Analisis faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah kecamatan Cakung (studi empiris pada wajib pajak di wilayah kecamatan Cakung)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN

KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK DI WILAYAH

KECAMATAN CAKUNG

(Studi Empiris pada Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung)

SURYANI TAHER 1070 8200 3361

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN

KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK DI WILAYAH

KECAMATAN CAKUNG

(Studi Empiris pada Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

SURYANI TAHER 1070 8200 3361

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Suryani Taher

2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 07 April 1990

3. Alamat : Rawa Terate 005/05 Cakung, Jaktim

4. Telepon : 0818 06 777 228

II. PENDIDIKAN

1. TK : TK Islam Al-Istiqomah

2. SD : SD Negeri Rawa Terate 01 Pagi

3. SMP : SMP Negeri 144 Jakarta Timur

4. SMA : SMA Negeri 107 Jakarta Timur

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Tabroni

2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 10 Desember 1963

3. Alamat : Rawa Terate- Cakung, Jakarta Timur

4. Ibu : Herawati

5. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 20 Agustus 1968

6. Alamat : Rawa Terate–Cakung, Jakarta Timur 7. Anak Ke : Satu dari tiga bersaudara


(8)

ANALYSIS OF FACTORS THAT CAUSE UNCOMPLIANCE TAXPAYER IN THE CAKUNG REGION

(Empiric Study at Taxpayer In the Cakung Region) By : Suryani Taher

ABSTRACT

The aim of analysis in this research has answered the desired problem’s what are the factors cause uncompliance of taxpayers in the Cakung region. The unit of analysis of this research is in the Cakung taxpayer within the scope of micro, small and medium enterprises. Of the variables are level of education, the perception of taxpayers, the business environment, knowledge of taxation, tax rates, profitability, tax inspection, service quality, economic conditions, and the rule of law have been known what is the variables are causal factors in uncompliance of taxpayers in the Cakung region.

The results of this research indicate that the variable education level has no significant effect on uncompliance variables. But for the other variables are the perception of taxpayers, the business environment, knowledge of taxation, tax rates, profitability, tax inspection, service quality, economic conditions, and rule of laws have a significant impact on uncompliance tax payers in the Cakung region.

Keywords: taxpayer uncompliance factor, educational level, perceptions of taxpayers, the business environment, knowledge of taxation, tax rates, profitability, tax inspection, service quality, economic conditions, rule of law.


(9)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK DI WILAYAH KECAMATAN

CAKUNG

(Studi Empiris pada Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung) Oleh : Suryani Taher

ABSTRAK

Analisis pada penelitian ini telah menjawab masalah yang dikehendaki yaitu faktor-faktor apa yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah kecamatan Cakung. Unit analisis penelitian ini adalah wajib pajak di wilayah Cakung dalam lingkup usaha mikro, kecil dan menengah. Dari variabel-variabel yang di teliti yaitu tingkat pendidikan, persepsi wajib pajak, lingkungan usaha, pengetahuan perpajakan, tarif pajak, profitabilitas, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, kondisi perekonomian, dan hukum yang berlaku telah diketahui variabel apa saja yang menjadi faktor penyebab ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah Cakung.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel ketidakpatuhan. Tetapi untuk variabel lainnya yaitu persepsi wajib pajak, lingkungan usaha, pengetahuan perpajakan, tarif pajak, profitabilitas, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, kondisi perekonomian, dan hukum yang berlaku memilki pengaruh yang signifikan terhadap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah Cakung.

Kata kunci : Faktor ketidakpatuhan wajib pajak, tingkat pendidikan, persepsi wajib pajak, lingkungan usaha, pengetahuan perpajakan, tarif pajak, profitabilitas, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, kondisi perekonomian, hukum yang berlaku


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberi segenap kekuatan dan pelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi akhirnya dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan syarat buat penulis untuk bisa memperoleh gelar sarjana ekonomi.

Dalam skripsi ini yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung” penulis berkeinginan menganalisa faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab timbulnya sikap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah kecamatan Cakung .

Studi empiris ini penting untuk melihat secara ilmiah faktor yang mempengaruhi sikap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah kecamatan Cakung. Karena selama ini terdapat pandangan pesimis yang menimbulkan sikap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah Cakung. Kondisi masyarakat kebanyakan masih bersikap tidak peduli dengan kewajiban perpajakan dan bahkan mereka merasa tidak merasakan dampak positif secara langsung yang dapat mereka rasakan dari pajak yang dibayarkan.

Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Adapun ungkapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Tabroni dan Ibu Herawati, yang sangat berjasa baik tenaga maupun biaya untuk keperluan skripsi saya sehingga kuliah saya dapat berjalan lancar. Terima kasih juga atas doa, pengajaran serta nasehat yang diberikan selama pembuatan skripsi ini.


(11)

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Rahmawati SE, Ak,Msi. selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

4. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, selaku Dosen Pembimbing I atas kesediaan waktu, tenaga, dan pikirannya membimbing penulis dengan penuh kesabaran.

5. Bapak Afif Sulfa SE, Ak, Msi. selaku Dosen Pembimbing II atas kesedian waktu, tenaga, dan pikirannya membimbing penulis dengan penuh kesabaran.

6. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang sangat bermanfaat.

7. Adik-adikku Nur Azizah Taher dan Nabilah Wardah Taher yang selalu kasih semangat dan memberikan banyak dukungan moril dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga besar yang tidak pernah bosan memberi motivasi dengan pertanyaan “kapan lulus kuliahnya”.

9. Perusahaan Jo-Lado, Bapak Edi Eko, Bapak Iqbal, Bapak Husain, dan seluruh staff Jo-Lado terima kasih atas toleransi waktu yang diberikan untuk bimbingan ke kampus, kesempatan, motivasinya.

10. Untuk Kak Dwi Suciayu yang tidak bosan untuk membantu dan memberi masukan sampai skripsi ini akhirnya selesai.

11. Saudaraku di kampus Faiza Khayrani, ‘Niemaz’ Sumarni, dan abang Alif Ridwan yang mau melewatkan suka dan duka bersama waktu masih ngekos, Ani sangat beruntung memiliki saudara seperti kalian.


(12)

dan bersilahturahmi. Buat Dina Kartika yang jauh disana semoga kita tetap menjadi teman baik.

13. Teman-teman Akuntansi C angkatan 2007, Akuntansi Pajak A 2007 satu perjuangan, semangat untuk masa depan yang menunggu untuk digapai. 14. Untuk para responden yang telah bersedia membantu mengisikan

kuesioner, sampai akhirnya skripsi ini selesai.

Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk bantuan, dukungan, dan doanya. Semoga kesuksesan selalu menyertai kita semua, amin.

Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama pihak yang menaruh perhatian terhadap kemajuan di bidang perpajakan di wilayah kecamatan Cakung. Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan penulis dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis membuka pintu selebar-lebarnya untuk kritik, saran, serta masukan yang membangun. Semoga skripsi ini dapat menjadi inspirasi untuk karya yang lebih baik lagi.

Jakarta, Mei 2011

Suryani Taher Penulis


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAKSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II Tinjauan Pustaka A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ... 13

1. Wajib Pajak ... 13

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ... 20

a. Fungsi NPWP ... 20

b. Yang wajib mendaftarkan diri dan melaporkan diri . 21 c. Cara Mendaftarkan diri ... 22


(14)

d. Lampiran yang diperlukan pada formulir pendaftaran

NPWP ... 22

3. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 24

4. Surat Ketetapan Pajak (SKP) ... 25

B. Sanksi Pajak ... 26

C. Sistem Pemungutan Pajak ... 26

D. Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 27

E. Variabel- Variabel Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 28

F. Penelitian Sebelumnya ... 35

G. Kerangka Pemikiran ... 38

H. Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

B. Metode Penentuan Sampel ... 42

C. Metode Pengumpulan Data ... 42

D. Metode Analisis ... 43

1. Statistik Deskriptif ... 45

2. Uji Realibilitas dan Validitas ... 45

a. Uji realibilitas ... 45

b. Uji validitas ... 46

3. Uji Asumsi Klasik ... 46


(15)

b. Uji Multikolonearitas ... 48

d. Uji Heteroskedastisitas ... 48

4. Analisis Regresi (Pengujian Hipotesis) ... 49

a. Koefisien Determinasi (R²) ... 49

b. Uji Statistik t ... 50

c. Uji Statistik F ... 54

E. Operasional Variabel Penelitian ... 54

1. Tingkat Pendidikan ... 54

2. Persepsi Wajib Pajak ... 55

3. Lingkungan Usaha ... 55

4. Pengetahuan Perpajakan ... 56

5. Tarif Pajak ... 56

6. Profitabilitas ... 56

7. Pemeriksaan Pajak ... 57

8. Kualitas Pelayanan ... 57

9. Kondisi Perekonomian ... 57

10. Hukum yang Berlaku ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 58

B. Persiapan dan Pengumpulan Data ... 59

C. Statistik Deskriptif ... 61


(16)

1. Uji Reabilitas ... 63

a. Variabel Persepsi Wajib Pajak ... 63

b. Varibel Lingkungan Usaha ... 64

c. Variabel Pengetahuan Perpajakan ... 64

d. Variabel Tarif Pajak ... 65

e. Variabel Profitabilitas ... 66

f. Variabel Pemeriksaan Pajak ... 66

g. Variabel Kualitas Pelayanan ... 67

h. Variabel Kondisi Perekonomian ... 67

i. Variabel Hukum yang Berlaku ... 68

j. Variabel Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 68

2. Uji Validitas ... 69

a. Variabel Persepsi Wajib Pajak ... 70

b. Varibel Lingkungan Usaha ... 70

c. Variabel Pengetahuan Perpajakan ... 71

d. Variabel Tarif Pajak ... 71

e. Variabel Profitabilitas ... 72

f. Variabel Pemeriksaan Pajak ... 72

g. Variabel Kualitas Pelayanan ... 72

h. Variabel Kondisi Perekonomian ... 73

i. Variabel Hukum yang Berlaku ... 73

j. Variabel Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 74


(17)

a. Uji Normalitas ... 74

b. Uji Multikolonearitas ... 76

c. Uji Heteroskedastisitas ... 78

4. Uji Hipotesis ... 79

a. Koefisien Determinasi (Adjusted R²) ... 79

b. Uji Individu (Uji t) ... 80

c. Uji Regresi Simultan (Uji F Statistik) ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 89

B. Implikasi ... 93

C. Rekomendasi ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(18)

DATAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

2.1 Perbedaan Pelaksanaan Penelitian ... 37

3.1 Pengukuran dengan skala likert 5 poin ... 43

4.1 Luas Kelurahan di Kecamatan Cakung ... 58

4.2 Distribusi Penyebaran Kuesioner ... 60

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 62

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 62

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 63

4.7 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Wajib Pajak ... 63

4.8 Hasil Uji Reliabilitas Lingkungan Usaha ... 64

4.9 Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan Perpajakan ... 65

4.10 Hasil Uji Reliabilitas Tarif Pajak ... 65

4.11 Hasil Uji Reliabilitas Profitabilitas ... 66

4.12 Hasil Uji Reliabilitas Pemeriksaan Pajak ... 66

4.13 Hasil Uji Reliabilitas Kualitas Pelayanan ... 67

4.14 Hasil Uji Reliabilitas Kondisi Perekonomian ... 67

4.15 Hasil Uji Reliabilitas Hukum yang Berlaku ... 68

4.16 Hasil Uji Reliabilitas Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 69

4.17 Hasil Uji Validitas Persepsi Wajib Pajak ... 70


(19)

4.19 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Perpajakan... 71

4.20 Hasil Uji Validitas Tarif Pajak ... 71

4.21 Hasil Uji Validitas Profitabilitas ... 72

4.22 Hasil Uji Validitas Pemeriksaan Pajak ... 72

4.23 Hasil Uji Validitas Kualitas Pelayanan ... 73

4.24 Hasil Uji Validitas Kondisi Perekonomian ... 73

4.25 Hasil Uji Validitas Hukum yang Berlaku ... 73

4.26 Hasil Uji Validitas Ketidakpatuhan Wajib Pajak ... 74

4.27 Hasil Uji Multikolonearitas ... 76

4. 28 Hasil Uji Multikolonearitas ... 77

4.29 Uji Adjusted R Square ... 79

4.30 Hasil Uji t Statistik ... 81


(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

2.1 Kerangka Pemikiran ……….. 39

4.1 Hasil Uji Normalitas ……...……….. 75

4.2 Hasil Uji Normalitas ……...……….. 75


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Hal

1 Lembar Kuesioner ………. 98

2 Hasil Skoring Kuesioner ………... 104

3 t tabel ……….... 105

4 F tabel statistik ………. 106

5 Hasil hitung t tabel dan r tabel ... 107


(22)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Kewajiban untuk membayar pajak merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh warga negara. Di Indonesia khususnya, aturan mengenai perpajakan sudah diatur secara jelas di dalam Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan, awalnya peraturan mengenai perpajakan ini diatur dalam UU No. 6 Tahun 1983 yang kemudian mengalami beberapa kali perubahan dan perubahan yang terbaru adalah UU No. 28 Tahun 2007. Didalam UU tersebut sudah dijelaskan secara terperinci apa-apa saja yang terkait dengan pelaksanaan pajak, serta apa saja yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar. Jelasnya peraturan yang telah dibuat tersebut, mengartikan bahwa kewajiban perpajakan merupakan kewajiban mutlak yang tidak dapat dihindarkan. Apabila kewajiban tersebut diabaikan oleh warga negara maka tindakan tersebut merupakan tindakan pelanggaran atas kewajiban yang dapat dikatakan sebagai tindakan ketidakpatuhan masyarakat sebagai wajib pajak.

Penilaian wajib pajak bahwa ketidakpatuhan pajak merupakan tindakan yang tidak melanggar etika dan prinsip hidup akan mempengaruhi wajib pajak untuk berniat melakukan ketidakpatuhan pajak. Begitu juga dengan perasaan tidak bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak. Jika wajib pajak tidak merasa bersalah dalam melakukan ketidakpatuhan pajak, maka akan


(23)

memunculkan niat wajib pajak untuk berperilaku tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Pada dasarnya timbulnya sikap tidak patuh berasal dari diri pribadi wajib pajak itu sendiri. Awal munculnya sikap ketidakpatuhan ini sangat tergantung dari niat untuk tidak patuh terhadap peraturan. Sepertinya belum ada sosialisasi ataupun tindakan penyelesaian yang mampu secara nyata dan besar pengaruhnya untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan ini. Karena yang sebenarnya adalah penerimaan dari sektor pajak memiliki peranan besar untuk kelangsungan pembangunan negara ini. Jika negara tidak atau sedikit memperoleh pendapatan dari pajak lalu dari mana lagi negara harus mengandalkan pembiayaannya.

Sikap ketidakpatuhan lebih rentan timbul pada diri wajib pajak orang pribadi dibandingkan dengan wajib pajak badan. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh belum tertanamnya kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Sikap acuh akan adanya aturan pajak juga dapat menjadi penyebab mereka menjadi tidak patuh. Apalagi sejak beralihnya sistem pemungutan pajak dari Official Assessment System menjadi Self Assessment system dimana wajib pajak dituntut untuk lebih mandiri dan harus lebih sadar terhadap kewajiban pajaknya. Karena pada sistem pemungutan pajak Self Assessment System wajib pajak dituntut untuk dapat menghitung, membayar, menyetor, dan melaporkan pajak terutangnya sendiri. Namun timbulnya sikap tidak patuh tersebut tidak sepenuhnya merupakan kesalahan dari wajib pajak. Sikap petugas pajak yang kurang memberikan


(24)

sosialisasi dan penjelasan kepada wajib pajak juga mempengaruhi sikap patuh atau tidaknya wajib pajak. Kelancaran dan keberhasilan dari sistem pemungutan pajak ini sangat tergantung dari diri pribadi wajib pajaknya. Apabila wajib pajak memiliki kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan kewajiban perpajakan maka penerimaan dari sektor pajak akan tinggi tapi jika wajib pajak memiliki kesadaran pajak yang rendah maka penerimaan dari sektor pajak juga akan rendah. Namun peran aktif dari petugas pajak dengan memberikan penjelasan dan sosialisasi secara lebih merata ke seluruh lapisan masyarakat juga sangat mempengaruhi keberhasilan dari sistem pemungutan pajak ini.

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembangunan negara. Negara sangat bergantung kepada penerimaan dari sektor pajak untuk dapat meningkatkan pembangunannya. Apabila warga negara tersebut tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka kelangsungan pembangunan negara akan terhambat. Keberhasilan pembangunan suatu negara tidak dapat terlepas dari peranan partisipasi warga negaranya. Oleh karena itu, sikap patuh terhadap kewajiban perpajakan sudah seharusnya tertanam dalam diri setiap warga negara. Namun sepertinya cukup sulit untuk dapat menerapkan sikap patuh tersebut. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pinggiran kota. Masih banyak yang menutup mata untuk kewajiban yang satu ini. Apalagi di tambah dengan maraknya kasus korupsi yang terjadi. Belum lagi kasus tindak pidana yang dilakukan oleh mafia pajak yang sangat menghebohkan yang belum dapat terselesaikan


(25)

sampai saat ini. Di tambah lagi keadaan perekonomian yang semakin mengancam kelangsungan hidup perusahaan, Banyaknya tindakan PHK yang dilakukan, pemberlakuan sistem kontrak di berbagai perusahaan yang sangat mengancam masyarakat dalam mendapatkan penghasilan yang mencukupi kebutuhan hidupnya. Keadaan yang membuat masyarakat lebih memilih untuk beralih memilih membuka lapangan pekerjaannya sendiri dengan menjadi wirausaha. Diantara mereka ada membuka rumah makan, bengkel, membuka jasa layanan angkutan, usaha konveksi dan lain sebagainya.

Masalah lain yang juga sangat mengkhawatirkan yaitu berlakunya sistem pasar bebas (ACFTA / Asean – China Free Trade Area) yang menimbulkan dampak tersendiri bagi perekonomian Indonesia. Di satu sisi mungkin negara akan memperoleh pajak dari bea masuk barang-barang impor yang datang, namun di sisi lain berlakunya sistem pasar bebas ini akan menjadikan pengusaha-pengusaha lokal terutama para pengusaha kecil, mikro dan menengah terancam gulung tikar. Masuknya barang-barang dari Cina yang memiliki harga jauh lebih murah dari barang-barang lokal menyebabkan produk dalam negeri semakin sedikit di lirik oleh konsumen, di tambah lagi harga bahan baku yang naik yang berakibat makin tingginya biaya produksi yang menyebabkan barang lokal belum mampu bersaing dengan produk-produk dari Cina.

Hal-hal tersebut mungkin dapat menjadi salah satu pemicu masyarakat menjadi tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya. Akibatnya adalah akan timbul dalam diri mereka rasa takut dan sia-sia untuk membayar pajak karena


(26)

pajak yang mereka bayarkan mungkin saja tidak akan sampai ke negara melainkan akan di korupsi oleh pihak tidak bertanggung jawab. Atau mungkin akan timbul perasaan cemas akan berkurangnya profit usaha yang diperoleh jika harus membayar pajak di tengah kondisi tingginya biaya produksi dan semakin menurunnya jumlah penghasilan karena ada persaingan dengan barang-barang dari luar negeri.

Banyak penelitian sebelumnya yang telah dilakukan untuk meneliti sikap ketidakpatuhan ini. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Santoso (2008) dalam peneliannya yang berjudul “Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”, dimana dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa risiko ketidakpatuhan dapat dikelompokkan kedalam risiko rendah, menengah, dan tinggi. Penelitian tersebut juga berhasil mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh kepada ketidakpatuhan wajib pajak, dalam penelitian ini menggunakan wajib pajak badan sebagai objek penelitian. Variabel-variabel yang digunakan adalah tarif pajak, penalti, status pemerikasaan, struktur permodalan (debt to equity ratio), pemegang saham, jenis usaha, skala usaha, pajak relatif terhadap penjualan, dan kompensasi kerugian. Didalam penelitian ini dikatakan bahwa pemilihan wajib pajak yang akan diperiksa berdasarkan kelompok risiko ketidakpatuhan akan dapat memperbaiki efektivitas pemeriksaan pajak dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Penelitian lain yang juga meneliti masalah ketidakpatuhan adalah penelitian yang dilakukan oleh Devia Agustriana Mandiri, Tarjo, dan Nurul


(27)

Herawati (2009) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Bangkalan”. Dimana dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah sikap tentang ketidakpatuhan, norma subyektif, kewajiban moral, kontrol keprilakuan yang dipersepsikan, dan niat berperilaku tidak patuh. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa sikap tentang ketidakpatuhan,norma subjektif, dan kewajiban bermoral memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh yang dilakukan, sedangkan kontrol keprilakuan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku tidak patuh. Hal ini berarti sikap ketidakpatuhan yang timbul pada wajib pajak orang pribadi di Bangkalan dipengaruhi oleh; pertama, sikap dari dirinya sendiri untuk tidak patuh. Kedua, norma subyektif terhadap ketidakpatuhan dimana sikap ketidakpatuhan ada tergantung dari kekuatan kepribadian diri wajib pajak untuk melakukan tindakan tidak patuh. Dan ketiga kontrol keprilakuan yang dipersepsikan yang diyakini wajib pajak orang pribadi yang akan menghambat mereka dalam menampilkan perilaku ketidakpatuhan pajak.

Dari penelitian yang sebelumnya telah dilakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan sikap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi dari skala usaha mikro, kecil dan menengah, dimana peneliti ingin melihat apakah faktor-faktor yang menjadi risiko ketidakpatuhan wajib pajak badan juga akan berpengaruh terhadap ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi. Penelitian yang akan dilakukan ini akan melihat perilaku wajib orang pribadi di wilayah Kecamatan Cakung. Alasan peneliti memilih populasi di


(28)

wilayah Cakung adalah karena wilayah kecamatan Cakung merupakan wilayah yang terdata sebagai wilayah yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke dua dari 44 kecamatan di DKI Jakarta berdasarkan hasil sensus penduduk 2010. Selain itu karena wilayah Cakung merupakan wilayah pinggiran di Jakarta Timur yang berbatasan dengan kota penyanggah DKI Jakarta yaitu wilayah administrasi kota Bekasi, Jawa Barat. Wilayah Cakung sendiri merupakan wilayah pemukiman padat dan sekaligus merupakan wilayah industri, baik industri bagi perusahaan maupun industri perorangan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Kawasan Industri Pulo Gadung yang terletak di wilayah Kelurahan Rawa Terate - Cakung yang mencakup berbagai perusahaan manufaktur, dan adanya PIK (Pusat Industri Kecil) di wilayah kelurahan Penggilingan – Cakung yang mencakup industri perorangan.

Disini peneliti akan melihat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ketidakpatuhan di wilayah Cakung berdasarkan beberapa variabel yang sebelumnya digunakan oleh Wahyu Santoso dalam penelitiannya untuk wajib pajak badan. Tujuannya adalah agar dapat diketahui apakah faktor-faktor tersebut juga berpengaruh terhadap ketidakpatuhan wajib pajak di wilayah Cakung. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Wahyu Santoso terletak pada objek penelitiannya, dimana Wahyu Santoso menggunakan wajib pajak badan sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan wajib pajak orang pribadi dalam usaha berskala mikro, kecil, dan menengah. Selain itu penelitian ini juga akan menambahkan dua variabel baru yang terkait dengan kondisi


(29)

negara saat ini yaitu variabel kondisi perekonomian dan variabel hukum yang berlaku.

Dari uraian tersebut, maka penelitian ini akan dilakukan dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Ketidakpatuhan Wajib Pajak di Wilayah Kecamatan Cakung”. Diharapkan dengan penelitian ini akan diperoleh kesimpulan yang dapat dijadikan pembenahan dalam pelaksanaan perpajakan. Artinya bahwa apabila faktor-faktor tersebut telah diketahui dan terbukti menjadi penyebab ketidakpatuhan wajib pajak, maka akan membantu aparat pajak khususnya di wilayah kecamatan Cakung untuk dapat lebih fokus memperhatikan faktor-faktor tersebut untuk penyelesaian masalah ketidakpatuhan. Namun apabila penelitian ini tidak membuktikan adanya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap ketidakpatuhan maka akan dapat di lihat bahwa apakah ada faktor lain yang mungkin menyebabkan ketidakpatuhan di wilayah Cakung. Sehingga akan dapat ditemukan upaya penyelesaian yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan tersebut.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di dalam latar belakang, permasalahan-permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi sikap ketidakpatuhan wajib pajak.


(30)

3. Apakah lingkungan usaha wajib pajak mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

4. Apakah pengetahuan perpajakan wajib pajak mempengaruhi sikap ketidakpatuahan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 5. Apakah tarif pajak yang berlaku mempengaruhi sikap ketidakpatuhan

wajib pajak.

6. Apakah tingkat profitabilitas yang diperoleh wajib pajak berpengaruh terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

7. Apakah pemeriksaan pajak yang dilakukan akan berpengaruh terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

8. Apakah kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak mempengaruhi sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

9. Apakah kondisi perekonomian yang terjadi saat ini mempengaruhi sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

10. Apakah penegakan hukum yang berlaku di Indonesia berpengaruh terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan yang dimiliki wajib pajak terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.


(31)

b. Untuk mengetahui pengaruh persepsi wajib pajak di daerah tersebut terhadap timbulnya sikap ketidakpatuhan.

c. Untuk mengetahui pengaruh antara lingkungan usaha wajib pajak dengan sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

d. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak terhadap timbulnya sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

e. Untuk mengetahui pengaruh besarnya tarif pajak yang berlaku terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

f. Untuk mengetahui pengaruh besarnya profitabilitas yang diperoleh wajib pajak terhadap timbulnya sikap ketidakpatuhan wajib pajak. g. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak yang dilakukan

terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

h. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

i. Untuk mengetahui pengaruh kondisi perekonomiaan saat ini terhadap timbulnya sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

j. Untuk mengetahui pengaruh penegakan hukum yang diberlakukan pemerintah terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.


(32)

2. Manfaat Penelitian

Dari tujuan diatas, diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk: a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman di bidang perpajakan khususnya tentang faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman teori perpajakan dan teori yang berkaitan dengan keperilakuan tentang bagaimana aspek perilaku yang ada pada wajib pajak dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan/ ketidakpatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya yang hasilnya dapat dijadikan pembelajaran untuk dapat meningkatkan pengetahuan di bidang perpajakan..

b. Manfaat praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi para pembayar pajak atau wajib pajak terutama wajib pajak orang pribadi, para penasehat atau konsultan pajak, para pembuat Undang-undang dan peraturan perpajakan dalam pengembangan sistem perpajakan yang lebih baik, baik dari segi pengelolaan administrasi, maupun dari segi kewajarannya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi aparat pajak khususnya aparat pajak di wilayah Cakung untuk lebih memahami faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya ketidakpatuhan pada diri wajib pajak. Sehingga dapat lebih fokus


(33)

dalam penyelesaian permasalahan ketidakpatuhan yang terjadi serta dapat dijadikan pertimbangan atas kinerja yang telah dilakukan yang pada akhirnya akan timbul perbaikan-perbaikan kinerja untuk dapat menyelesaikan masalah ketidakpatuhan yang akan berakibat baik bagi penerimaan pajak di wilayah Cakung.


(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) diatur dalam UU No. 6 Tahun 1983, yang diperbaharui dengan UU No. 9 Tahun 1994, lalu di perbaharui kembali dengan UU No. 16 Tahun 2000, dan yang terbaru adalah UU No. 28 Tahun 2007. Dasar pertimbangan penyempurnaan undang-undang tersebut adalah untuk lebih meningkatkan kepastian hukum, yang akan mendukung tujuan pemerintah dalam mengelola perpajakan untuk memperoleh penerimaan pajak yang optimal dan memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat wajib pajak. Dengan adanya Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan, maka hukum formal telah jelas diatur, sebagai hukum yang mewujudkan aturan materil perpajakan, guna mengatur pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak dan fiskus.

Dalam UU KUP diantaranya dijelaskan mengenai: 1. Wajib Pajak

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 butir 2 UU KUP).

Wajib pajak dikelompokkan menjadi: a. Wajib pajak orang pribadi


(35)

c. Wajib pajak pemungut/pemungut.

Adapun hak dan kewajiban wajib pajak adalah sebagai berikut: a. Kewajiban wajib pajak

1) Mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan NPWP.

2) Mengambil sendiri blanko SPT dan blanko perpajakan lainnya ditempat-tempat yang telah ditentukan oleh Dirjen Pajak.

3) Mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.

4) Bagi wajib pajak yang melakukan pembukuan untuk melengkapi SPT Tahunan dengan laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba.

Hal ini ditetapkan bahwa setiap wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas di Indonesia harus mengadakan pembukuan.

Ketentuan-ketentuan dalam menyusun pembukuan adalah sebagai berikut:

(a) Harus diselenggarakan di Indonesia.

(b) Harus menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

(c) Harus disusun berdasarkan suatu sistem tertentu yang lazim dipakai di Indonesia yaitu Standar Akuntansi Keuangan.


(36)

(d) Minimal terdiri dari catatan tentang keadaan kas dan bank, daftar utang piutang, daftar persediaan barang.

(e) Pada setiap akhir tahun pajak, pembukuan ditutup dengan membuat neraca dan perhitungan laba rugi yang konsisten dengan tahun sebelumnya.

(f) Pembukuan atau pencatatan, dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, harus disimpan selama sepuluh tahun.

Pengecualian

Wajib pajak tidak wajib menyelenggarakan pembukuan apabila: (a) Peredaran bruto usaha dari pekerjaan bebas yang dilakukan

kurang dari Rp 600.000.000,00 setahun.

(b) Wajib Pajak memilih menggunakan Norma Perhitungan (untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak), dan memberitahukan hal tersebut kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Walaupun wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan, wajib pajak tetap diwajibkan untuk membuat catatan peredaran usaha ataupun penerimaan bruto dan pekerjaan bebas tersebut. 5) Apabila ada pemeriksaan maka wajib pajak yang diperiksa harus:

(a) Memperhatikan dan meminjamkan pembukuan atau pencatatan dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen


(37)

lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak.

(b) Memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna memberikan kelancaran.

(c) Memberikan keterangan yang diperlukan. b. Hak wajib pajak

Adapun hak-hak wajib pajak adalah sebagai berikut:

1) Mempunyai hak untuk mengajukan penundaan pemasukan SPT dengan syarat-syarat sebagai berikut:

(a) Permohonan diajukan secara tertulis, dengan alasan yang cukup kuat dan tepat.

(b) Permohonan harus disertai penyertaan mengenai besarnya pajak yang dibayar atas dasar perhitungan sementara yang terutang dalam satu tahun pajak beserta bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak.

2) Mempunyai hak melakukan pembetulan sendiri SPT yang sudah dimasukkan ke Kantor Inspeksi Pajak, dengan syarat:

(a) Permohonan diajukan secara tertulis. (b) Diajukan kepada Dirjen Pajak.

3) Mempunyai hak melakukan permohonan penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan kemampuannya, dengan syarat pengajuan tersebut sebelum tanggal jatuh tempo


(38)

pembayaran pajak dan disertai dengan alasan yang tepat serta jumlah pajak yang di mohon untuk ditunda.

4) Mempunyai hak mengajukan permohonan perhitungan atau perubahan kelebihan pajak (kompensasi) serta hak memperoleh kepastian terbitnya Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak dan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak. Adapun prosesnya sebagai berikut:

(a) Meminta kembali kelebihan pembayaran dengan mengisi kolom yang tersedia pada SPT atau dengan Surat Permohonan sendiri.

(b) Dalam waktu dua belas bulan akan diterbitkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran.

(c) Kelebihan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran langsung dikompensasikan dengan hutang pajak lainnya yang sudah jatuh tempo pembayarannya, atau hutang pajak yang belum jatuh tempo.

(d) Sisanya, dalam waktu satu bulan, diterbitkan Surat perintah Membayar Kelebihan pajak (SPMKP).

5) Mempunyai hak mempeoleh bunga karena terlambat pengembalian pembayaran pajak.

Wajib Pajak berhak untuk memperoleh bunga sebesar 2% setiap bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dihitung dari saat berlakunya batas waktu


(39)

sampai dengan berlakunya pembayaran kelebihan pajak atau dihitung sejak lewat satu bulan dari tanggal Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak dan sampai dengan saat diberlakukannya pembayaran kelebihan pajak tersebut.

6) Mempunyai hak untuk tidak dikenakan tambahan 100% atas Surat Ketetapan Pajak Tambahan, apabila:

(a) Surat Ketetapan Pajak Tambahan yang dikeluarkan diakibatkan oleh keterangan tertulis dari wajib pajak.

(b) Sepanjang Dirjen Pajak belum mulai melakukan pemeriksaan. 7) Mempunyai hak untuk mengajukan permohonan pembetulan

ketetapan pajak, apabila ditemui keadaan-keadaan berikut: (a) Kesalahan tulis atau hitung

(b) Kekeliruan dalam penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

8) Mempunyai hak untuk mengajukan surat keberatan.

Apabila Wajib Pajak merasa keberatan atas Surat Ketetapan Pajak yang telah diterbitkan, maka Wajib Pajak tersebut dapat mengajukan permohonan keberatan kepada Dirjen Pajak dalam waktu tiga bulan sejak tanggal surat ketetapan, dengan persyaratan bahwa Surat Keberatan ini diajukan untuk:

(a) Surat Ketetapan Pajak penghasilan.


(40)

(c) Surat ketetapan Kelebihan Pembayaran dan Surat Pemberitaan atas Pajak Penghasilan.

(d) Permohonan oleh pihak ketiga atas dasar Undang-Undang Pajak Penghasilan.

9) Mempunyai hak untuk mengajukan naik banding kepada Badan Peradilan Pajak atas keputusan yang ditetapkan Dirjen Pajak atas Surat Keberatan yang diajukan dengan syarat:

(a) Dalam waktu tiga bulan sejak tanggal keputusan ditetapkan. (b) Permohonan banding tidak menunda pembayaran pajak yang

terutang.

Apabila dalam praktek pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak telah dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang ada, maka wajib pajak tersebut termasuk kedalam “Wajib Pajak Patuh”. Wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Direktur Jenderal Pajak menetapkan wajib pajak yang memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak patuh setiap bulan Januari. Bagi wajib pajak orang pribadi, Direktur Jenderal Pajak berwenang secara jabatan (ex-officio) menetapkan status wajib pajak patuh tanpa permohonan wajib pajak sepanjang wajib pajak orang pribadi tersebut memenuhi persyaratan. Sedangkan bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memenuhi kriteria sebagai wajib pajak patuh akan


(41)

diberikan pelayanan khusus dalam restitusi Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai berupa pengembalian pendahuluan kelebihan pajak tanpa dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Penetapan wajib pajak patuh berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak atau NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya (Pasal 1 butir 6 UU KUP).

Wajib pajak yang telah wajib mempunyai NPWP adalah wajib pajak (penghasilan). Jadi, orang atau badan yang yang bertempat tinggal di Indonesia, yang menerima atau memperoleh penghasilan bagi perorangan yang jumlahnya setahun melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib mempunyai NPWP walaupun kepadanya belum atau tidak dikenakan pajak atau belum atau tidak diberikan Surat Ketetapan Pajak. a. Fungsi NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui identitas wajib pajak.

2) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.


(42)

3) Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan sehingga semua yang berhubungan dengan dokumen perpajakan harus mencantumkan NPWP.

4) Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan (misalnya, dokumen impor, dokomen ekspor).

5) Untuk keperluan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan.

6) Sebagai salah satu syarat dalam permintaan permohonan kredit di bank.

b. Yang Wajib Mendaftarkan Diri dan Melaporkan Usaha

Wajib pajak yang telah memiliki kewajiban untuk mendaftarkan diri dan melaporkan usahanya adalah sebagai berikut:

1) Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan penghasilan netonya di atas PTKP.

2) Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas apabila sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi PTKP setahun.

3) Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat wajib mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan wajib pajak.

4) Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula bagi wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah karena:


(43)

b) Dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

5) Wajib pajak badan didirikan seperti PT, CV, Firma, Kongsi, Yayasan, Perkumpulan, Lembaga, Koperasi, BUMN, Ormas, Orsospol wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dan kepadanya diberikan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

c. Cara Mendaftarkan Diri

1) Wajib pajak yang akan mendaftarkan diri wajib mengisi formulir pendaftaran wajib pajak.

2) Pengisian dan penandatanganan formulir bisa dilakukan oleh wajib pajak sendiri atau orang lain yang diberi kuasa khusus. 3) Penyampaian formulir pendaftaran wajib pajak yang telah diisi

dan ditandatangani, dapat dilakukan oleh wajib pajak sendiri atau orang lain yang diberi kuasa penuh.

d. Lampiran yang Diperlukan pada Formulir Pendaftaran NPWP. 1) Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha

atau pekerjaan bebas:

a) Fotokopi KTP/KK bagi penduduk Indonesia;

b) Paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi wajib pajak Orang Asing.


(44)

2) Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:

a) Fotokopi KTP/KK bagi penduduk Indonesia;

b) Paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi wajib pajak Orang Asing;

c) Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.

3) Bendaharawan sebagai wajib pajak pemungut/pemotong: a) Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan; b) Fotokopi KTP bendaharawan.

4) Wajib Pajak Badan:

a) Fotokopi akta pendiri;

b) Fotokopi KTP salah satu pengurus;

c) Fotokopi SIUP/SITU dari instansi yang berwenang; d) Surat kuasa apabila dikuasakan.

5) Joint Operation:

a) Melampirkan fotokopi perjanjian kerjasama sebagai join operation;

b) Fotokopo NPWP masing-masing anggota join operation. Apabila telah terdaftar diberikan surat ketrangan terdaftar (KP PDIP 42-00); jika dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,


(45)

maka diberi surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP PDIP 43-00).

3. Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 butir 11 UU KUP). Jenis surat pemberitahuan ada dua macam, yaitu:

6) SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam masa pajak. Disampaikan selambat-lambatnya 20 hari setelah akhir masa pajak.

7) SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran terutang dalam satu tahun pajak. Disampaikan selambat-lambatnya 3 bulan setelah akhir tahun. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak adalah:

a. Memberikan data dan angka yang relevan dengan perhitungan kena pajak.

b. Menentukan besarnya pajak yang harus dibayar.

c. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan/ pemungutan pihak


(46)

lain dalam satu tahun pajak, atau bagian tahun pajak (wajib pajak penghasilan).

d. Melaporkan pembayaran dari kegiatan pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain (wajib pajak penghasilan).

e. Melaporkan pembayaran pajak yang dipungut dalam hal ini adalah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM), bagi pengusaha kena pajak.

4. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah suatu keputusan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang memuat besarnya pajak yang terutang, jumlah pengurangan pajak, kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh wajib pajak.

Adapun hal-hal yang menyebabkan dikeluarkannya SKP, adalah: a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata

jumlah pajak yang terutang kurang atau tidak dibayar.

b. Apabila SPT tidak disampaikan, setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat Teguran.

c. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPh dan PPnBM, ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak, tidak seharusnya dikenakan tarif 0%, atau tidak seharusnya dikenakan pengembalian pajak.


(47)

d. Apabila kewajiban tidak dipenuhi, sehingga tidak diketahui besarnya pajak yang terutang.

Bagi Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan atau atau pada saat diperiksa tidak memenuhi yang diminta, sehingga tidak diketahui besarnya pajak yang terutang, maka Dirjen Pajak bewenang menerbitkan SKP dengan perhitungan secara jabatan, yaitu perhitungan pajak yang didasarkan pada data yang tidak hanya diperoleh wajib pajak saja.

B. Sanksi Pajak

Sanksi pajak terdiri atas:

a. Sanksi Administrasi, yaitu hukuman yang diberikan dalam bentuk tindakan administratif. Misalnya berupa denda, bunga, ataupun kenaikan. b. Sanksi Pidana, yaitu hukuman yang diberikan atas kejahatan kriminal.

Contohnya pidana kurungan di Lembaga Pemasyarakatan.

C. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Official assesment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Dari definisi tersebut berarti wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak akan timbul setelah dikeluarkannya Surat ketetapan pajak oleh fiskus.


(48)

2. Self assessment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar bagi wajib pajak bersifat aktif, sedangkan peranan fiskus hanya mengawasi.

3. Witholding System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (pihak selain fiskus ataupun wajib pajak) untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

D. Ketidakpatuhan Wajib Pajak

Berdasarkan pengertian dari kata kepatuhan yang berarti mengikuti suatu spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang tertentu. Maka kata ketidakpatuhan dapat diartikan sebagai tindakan penolakan/ penyimpangan/ penyelewengan secara sengaja dari standar, hukum, ataupun peraturan yang berlaku yang seharusnya diterapkan atau dilakukan. Dengan demikian ketidakpatuhan wajib pajak merupakan perilaku penolakan/ penyelewengan yang dilakukan secara sengaja oleh wajib pajak dalam melaksansakan kewajiban perpajakannya yang seharusnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang telah ditetapkan. Sikap ketidakpatuhan pajak akan terbentuk apabila wajib pajak mempunyai keyakinan dan evaluasi


(49)

yang positif terhadap ketidakpatuhan pajak. Penelitian tentang perilaku ketidakpatuhan pajak terdahulu membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara sikap ketidakpatuhan pajak terhadap niat ketidakpatuhan pajak.

E. Variabel -Variabel Ketidakpatuhan Wajib Pajak 1. Tingkat pendidikan Formal

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengandalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU no 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional). Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan SDM yang dilakukan secara sistematis, programatis dan berjenjang agar dapat dihasilkan manusia-manusia berkualitas yang akan dapat memberikan manfaat dan sekaligus meningkatkan kualitas dan. Adapun tingkatan pendidikan formal antara lain:

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 6 (enam) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.


(50)

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar (SMP/SMA).

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

2. Persepsi Wajib Pajak

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Jalaludin Rakhmat, 1998: 51). Proses pembentukan persepsi merupakan pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang pesan mana yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk


(51)

yang disebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 1998: 55). Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsl bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi.

3. Lingkungan usaha

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Dari pengertian tersebut berarti lingkungan usaha merupakan kombinasi antara kondisi fisik tempat melakukan usaha dengan kelembagaan resmi yang mengelolanya. Secara garis besar lingkungan usaha dapat dibagi atau dikenali sebagai lingkungan pasar (market environment) dan lingkungan bukan pasar (non-market environment). Lingkungan pasar dicirikan oleh struktur pasar dan pola persaingan antara para pelaku pasar, sedangkan lingkungan bukan pasar yaitu semua faktor legal/pemerintah, politik, sosial, demografi dan lain-lain dicirikan oleh isu-isu yang berkembang, interest perusahaan terhadap isu-isu tersebut, institusi yang terkait dengan setiap isu dan informasi yang tersedia untuk penanganan isu.


(52)

Karena sifat yang saling mempengaruhi antara perusahaan dengan lingkungan maka pemahaman terhadap perubahan lingkungan serta kecenderungannya sangat membantu manajemen perusahaan dalam menetapkan strategi dan kebijakan yang tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.

4. Pengetahuan Perpajakan

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Dengan demikian pengetahuan perpajakan berarti informasi yang di ketahui oleh individu tentang perpajakan, namun pengetahuan tersebut tidak hanya berdasarkan literatur teori saja melainkan juga berdasarkan dari pengalaman ataupun informasi lain mengenai ilmu perpajakan. 5. Tarif pajak

Secara struktural tarif pajak dibagi dalam empat jenis yaitu :

1. Tarif proporsional (a proportional tax rate structure) yaitu tarif pajak yang presentasenya tetap meskipun terjadi perubahan dasar pengenaan pajak.

2. Tarif regresif (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak menurun ketika dasar pengenaan pajak meningkat.


(53)

3. Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan semakin naik sebanding dengan naiknya dasar pengenaan pajak.

4. Tarif degresif (a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.

Tarif pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia adalah tarif progressif sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. Sedangkan untuk Pajak Pertambahan Nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%.

6. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan. Rasio profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan.

7. Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk


(54)

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang -undangan perpajakan. Tujuan Pemeriksaan yaitu untuk: a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan:

1) SPT lebih bayar 2) SPT rugi

3) SPT tidak atau terlambat disampaikan.

4) SPT memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jenderal Pajak untuk diperiksa.

b. Tujuan lain, yaitu:

1) Pemberian NPWP (secara jabatan) 2) Penghapusan NPWP

3) Pengukuhan PKP secara jabatan dan pengukuhan atau pencabutan Pengukuhan PKP

4) Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding

5) Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

6) Pencocokan data dan atau alat keterangan

7) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di tempat terpencil 8) Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN 8. Kualitas pelayanan


(55)

pelayanan yang berkualitas disebabkan pelayanan (service) tidak hanya sebatas mengantarkan atau melayani. Service berarti mengerti, memahami, dan merasakan sehingga penyampaiannya pun akan mengenai heart share konsumen dan pada akhirnya memperkokoh posisi dalam mind share konsumen. Dengan adanya heart share dan mind share yang tertanam, loyalitas seorang konsumen pada produk atau usaha perusahaan tidak akan diragukan.

Kualitas pelayanan juga dapat dilihat dari responsiveness (daya tanggap) karyawan, yang mana karyawan memiliki kemauan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan. Memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat menunjukkan pelaku bisnis yang profesional.

9. Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian merupakan keadaan atau kondisi perekonomian yang sedang terjadi di dalam negara yang nantinya akan memberikan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Kondisi perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oreh perilaku atau tingkah laku dari warga negaranya.

10.Hukum yang Berlaku

Hukum yang berlaku sama dengan proses pelaksanaan penegakan hukum, penegakan hukum merupakan pusat dari seluruh aktivitas kehidupan hukum yang dimulai dari perencanaan hukum, pembentukan hukum, penegakan hukum dan evaluasi hukum. Penegakan hukum pada


(56)

hakikatnya merupakan interaksi antara berbagai perilaku manusia yang mewakili kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam bingkai aturan yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, penegakan hukum tidak dapat semata-mata dianggap sebagai proses menerapkan hukum sebagaimana pendapat kaum legalistik. Namun proses penegakan hukum mempunyai dimensi yang lebih luas daripada pendapat tersebut, karena dalam penegakan hukum akan melibatkan dimensi perilaku manusia. Dengan pemahaman tersebut maka kita dapat mengetahui bahwa problem-problem hukum yang akan selalu menonjol adalah problema “law in action” bukan pada “law in the books”.

F. Penelitian Sebelumnya

Bedasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryadi dalam penelitiannya yang meneliti hubungan kausal antara kesadaran, pelayanan, kepatuhan wajib pajak dan pengaruhnya terhadap kinerja penerimaan pajak, dimana dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak akan meningkat apabila dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Selain itu karakteristik dari wajib pajak yang dapat dilihat melalui kondisi, budaya, dan ekonomi masyarakat akan dapat membentuk perilaku wajib pajak yang nantinya akan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


(57)

Hasil penelitian juga menunjukkan, kesadaran wajib pajak yang diukur dari persepsi wajib pajak, pengetahuan perpajakan, karakteristik wajib pajak dan penyuluhan perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak. Pelayanan perpajakan yang diukur dari ketentuan perpajakan, kualitas SDM dan sistem informasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak. Kepatuhan wajib pajak yang diukur dari pemeriksaan pajak, penegakan hukum dan kompensasi pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak. Demikian juga ternyata ditemukan bahwa ada perbedaan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak besar dan kecil dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, wajib pajak besar ternyata lebih tinggi kesadaran dan kepatuhannya dibandingkan wajib pajak kecil (Suryadi, Jurnal Keuangan Publik Vol 4 No. 1).

Dalam penelitian lain dikatakan bahwa peningkatan pelayanan perpajakan akan dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak. Seperti yang diungkapkan oleh Ni Luh Supadmi dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan dapat memberikan 4K yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu Wahyu Santoso juga mengatakan dalam penelitiannya yang meneliti tentang risiko ketidakpatuhan wajib pajak sebagai dasar


(58)

peningkatan kepatuhan wajib pajak dimana Wahyu Santoso meneliti pada Wajib Pajak Badan di Indonesia. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa risiko ketidakpatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel, yaitu tarif efektif, penalti, pemegang saham, debt to equity ratio, status industri, skala usaha, profitabilitas, status kompensasi, dan status pemeriksaan, dimana dari variabel-variabel tersebut dapat dikelompokkan risiko ketidakpatuhan wajib pajak kedalam resiko tinggi, menengah dan rendah.

Untuk dapat lebih jelas mengenai perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Palaksanaan Penelitian Poin

perbedaan

Wahyu Santoso Suryadi Devia Agustriana Mandiri, dkk Penelitian Selanjutnya Judul penelitian Analisis Resiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei Di Wilayah Jawa Timur Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Bangkalan

Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Ketidakpatuhan Wajib Pajak di wilayah Kecamatan Cakung Ruang Lingkup Wajib pajak badan di Indonesia KPP dalam lingkungan kerja kanwil Ditjen Pajak Jawa Timur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bangkalan dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pamekasan

Wajib Pajak di Kecamatan Cakung


(59)

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah tentang analisis faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak. Gambar 2.1

Poin perbedaan

Wahyu Santoso Suryadi Devia Agustriana Mandiri, dkk

Penelitian Selanjutnya

Populasi Seluruh wajib pajak badan

yang terdaftar pada Dirjen Pajak pada tahun 2001

Wajib Pajak di Jawa Timur

Wajib Pajak Orang Pribadi yang ada di wilayah Bangkalan

Wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di wilayah KPP Jakarta Cakung Satu dan Dua(Lingkup usaha mikro, kecil, dan menengah) Variabel yang digunakan

a.Tarif pajak b.Penalty c.Pemegang

saham d.Debt to eqity

ratio

e.Status industri f. Skala usaha g.Profitabilitas h.Pejak per

penjualan i. Status

kompensasi j. Status

pemeriksaan

a.Persepsi wajib pajak b.Pengetahuan perpajakan c.Karakteristik wajib pajak d.Penyuluhan perpajakan e.Kualitas SDM f.Ketentuan perpajakan g.Sistem Informasi Perpajakan h.Pemeriksaan pajak i.Penegakan hukum j.Kompensasi pajak

a.sikap tentang ketidakpatuhan pajak (SKP) b.norma subyektif

(NRM) c.kewajiban

moral (MRL) d. kontrol

keperilakuan yang

dipersepsikan (KTR)

e.niat berperilaku tidak patuh (NIA) f.ketidakpatuhan pajak (KPT) a.Tingkat pendidikan b.Persepsi wajib

pajak c.Lingkungan

usaha d.Pengetahuan

perpajakan e.Tarif pajak f. Profitabilitas g.Pemeriksaan pajak h.Kualitas pelayanan i. Kondisi perekonomian Negara j. Penegakan hokum Metode Penentuan sample Random sampling Multi stage random sampling Simple random sampling Purposive sampling Metode analisis data Multivarat Discriminant Analysis Struktural Equasion

Modelling (SEM)

Teknik analisis

Structural Equation

Modelling (SEM)

Analisis regresi berganda


(60)

menyajikan kerangka pemikiran teoritis untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan 11 variabel yang terdiri dari 10 variabel independen (X) dan 1 variabel dependen (Y). Variabel-variabel tersebut adalah variabel idependent (X), yang terdiri dari tingkat pendidikan, persepsi wajib pajak, lingkungan usaha, pengetahuan perpajakan, tarif pajak, profitabilitas, pemeriksaan pajak, kualitas pelayanan, kondisi perekonomian

Negara, dan penegakan hukum. Dan variable dependent (Y) yaitu

ketidakpatuhan wajib pajak. Gambar 2.1 akan menggambarkan kerangka pemikiran dari penilitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Tingkat pendidikan

Pengetahuan perpajakan

Hukum yang Berlaku Profitabilitas Lingkungan usaha

Pemeriksaan pajak

Kondisi perekonomian negara Persepsi wajib pajak

Tarif pajak Kualitas pelayanan K E T I D A K P A T U H A N


(61)

H. Hipotesis

Berkaitan dengan masalah pokok yang ada maka hipotesis yang akan diambil adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan wajib pajak terhadap ketidakpatuhan yang dilakukan oleh wajib pajak.

2. Terdapat pengaruh antara persepsi wajib pajak terhadap sikap ketidakpatuhan yang dilakukan wajib pajak.

3. Terdapat pengaruh antara lingkungan usaha wajib pajak terhadap ketidakpatuhan yang dilakukan oleh wajib pajak.

4. Terdapat pengaruh antara pengetahuan perpajakan wajib pajak tehadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

5. Terdapat pengaruh antara besarnya tarif pajak yang berlaku dengan sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

6. Terdapat pengaruh antara tingkat profitabilitas yang diperoleh wajib pajak dengan sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

7. Terdapat pengaruh antara pemeriksaan pajak yang dilakukan terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

8. Terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan perpajakan yang diberikan terhadap sikap ketidakpatuhan wajib pajak.

9. Terdapat pengaruh antara kondisi perekonomian yang terjadi terhadap sikap ketidakpatuhan yang dilakukan wajib pajak.

10. Terdapat pengaruh hukum yang berlaku terhadap sikap ketidakpatuhan yang dilakukan oleh wajib pajak.


(62)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada wajib pajak orang pribadi di wilayah kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Dalam pembagian wilayah kerja, wilayah kecamatan Cakung terbagi atas dua Kantor Penerimaan Pajak, yaitu KPP Pratama Jakarta Cakung Satu dan KPP Pratama Jakarta Cakung Dua. Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Cakung Satu terdiri dari tiga kelurahan, yaitu kelurahan Penggilingan, kelurahan Rawa Terate, dan kelurahan Jatinegara. Sedangkan wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Cakung Dua teridiri dari empat kelurahan yaitu kelurahan Cakung Barat, kelurahan Cakung Timur, kelurahan Pulo Gebang, dan kelurahan Ujung Menteng. Peneliti ini juga akan lebih melihat kepada wajib pajak dalam skala usaha mikro, kecil, dan menengah, dimana dalam usaha yang berskala tersebut tingkat kepatuhan wajib pajak masih sangat rentan. Penelitian yang dilakukan akan lebih memperhatikan dari sisi variasi tingkat pendidikan wajib pajak, persepsi wajib pajak, lingkungan usaha, pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak, tarif pajak yang berlaku, tingkat profitabilitas, pemeriksaan pajak yang dilakukan, kualitas pelayanan yang diberikan, kondisi perekonomian negara, dan penegakan hukum yang diberlakukan.


(63)

 

B. Metode Penentuan Sample

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling

atau judgment sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat

dilakukan dengan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian (Jogiyanto, 2004). Yaitu masyarakat yang memperoleh penghasilan dari usaha mikro, kecil dan menengah yang dilakukan di wilayah kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

C. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini fakta yang diungkap merupakan fakta aktual yaitu data yang diperoleh dari subjek dengan anggapan bahwa memang subjeklah yang lebih mengetahui keadaan sebenarnya dan peneliti berasumsi bahwa informasi yang diberikan oleh subjek adalah benar (Azwar, 1997). Selanjutnya, untuk mengungkap fakta aktual tersebut peneliti menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus di jawab dan atau daftar isian yang harus diisi oleh responden. Kuesioner penelitian ini disebarkan ke beberapa wajib pajak yang memenuhi kriteria di wilayah kecamatan Cakung. Responden akan menilai setiap pernyataan dengan menggunakan skala Likert 5 poin, dari persepsi responden bahwa responden sangat tidak setuju, setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju ataupun sangat setuju yang ada dalam kuesioner.


(64)

 

Tabel 3.1

Pengukuran dengan skala likert 5 poin

Keterangan Jawaban Bobot

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Ragu-ragu (R) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Tahap pertama, peneliti akan menyebar 30 kuesioner guna pengujian pendahuluan (pretest), tujuan dari pretest adalah confirmatory kuesioner. Setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliable, kuesioner tersebut layak untuk disebarkan pada sampel besar.

Metode pengumpulan data kuesioner pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode personnally administrated qustonnaires, yaitu peneliti menyampaikan sendiri kuesioner kepada responden dan mengambil sendiri kuesioner kepada responden, tujuan utamanya supaya tingkat pengembalian kuesioner dapat terjaga didalam periode waktu yang relatif pendek (Sekaran, 2003: 236).

D. Metode Analisis

Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh fakta mengenai variabel yang diteliti (Azwar, 1997). Penyelesaian penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, karena data yang digunakan adalah data kualitatif, maka analisis kuantitatif dilakukan dengan


(65)

 

cara mengkuantifikasi data-data penelitian ke dalam bentuk angka-angka dengan menggunakan skala Likert 5 poin (5 poin Likert Scale).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yaitu melihat pengaruh faktor apa saja yang menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak. Model regresi yang digunakan dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+β7X7+β8X8+β9X9+β10X10+e Keterangan:

Y = ketidakpatuhan Wajib Pajak

α = Bilangan konstanta

β1…βn = Koefisien arah regresi

X1 = Tingkat pendidikan

X2 = Persepsi wajib pajak

X3 = lingkungan usaha

X4 = pengetahuan perpajakan

X5 = tarif pajak

X6 = profitabilitas

X7 = pemeriksaan pajak

X8 = kualitas pelayanan

X9 = kondisi perekonomian

X10 = penegakan hukum


(66)

 

Nilai koefisien regresi atau β diperoleh dengan menggunakan program SPSS 17.0.

Alat analisis yang digunakan salam penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda dengan bantuan program SPSS versi 17.00 for windows,

alasan penggunaan alat analisis regresi linier berganda adalah karena regresi berganda cocok digunakan untuk analisis faktor-faktor. Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut : 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan penjelasan umum demografi responden penelitian dan deskripsi mengenai variabel-variabel penelitian untuk mengetahui distribusi frekuensi absolut yang

menunjukkan minimal, maksimal, rata-rata (mean), median, dan

penyimpangan baku (standar deviasi) dari masing-masing variabel penelitian.

2. Uji Reliabilitas dan Validitas

Untuk menguji apakah konstruk yang telah dirumuskan reliabel dan valid, maka perlu dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas.

a. Uji Reliabilitas

Adalah pengujian untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Azwar (1997) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran


(67)

 

dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan kembali kepada subyek yang sama.

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

one shot (pengukuran sekali saja). Disini pengukuran variabelnya

dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain untuk mengukur korelasi antar jawaban pertanyan. Suatu kostruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,600 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali 2005).

b. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997).

Selanjutnya untuk mengetahui apakah suatu item valid atau gugur maka dilakukan pembandingan antara koefisien r hitung dengan koefisien r tabel. Jika r hitung > r tabel berarti item valid. Dan sebaliknya apabila r hitung < dari r tabel berarti item tidak valid (gugur).

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka


(1)

Lampiran 3: t tabel (Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40))

Pr 0,25 0,10 0,05 0,025 0,01 0,005 0,001

Df 0,60 0,20 0,10 0,050 0,02 0,010 0,002

1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884

2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712

3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453

4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318

5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343

6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763

7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529

8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079

9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681

10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370

11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470

12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963

13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198

14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739

15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283

16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615

17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577

18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048

19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940

20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181

21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715

22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499

23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496

24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678

25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019

26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500

27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103

28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816

29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624

30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518

31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490

32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531

33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634

34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793

35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005

36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262

37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563

38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903

39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279 Sumber : http://junaidichaniago.wordpress.com/2010/04/24/download-tabel-durbin-watson-dw-lengkap/


(2)

106 

 

Lampiran 4: Tabel F (p=0,05)

DB

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

4 7,709 6,944 6,591 6,388 6,256 6,163 6,094 6,041 5,999 5,964 5,936

5 6,608 5,786 5,409 5,192 5,050 4,950 4,876 4,818 4,772 4,735 4,704

6 5,987 5,143 4,757 4,534 4,387 4,284 4,207 4,147 4,099 4,060 4,027

7 5,591 4,737 4,347 4,120 3,972 3,866 3,787 3,726 3,677 3,637 3,603

8 5,318 4,459 4,066 3,838 3,687 3,581 3,500 3,438 3,388 3,347 3,313

9 5,117 4,256 3,863 3,633 3,482 3,374 3,293 3,230 3,179 3,137 3,102

10 4,965 4,103 3,708 3,478 3,326 3,217 3,135 3,072 3,020 2,978 2,943

11 4,844 3,982 3,587 3,357 3,204 3,095 3,012 2,948 2,896 2,854 2,818

12 4,747 3,885 3,490 3,259 3,106 2,996 2,913 2,849 2,796 2,753 2,717

13 4,667 3,806 3,411 3,179 3,025 2,915 2,832 2,767 2,714 2,671 2,635

14 4,600 3,739 3,344 3,112 2,958 2,848 2,764 2,699 2,646 2,602 2,565

15 4,543 3,682 3,287 3,056 2,901 2,790 2,707 2,641 2,588 2,544 2,507

16 4,494 3,634 3,239 3,007 2,852 2,741 2,657 2,591 2,538 2,494 2,456

17 4,451 3,592 3,197 2,965 2,810 2,699 2,614 2,548 2,494 2,450 2,413

18 4,414 3,555 3,160 2,928 2,773 2,661 2,577 2,510 2,456 2,412 2,374

19 4,381 3,522 3,127 2,895 2,740 2,628 2,544 2,477 2,423 2,378 2,340

20 4,351 3,493 3,098 2,866 2,711 2,599 2,514 2,447 2,393 2,348 2,310

21 4,325 3,467 3,072 2,840 2,685 2,573 2,488 2,420 2,366 2,321 2,283

22 4,301 3,443 3,049 2,817 2,661 2,549 2,464 2,397 2,342 2,297 2,259

23 4,279 3,422 3,028 2,796 2,640 2,528 2,442 2,375 2,320 2,275 2,236

24 4,260 3,403 3,009 2,776 2,621 2,508 2,423 2,355 2,300 2,255 2,216

25 4,242 3,385 2,991 2,759 2,603 2,490 2,405 2,337 2,282 2,236 2,198

26 4,225 3,369 2,975 2,743 2,587 2,474 2,388 2,321 2,265 2,220 2,181

27 4,210 3,354 2,960 2,728 2,572 2,459 2,373 2,305 2,250 2,204 2,166

28 4,196 3,340 2,947 2,714 2,558 2,445 2,359 2,291 2,236 2,190 2,151

29 4,183 3,328 2,934 2,701 2,545 2,432 2,346 2,278 2,223 2,177 2,138

30 4,171 3,316 2,922 2,690 2,534 2,421 2,334 2,266 2,211 2,165 2,126

31 4,160 3,305 2,911 2,679 2,523 2,409 2,323 2,255 2,199 2,153 2,114

32 4,149 3,295 2,901 2,668 2,512 2,399 2,313 2,244 2,189 2,142 2,103 Sumber: http://zeamayshibrida.files.wordpress.com/2011/03/15-tabel-sebaran-peluang-f.pdf


(3)

Lampiran 5: Hasil hitung t tabel dan r tabel

df t_0.05

r_0.05

1 6.314 0.988

2 2.920 0.900

3 2.353 0.805

4 2.132 0.729

5 2.015 0.669

6 1.943 0.621

7 1.895 0.582

8 1.860 0.549

9 1.833 0.521

10 1.812 0.497

11 1.796 0.476

12 1.782 0.458

13 1.771 0.441

14 1.761 0.426

15 1.753 0.412

16 1.746 0.400

17 1.740 0.389

18 1.734 0.378

19 1.729 0.369

20 1.725 0.360

21 1.721 0.352

22 1.717 0.344

23 1.714 0.337

24 1.711 0.330

25 1.708 0.323

26 1.706 0.317

27 1.703 0.311

28 1.701 0.306

Sumber: Data diolah


(4)

108 

 

Lampiran 6 Tabel Item – Total Statistik Variabel

a.

Variabel Persepsi Wajib Pajak

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Squared

Multiple

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

p1

8.0333

.309

.604

.376

.446

p2

8.0000

.414

.433

.205

.678

p3

7.9667

.447

.489

.284

.617

b.

Variabel Lingkungan Usaha

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 5.5333 .464 .489 .240 .406

p2 5.6000 .455 .380 .163 .556

p3 5.6000 .455 .380 .163 .556

c.

Variabel Pengetahuan Perpajakan

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 5.6333 2.033 .711 .540 .475

p2 5.2667 2.409 .409 .205 .811


(5)

d.

Variabel Tarif Pajak

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 6.8000 1.821 .302 .120 .760

p2 6.4000 1.352 .533 .390 .493

p3 6.7333 .961 .640 .443 .311

e.

Variabel Profitabilitas

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 7.8333 .213 .658 .447 .562

p2 7.9667 .309 .694 .481 .446

p3 7.8667 .533 .483 .243 .776

f.

Variabel Pemeriksaan Pajak

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 7.4000 .800 .440 .529 .506

p2 7.4667 .878 .699 .592 .314


(6)

110 

 

g.

Variabel Kualitas Pelayanan

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 6.3000 .907 .670 .474 .355

p2 5.9333 1.582 .334 .146 .782

p3 6.3000 1.114 .552 .415 .537

h.

Variabel Kondisi Perekonomian Negara

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 7.7333 .823 .507 .753 .916

p2 7.9000 .576 .691 .881 .750

p3 7.9000 .369 .962 .928 .424

i.

Variabel Hukum Yang Berlaku

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

p1 4.6667 1.471 .295 .114 .747

p2 5.6333 .999 .605 .417 .304


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ETIKA PENGGELAPAN PAJAK (STUDI EMPIRIS PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN)

3 7 112

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK DI WILAYAH YOGYAKARTA

1 17 163

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KPP PRATAMA SUKOHARJO Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang Terdaftar Pada KPP Pratama Sukoharjo.

0 2 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KPP Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang Terdaftar Pada KPP Pratama Sukoharjo.

0 2 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERELAAN WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR PAJAK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerelaan Wajib Pajak Untuk Membayar Pajak Studi Empiris Pada Wajib Pajak yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.

0 7 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERELAAN WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR PAJAK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerelaan Wajib Pajak Untuk Membayar Pajak Studi Empiris Pada Wajib Pajak yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.

0 2 17

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerelaan Wajib Pajak Untuk Membayar Pajak Studi Empiris Pada Wajib Pajak yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.

0 4 7

Analisis Faktor-Faktor yang memengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Cilegon).

0 4 21

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KETIDAKPATUHAN DALAM MEMBAYAR PAJAK (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak PBB-P2 Kabupaten Sukoharjo).

0 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM NEGERI (Studi Kasus Wajib Pajak Badao Dalam Negeri di Wilayah KPP Pratama Prabumulih) -

1 3 118