12
dalam penyelesaian permasalahan ketidakpatuhan yang terjadi serta dapat dijadikan pertimbangan atas kinerja yang telah dilakukan yang
pada akhirnya akan timbul perbaikan-perbaikan kinerja untuk dapat menyelesaikan masalah ketidakpatuhan yang akan berakibat baik bagi
penerimaan pajak di wilayah Cakung.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Ketentuan Umum Perpajakan KUP diatur dalam UU No. 6 Tahun 1983, yang diperbaharui dengan UU No. 9 Tahun 1994, lalu di perbaharui kembali
dengan UU No. 16 Tahun 2000, dan yang terbaru adalah UU No. 28 Tahun 2007. Dasar pertimbangan penyempurnaan undang-undang tersebut adalah
untuk lebih meningkatkan kepastian hukum, yang akan mendukung tujuan pemerintah dalam mengelola perpajakan untuk memperoleh penerimaan pajak
yang optimal dan memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat wajib pajak. Dengan adanya Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan, maka hukum
formal telah jelas diatur, sebagai hukum yang mewujudkan aturan materil perpajakan, guna mengatur pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban
perpajakan bagi wajib pajak dan fiskus. Dalam UU KUP diantaranya dijelaskan mengenai:
1. Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan Pasal 1 butir 2 UU KUP.
Wajib pajak dikelompokkan menjadi: a. Wajib pajak orang pribadi
b. Wajib pajak badan
14
c. Wajib pajak pemungutpemungut. Adapun hak dan kewajiban wajib pajak adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban wajib pajak 1
Mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan NPWP.
2 Mengambil sendiri blanko SPT dan blanko perpajakan lainnya ditempat-tempat yang telah ditentukan oleh Dirjen Pajak.
3 Mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.
4 Bagi wajib pajak yang melakukan pembukuan untuk melengkapi SPT Tahunan dengan laporan keuangan berupa neraca dan
perhitungan rugi laba. Hal ini ditetapkan bahwa setiap wajib pajak yang melakukan
kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas di Indonesia harus mengadakan pembukuan.
Ketentuan-ketentuan dalam menyusun pembukuan adalah sebagai berikut:
a Harus diselenggarakan di Indonesia. b Harus menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
rupiah, dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
c Harus disusun berdasarkan suatu sistem tertentu yang lazim dipakai di Indonesia yaitu Standar Akuntansi Keuangan.
15
d Minimal terdiri dari catatan tentang keadaan kas dan bank, daftar utang piutang, daftar persediaan barang.
e Pada setiap akhir tahun pajak, pembukuan ditutup dengan membuat neraca dan perhitungan laba rugi yang konsisten
dengan tahun sebelumnya. f Pembukuan atau pencatatan, dokumen-dokumen yang menjadi
dasar pembukuan serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
harus disimpan selama sepuluh tahun. Pengecualian
Wajib pajak tidak wajib menyelenggarakan pembukuan apabila: a Peredaran bruto usaha dari pekerjaan bebas yang dilakukan
kurang dari Rp 600.000.000,00 setahun. b Wajib Pajak memilih menggunakan Norma Perhitungan untuk
menghitung Penghasilan Kena Pajak, dan memberitahukan hal tersebut kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu tiga
bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. Walaupun wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan,
wajib pajak tetap diwajibkan untuk membuat catatan peredaran usaha ataupun penerimaan bruto dan pekerjaan bebas tersebut.
5 Apabila ada pemeriksaan maka wajib pajak yang diperiksa harus: a Memperhatikan dan meminjamkan pembukuan atau
pencatatan dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen
16
lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak.
b Memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna memberikan
kelancaran. c Memberikan keterangan yang diperlukan.
b. Hak wajib pajak Adapun hak-hak wajib pajak adalah sebagai berikut:
1 Mempunyai hak untuk mengajukan penundaan pemasukan SPT dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a Permohonan diajukan secara tertulis, dengan alasan yang cukup kuat dan tepat.
b Permohonan harus disertai penyertaan mengenai besarnya pajak yang dibayar atas dasar perhitungan sementara yang
terutang dalam satu tahun pajak beserta bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak.
2 Mempunyai hak melakukan pembetulan sendiri SPT yang sudah dimasukkan ke Kantor Inspeksi Pajak, dengan syarat:
a Permohonan diajukan secara tertulis. b Diajukan kepada Dirjen Pajak.
3 Mempunyai hak melakukan permohonan penundaan dan pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan kemampuannya,
dengan syarat pengajuan tersebut sebelum tanggal jatuh tempo
17
pembayaran pajak dan disertai dengan alasan yang tepat serta jumlah pajak yang di mohon untuk ditunda.
4 Mempunyai hak mengajukan permohonan perhitungan atau perubahan kelebihan pajak kompensasi serta hak memperoleh
kepastian terbitnya Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak dan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.
Adapun prosesnya sebagai berikut: a Meminta kembali kelebihan pembayaran dengan mengisi
kolom yang tersedia pada SPT atau dengan Surat Permohonan sendiri.
b Dalam waktu dua belas bulan akan diterbitkan Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran.
c Kelebihan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran langsung dikompensasikan dengan hutang pajak lainnya yang
sudah jatuh tempo pembayarannya, atau hutang pajak yang belum jatuh tempo.
d Sisanya, dalam waktu satu bulan, diterbitkan Surat perintah Membayar Kelebihan pajak SPMKP.
5 Mempunyai hak mempeoleh bunga karena terlambat pengembalian pembayaran pajak.
Wajib Pajak berhak untuk memperoleh bunga sebesar 2 setiap bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak, dihitung dari saat berlakunya batas waktu