commit to user 43
yang gaduh ketika guru sedang membantu kesulitan pada salah satu kelompok.
c. Aspek Siswa
1 Karena pembagian kelompok ditentukan oleh guru, sehingga beberapa
siswa kurang cocok dengan teman sekelompoknya. 2
Dalam pembagian kelompok, guru hanya memperhatikan keseimbangan prestasi dan pemerataan jenis kelamin, sehingga ada kelompok terdiri dari
siswa-siswa yang pasif. Hal ini mengakibatkan kegiatan diskusi dalam pembelajaran kurang berjalan dengan baik.
3 Ketika kegiatan diskusi, siswa cenderung mengerjakan tugas kelompok
secara sendiri daripada dengan teman sekelompoknya. d.
Aspek Waktu Kurang waktu dalam kegiatan diskusi pada pembelajaran dengan model
pembelajaran TAI. Hal ini dikarenakan ketika kegiatan diskusi siswa cenderung mengobrol dengan kelompoknya, sehingga pembelajaran kurang efektif.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan perhitungan uji anava dua jalan dengan sel tak sama yang dilakukan diperoleh F
b
= 8,37 3,16 = F
tab
. F
b
merupakan anggota daerah kritik maka diambil keputusan uji H
0B
ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa ditinjau dari kreatifitas belajar matematika
tinggi, sedang, dan rendah pada materi operasi hitung bentuk aljabar. Setelah dilakukan uji komparasi ganda antar kolom dengan metode
Scheffe, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kreatifitas belajar matematika kategori tinggi dan kategori rendah terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada materi operasi hitung bentuk aljabar. Pada siswa dengan kreatifitas belajar matematika tinggi dan sedang tidak memberikan perbedaan
pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi operasi hitung bentuk aljabar, hal tersebut juga berlaku pada siswa dengan kreatifitas belajar
sedang dan rendah.
commit to user 44
Berdasarkan hasil perhitungan rataan dan rataan marginal pada tabel 4.9 serta uji komparasi ganda menunjukkan bahwa rataan kolom prestasi belajar
matematika siswa dengan kreatifitas belajar tinggi = 7,80 6,45 = rataan kolom prestasi belajar matematika siswa dengan kreatifitas belajar rendah. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa dengan kreatifitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kreatifitas belajar rendah.
Prestasi belajar matematika siswa dengan kreatifitas tinggi ternyata sama dengan siswa dengan kreatifitas sedang dan prestasi belajar matematika siswa
dengan kreatifitas sedang juga sama dengan siswa dengan kreatifitas rendah. Hal ini dimungkinkan karena siswa dengan kreatifitas tinggi dan sedang cenderung
meremehkan pembelajaran di kelas. Meskipun demikian, prestasi belajar matematika siswa dengan kreatifitas tinggi tetap saja lebih baik daripada siswa
dengan kreatifitas rendah. Siswa dengan kreatifitas tinggi lebih banyak latihan soal matematika di luar jam sekolah daripada siswa dengan kreatifitas rendah.
Sebagai contoh, siswa dengan kreatifitas tinggi dalam mengerjakan tugas rumah akan lebih sungguh-sungguh daripada siswa dengan kreatifitas rendah. Selain itu,
terdapat juga faktor lain yang merupakan variabel bebas yang tidak dapat dikendalikan antara lain lingkungan yang mempengaruhi pola belajar siswa.
3. Hipotesis Ketiga