitrase ICSID Di Indonesia Dan Perbandingannya Dengan Beberapa Negara

0 0 56

PENERAPAN PRINSIP KETERBUKAAN ATAS PUTUSAN ARBITRASE ICSID DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA DENGAN BEBERAPA NEGARA DISERTASI

0 1 19