commit to user 8
belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung sementara siswa dengan
kreatifitas belajar sedang maupun rendah yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada
siswa dengan kreatifitas belajar sedang maupun rendah yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok aljabar.
G. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini penulis berharap semoga hasilnya dapat berguna untuk:
1. Memberikan masukan kepada guru mata pelajaran matematika untuk
mengembangkan model pembelajaran TAI sebagai alternatif dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran pada materi pokok aljabar.
2. Memberikan informasi kepada guru untuk lebih memperhatikan kreatifitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
3. Memperluas wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam tahapan proses
pembinaan diri sebagai calon pendidik. 4.
Sebagai bahan pertimbangan, masukan atau acuan bagi penelitian sejenis.
commit to user 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, 1990:700 kata prestasi mempunyai pengertian ”prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari
yang telah dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya”. Prabowo 2005 mengemukakan bahwa prestasi merupakan tingkat
keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang mencapai prestasi yang diukur atau dinilai. Demikian pula Suryabrata 1984
menyatakan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu kegiatan
http:rumahbelajarpsikologi.comindex.phpprestasi- kerja.html
. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai seseorang setelah melakukan suatu kegiatan.
b. Pengertian Belajar
Pengertian belajar dikemukakan oleh Cronbach dalam Gino 1996:5 dengan bukunya
yang
berjudul ”
Educational Psychology
” yaitu : ”
Learning is shown by change in behavior as a result of experience.”
Sedangkan Winkel dalam Gino 1996:6 dengan bukunya ”Psikologi Pengajaran” menyatakan bahwa
belajar adalah aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap, dimana perubahan itu bersifat konstan dan berbekas. Dalam
Kamus
Besar Bahasa Indonesia Depdikbud, 1990:13 kata belajar mempunyai pengertian ” belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu”. Dalam Purwoto 2003:21, belajar didefinisikan sebagai suatu proses
yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi
commit to user 10
lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi bersikap baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak
teliti menjadi teliti, dan seterusnya. Menurut James O. Whittaker dalam Syaiful Bahri Djamarah
2002:12.bahwa belajar merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Demikian juga seperti yang diungkapkan
Slameto bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Discroll dalam Hamzah 2007:15 dengan bukunya ”
Psychology of Learning for Instruction
”, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu:
1 Belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang
2 Hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari
interaksi siswa dengan lingkungannya Sehingga dapat diartikan, apabila siswa belajar maka hasil belajar dapat
dilihat dari kemampuannya melakukan suatu kegiatan baru yang bersifat menetap daripada yang dilakukan sebelumnya sebagai akibat atau hasil dari interaksi siswa
dengan lingkungan. Hal ini juga menunjukkan bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan perilaku
sebagai suatu kriteria keberhasilan belajar pada diri seseorang yang belajar. Berdasarkan beberapa definisi di atas penulis memberikan definisi
belajar adalah suatu proses perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
c. Pengertian Matematika
Matematika memiliki definisi yang bermacam-macam sesuai dengan sudut pandang dan latar belakang masing-masing orang yang mendefinisikannya.
Menurut Soedjadi 1999:11 definisi matematika antara lain :
commit to user 11
1 Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik. 2
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3
Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
4 Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk. 5
Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6
Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Definisi matematika juga dijabarkan oleh Ruseffendi 1988:260 dalam
bukunya “Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA”. Menurutnya,
matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu
aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis
analyses
. Selain itu matematika adalah ratunya ilmu
Mathematics is the Queen of the Science
, maksudnya bahwa matematika itu tidak bergantung kepada bidang studi lain, bahasa, dan agar dapat
dipahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbol dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama. Berkaitan dengan matematika sebagai
ratunya ilmu, matematika merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi induktif tetapi generalisasi yang
didasarkan kepada pembuktian secara deduktif. Matematika juga merupakan ilmu tentang pola keteraturan dan ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu
pola berpikir, yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang terorganisasikan serta hubungan-hubungannya yang berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak, yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi induktif saja, tetapi generalisasi didasarkan kepada pembuktian
deduktif dimana keseluruhannya tersebut berhubungan dengan proses berpikir.
commit to user 12
d. Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian prestasi”, ”belajar“, dan “matematika“ yang telah diuraikan di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa prestasi belajar
matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mengikuti pelajaran matematika
yang mengakibatkan
perubahan perilaku,
bersifat relatif
tetappermanen pada siswa tersebut, berupa penguasaan pengetahuan, maupun keterampilan yang dapat ditunjukan dengan hasil berupa nilai.
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce dalam Trianto 2007:5, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kepada kita untuk mendesain pembelajaran sedemikian sehingga tujuan pembelajaran
tercapai. Selain itu, Soekamto dalam Trianto 2007:5 mendefinisikan model
pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan
belajar tertentu serta berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang maupun para pemberi pembelajaran dalam merencanakan aktivitas pembelajaran.
Menurut Lambas, dkk 2004:4, model pembelajaran mempunyai empat ciri-ciri khusus, yaitu:
1 rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya,
2 tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
3 tingkah laku memberikan pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan 4
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu tercapai. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
commit to user 13
mengorganisasikan pengalaman belajar serta digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Model Pembelajaran Langsung
Menurut Arends dalam Trianto 2007:29, model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan
pengetahuaan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada
guru, tetapi harus tetap menjamin terjadinya keterlibatan siswa .Jadi lingkungannya harus berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Adapun ciri-ciri pembelajaran langsung menurut Lambas, dkk 2004:6 adalah sebagai berikut :
1 Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
2 Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3 Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pembelajaran. Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting.
Fase-fase tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Fase-fase Model Pembelajaran Langsung
Fase ke- Indikator
Kegiatan Guru 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan tujuan, materi prasyarat, memotivasi siswa, dan mempersiapkan
siswa
2 Mendemostrasikan
pengetahuan dan ketrampilan Mendemostrasikan ketrampilan atau
menyajikan informasi tahap demi tahap 3
Membimbing pelatihan Guru memberikan latihan terbimbing
4 Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik Mengecek kemampuan siswa dan
memberikan umpan balik 5
Memberikan latihan
dan penerapan konsep
Mempersiapkan latihan untuk siswa dengan
menerapkan konsep
yang dipelajari pada kehidupan sehari–hari
commit to user 14
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lambas, dkk 2004:11, model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa
dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Menurut Slavin 2008:4, dalam model pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan, saling berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing. Oleh karena itu sebagaian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan
berdiskusi untuk memecahkan masalah tugas. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Angell, Guttesrud,
Henriksen, dan Isnes 2004 dalam jurnal internasional yang berjudul
Student Generated Recommendations for Enhancing Succes in Secondary Science and
Mathematics
, menyatakan bahwa: “According to student, the method of the teacher presenting new
material at the blackboard is used frequently in the sciences. Students indicate that they would prefer less “chalk and talk” and more class
discussion as a means of making difficult subject matter more understandable”.
Yang maksudnya, dari sudut pandang siswa, metode yang sering digunakan guru dalam mempresentasikan materi baru yaitu dengan menuliskan materi tersebut di
papan tulis. Namun dalam pembelajaran siswa lebih memilih sedikit “chalk and talk” dan lebih banyak diskusi dalam kelas agar materi yang sulit lebih mudah
dipahami. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran kooperatif yang mencakup kegiatan diskusi kelas, siswa dapat bekerja sama baik dalam mempelajari suatu
materi maupun dalam memecahkan masalah sehingga materi yang dianggap sulit dapat mudah dipahami.
commit to user 15
Model pembelajaran koopertif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan
pendidik mengelola kelas dengan efektif. Roger dan David Johnson dalam Lie 2008:31 mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan,
antara lain: 1
Saling ketergantungan positif 2
Tanggung jawab perseorangan 3
Tatap muka 4
Komunikasi antar anggota 5
Evaluasi proses kelompok Dari unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif tersebut diharapkan
para siswa memiliki persepsi bahwa mereka harus bersama-sama, memiliki tanggung jawab dalam mempelajari materi yang dihadapi, berpandangan bahwa
mereka semuanya memiliki tujuan yang sama, membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya dalam kelompok serta mempertanggungjawabkan
secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, dimulai
dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap
usaha-usaha kelompok maupun individu, yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif
Fase ke- Indikator
Aktivitas Guru 1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa Menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2 Menyajikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa
ke dalam
kelompok- Menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
commit to user 16
kelompok belajar membantu
setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien
4 Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasekan
hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya hasil belajar individu maupun kelompok
Lambas, dkk, 2004:12. Keuntungan menggunakan pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut: 1
Membiasakan supaya terampil dalam berpikir kritis 2
Meningkatkan hasil kelas 3
Model menyesuaikan siswa dalam teknik problem solving 4
Menampilkan pembelajaran sesuai selera personal 5
Memotivasi siswa dalam kurikulum tertentu 6
Membangun sistem pendukung sosial dalam diri siswa 7
Membangun variasi pemahaman diantara siswa dan guru 8
Menetapkan lingkungan yang baik dalam memberi contoh dan 9
Menerapkan kerja sama 10
Membangun komunitas belajar 11
Membangun kepercayaan diri siswa 12
Menambah ketertarikan 13
Mengembangkan sikap positif dalam diri seorang guru 14
Dapat menggunakan berbagai teknik penilaian http:digilib.unnes.ac.idgsdlcollectskripsiindexassocHASH01c7.dirdoc.pdf
Slavin 2008 membedakan model pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe yaitu :
Student Teams Achievement Division
STAD,
Teams Games Tournament
TGT,
Teams Assisted Individualization
TAI,
Cooperative Integrated Reading And Composition
CIRC, Jigsaw, dan lain-lain.
d. Model Pembelajaran
Team Assisted Individualization
TAI
Model pembelajaran TAI adalah suatu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Slavin. Dalam pembelajaran TAI pendidik hanya berperan
commit to user 17
sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.
Dalam pelaksanaannya, model TAI dirancang dengan menggabungkan belajar kelompok dan belajar secara individu atau mandiri untuk memecahkan
masalah serta harus memenuhi kriteria. Kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1 Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan
rutin. 2
Dalam pembelajaran guru lebih fokus pada kelompok-kelompok kecil. 3
Pelaksanaan program sederhana. 4
Siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat.
5 Adanya pengecekan pekerjaan satu sama lain sehingga jarang membuang
waktu pada materi yang telah mereka kuasai atau kesulitan-kesulitan serius yang memerlukan bantuan guru.
6 Para siswa dapat mengecek pekerjaan satu sama lain yang dapat dilakukan
dengan menukarkan jawabannya dengan temannya dalam satu tim. 7
Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan ataupun tim guru.
8 Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kooperatif
yang heterogen dapat membangun sikap positif diantara para siswa dari latar belakang rasa atau etnik yang berbeda.
Slavin, 2008:190 Dengan model pembelajaran TAI, siswa akan termotivasi untuk saling
membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek
kooperatif. Dalam TAI terdapat 8 komponen antara lain: 1
Teams
, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 siswa.
commit to user 18
2
Placement test
, yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang
tertentu. 3
Student Creative
, yakni melaksanakan tugas dalam kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4
Team Study
, yaitu tahapan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkannya. 5
Team Scores and Team Recognition
, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok
yang berhasil dan kelompok yang dipandang kurang berhasil. 6
Teaching Group
, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
7
Facts Test
, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil tes unit setiap pertemuan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8
Whole Class Units
, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
http:matematikacerdas.wordpress.com20100128model-pembelajaran- kooperatif-tipe-tai-team-assisted-individualization
Dalam penelitian ini komponen model pembelajaran kooperatif TAI yang diterapkan antara lain sebagai berikut:
1 Teams
Para siswa dibagi ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4 sampai 5 orang di mana tim tersebut merupakan tim yang heterogen.
2 Tes penempatan
Para siswa diberikan tes sebelum kegiatan TAI dilakukan agar guru mengetahui kelemahan siswa tersebut serta untuk menjamin keheterogenan dalam
kelompok. Dalam penelitian ini tes penempatan berupa ulangan harian dari materi sebelum eksperimen, yaitu materi pecahan.
3 Materi-materi kurikulum
commit to user 19
Materi-materi kurikulum yang diajarkan pada model TAI mencakup sebagai berikut:
a Halaman panduan berisi materi yang akan dibahas secara singkat oleh
guru serta terdapat penyelesaian masalah yang bertahap. b
Halaman untuk latihan kemampuan individu c
Halaman untuk kerja kelompok d
Halaman tes unit post-test e
Halaman jawaban untuk halaman latihan kemampuan individu, halaman kerja kelompok, dan halaman post-test.
4 Belajar kelompok
Setelah diadakan tes penempatan, para siswa dipandu guru untuk memulai belajar dalam kelompok. Kemudian para siswa diminta membaca
halaman panduan mereka. Apabila mengalami kesulitan, para siswa diminta untuk bertanya kepada teman satu tim atau kepada guru. Selanjutnya mereka akan
memulai latihan kemampuan individu. Apabila sudah selesai, jawaban ditukarkan kepada teman dalam satu tim. Jika ada yang masih salah, mereka harus mencoba
mengerjakan kembali atau bertanya kepada guru. Setelah menyelesaikan latihan kemampuan individu, para siswa
mengerjakan soal yang dikerjakan secara kelompok. Kemudian dibahas bersama guru di kelas. Barulah yang terakhir mengerjakan tes unit post-test secara
individu untuk mengukur kemampuan siswa setelah pembelajaran, dimana skor post-test ini menjadi skor tim.
5 Skor tim dan rekognisi tim
Skor ini didasarkan pada rata-rata skor perkembangan tes unit post test yang diperoleh dari tiap anggota tim. Kriteria yang tinggi ditetapkan menjadi Tim
Super, kriteria sedang menjadi Tim Hebat, dan kriteria minimum untuk menjadi Tim Baik. Menurut Slavin dalam Trianto 2007:55 untuk memberikan skor
perkembangan individu dihitung dengan ketentuan seperti pada tabel berikut ini:
commit to user 20
Tabel 2.3 Perhitungan Skor Perkembangan Nilai Tes
Skor Perkembangan 1.
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 2.
Sepuluh poin sampai 1 poin di bawah skor awal 3.
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 4.
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 5.
Nilai sempurna tanpa memperhatikan skor awal 0 poin
10 poin 20 poin
30 poin 30 poin
Sedangkan untuk menentukan tingkat penghargaan kelompok menurut Ratumanan dalam Trianto 2007:56 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok Rata-rata Tim
Predikat ≤ x ≤ 5
5 x ≤ 15
15 x ≤ 25
25 x ≤ 30
- Tim Baik
Tim Hebat Tim Super
6 Unit seluruh kelas
Pada akhir pembelajaran guru menegaskan kembali materi yang telah dipelajari.
commit to user 21
Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut :
Guru mengadakan unit seluruh kelas penegasan
akhir pembelajaran Tes Penempatan
Pembentukan kelompok secara heterogen beranggotakan 4 - 5 siswa
Guru memberikan materi sekitar 10-15 menit
Memahami materi pada buku siswa secara kelompok
Siswa mengerjakan latihan secara individual
Kriteria Kelompok : 1. Tim Super 2. Tim Hebat
3. Tim Baik
Gambar 2.1 Skema Pembelajaran Kooperatif tipe TAI Siswa mengerjakan latihan secara kelompok
Siswa mengerjakan tes unit post test secara individu setiap pertemuan
Skoring kelompok Pemberian skor
commit to user 22
3. Kreatifitas Belajar Matematika Siswa
a. Pengertian Kreatifitas Siswa
Pengertian tentang kreatifitas itu bermacam-macam. Ada yang menekankan bahwa kreatifitas adalah sikap hidup dan perilaku, juga ada yang
menekankan kreatifitas itu sebagai suatu cara berpikir saja. Berbagai pendapat tentang kreatifitas telah diungkapkan sebagai bentuk reliasasi cara pandang
seseorang terhadap suatu permasalahan dan cara menyikapinya. Ada sebagian orang yang mengaitkan kreatifitas dengan gagasan-gagasan baru dalam dunia
ilmu, dunia teknologi, dan dunia pemecahan masalah berbagai bidang, tetapi ada sebagian lain yang menekankan pada sifat artistik, artinya bahwa yang kreatif itu
haruslah “berseni”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:365, kreatifitas diartikan
sebagai 1. kemampuan untuk mencipta, daya cipta, 2. tentang kreasi. Sedangkan kreasi sendiri adalah hasil buah pikiran atau kecerdasan akal manusia.
Dalam proses belajar sangat erat kaitannya dengan kreatifitas berfikir. Seperti dikemukakan di muka bahwa belajar diawali dari proses ingin tahu. Ketika
seseorang mempunyai dan ingin menyelesaikannya, ia akan menggunakan pikirannya untuk melihat fakta-fakta apa saja yang terjadi di sekitarnya yang
berhubungan dengan masalah tersebut. Kemudian ia menghubungkan fakta-fakta yang ada lalu berfikir mencari alternatif penyelesaian sehingga nantinya
didapatkan penyelesaian yang diinginkan. Beberapa pakar memberikan pendapatnya tentang definisi kreatifitas
berdasarkan empat P, yaitu: 1
Definisi Pribadi Menurut Hulbeck 1945 dalam Utami 2004:20, “
creative action is an imposing of
one’s
own whole personality on the environment in an unique and characteristic way
”. Menurutnya bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut Monty 2003:108-109 kreatifitas dari segi pribadi
person
menunjukkan pada potensi daya kreatif yang ada pada setiap pribadi.
commit to user 23
2 Definisi Proses
Menurut Monty 2003:109 kreatifitas sebagai proses
process
dirumuskan sebagai suatu bentuk pemikiran di mana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan yang baru dan berusaha mendapatkan jawaban
serta berusaha menemukan metode atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah.
3 Definisi Produk
Baron 1969 dalam Utami 2004:21 menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
Sedangkan dalam Monty 2003:108, Baron 1976 mendefinisikan kreatifitas yaitu, “
creativity is the ability to bring something new into existence
”, maksudnya segala sesuatu yang diciptakan oleh seseorang sebagai hasil dari keunikan
pribadinya dalam interaksi dengan lingkungannya. 4
Definisi Dorongan Dorongan yang dimaksud dalam hal ini adalah dorongan internal dari
diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.
Definisi Simpson tentang dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai “
the initiative that one manifest by his power to break away from the usual sequence of thought
” Utami, 2004:22, yang berarti usaha yang salah satunya diwujudkan dengan kemampuan untuk terbebas dari rutinitas rangkaian
pemikiran. Kreatifitas sebagai dorongan
press
yang muncul dari diri sendiri internal berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi Monty,
2003:108. Pengertian kreatifitas juga dikemukakan oleh Daldjoeni dalam Sri
Suwarni, dkk 2003:53 yaitu, kreatifitas tidak hanya kemampuan untuk bersikap kritis pada diri sendiri, tetapi juga kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru yang dalam hal ini hubungan antara dirinya dengan lingkungan, baik dalam hal materiil, sosial, maupun psikis.
Pada hakekatnya, setiap orang memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam
commit to user 24
bidang dan kadar yang berbeda-beda. Maka dari itu, perlu adanya usaha untuk memupuk agar bakat kreatif dapat terus berkembang dalam diri seseorang.
b. Belajar Kreatif
Belajar kreatif berhubungan erat dengan penghayatan terhadap pengalaman belajar yang menyenangkan. Torrace dan Myers dalam Enny
Semiawan et al 1984:35 melihat proses belajar kreatif sebagai: “keterlibatan dengan sesuatu yang berarti. Rasa ingin tahu dan ingin mengetahui
dalam kekaguman, ketidaklengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan, dan sebagainya. Kesederhanaan dari struktur atau mendiagnosis
suatu kesulitan dengan mensintesiskan informasi yang telah diketahui, membentuk kombinasi baru, atau mengidentifikasi kesenjangan. Memerinci dan
mendivergensi dengan menciptakan alternatif baru, dan menguji kemungkinan- kemungkinan. Menyisihkan pemecahan yang tidak berhasil, salah, dan kurang
baik. Memilih pemecahan yang paling baik dan membuatnya menarik atau menyenangkan secara estetis. Mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada orang
lain”.
Belajar kreatif berlaku untuk semua siswa, bukan hanya siswa yang berbakat saja, karena semua siswa memiliki potensi kreatif. Namun, antara siswa
satu dengan siswa yang lain memiliki kadar yang berbeda-beda. Untuk itu menjadi tanggung jawab guru untuk menciptakan situasi belajar yang dapat
menunjang proses kreatif siswa.
c. Ciri-ciri Siswa yang Kreatif
Menurut Utami Munandar1999: 37 Ciri-ciri pribadi yang kreatif dari para pakar psikologi adalah sebagai berikut :
1 imajinatif; 2 mempunyai inisiatif; 3 mempunyai prakarsa; 4 mempunyai minat luas; 5 menonjol dalam salah satu bidang seni; 6 bebas dalam berfikir;
7 mempunyai rasa ingin tahu; 8 senang berpetualang; 9 penuh energi; 10 percaya pada diri sendiri; 11 bersedia mengambil resiko; 12 banyak membaca;
13 banyak menulis; 14 berani dalam pendirian dan keyakinan; 15 bebas dalam menyatakan pendapat; 16 responsif terhadap kejadian sekeliling; 17 selalu ingin
mendapat pengalaman baru.
Kreatifitas belajar matematika siswa pada penelitian ini adalah suatu prose memikirkan berbagai gagasan dalam menghadapi suatu masalah, sebagai proses
yang menyangkut dengan gagasan-gagasan atau unsur-unsur dalam fikiran yang
commit to user 25
merupakan keasyikan dan penuh tantangan dalam diri siswa terhadap matematika dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1 Mempunyai daya imajinasi yang kuat
2 Mempunyai inisiatif
3 Mempunyai minat luas
4 Bebas dalam berfikir
5 Mempunyai rasa ingin tahu
6 Banyak membaca
7 Banyak menulis
8 Percaya pada diri sendiri
9 Responsif terhadap kejadian sekeliling
10 Bebas dalam menyatakan pendapat
11 Selalu ingin mendapat pengalaman baru.
4. Tinjauan Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar
a. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar
Pada bentuk aljabar, operasi penjumlahan atau pengurangan hanya dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis dengan cara mengelompokkan suku-suku
yang sejenis baru kemudian menjumlahkan atau mengurangkan koefisien pada suku-suku yang sejenis.
Misalnya, 1
Ƽ + +
+ =
ЖƼ + + Ж + 2
ЖƼ + − Ж +
= Ƽ +
− −
= ЖƼ − + Ж −
Pada penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar siswa masih kesulitan dalam mengoperasikan bilangan bulatnya. Selain itu, siswa juga sering kurang teliti
dalam mengelompokkan suku-suku yang sejenis.
b. Perkalian
Yang perlu diingat untuk setiap bilangan bulat
a
,
b
, dan
c
dalam perkalian bilangan bulat berlaku:
commit to user 26
a Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan yaitu:
Ƽ × Ж + =
ЖƼ × +
ЖƼ × b
Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan yaitu: Ƽ × Ж −
= ЖƼ ×
− ЖƼ × 1
Perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar Perkalian suatu bilangan konstanta
k
dengan bentuk aljabar suku satu dan suku dua dinyatakan sebagai berikut:
a ྎЖƼ = ྎƼ
b ྎЖƼ +
= ྎƼ + ྎ
2 Perkalian antara dua bentuk aljabar
Sebagaimana perkalian suatu konstanta dengan bentuk aljabar, untuk menentukan hasil kali antara dua bentuk aljabar kita dapat memanfaatkan sifat
distributif perkalian terhadap penjumlahan dan sifat distributif perkalian terhadap pengurangan.
Misalkan, ЖƼ −
Ж + =
ƼЖ + − +
dengan
a
,
b
,
c
, dan
d
adalah bilangan bulat. Kesulitan siswa yang sering dihadapi pada perkalian bentuk aljabar yaitu ketika
siswa mulai mengoperasikan sifat distribusi perkalian baik terhadap penjumlahan maupun pengurangan.
c. Perpangkatan
Pada bahasan bilangan bulat telah dibicarakan bahwa perpangkatan suatu bilangan diperoleh dari perkalian berulang dengan bilangan yang sama. Jadi,
untuk sebarang bilangan bulat
a
, berlaku: Ƽ = Ƽ × Ƽ × Ƽ × … × Ƽ
Ƥ dan
Hal ini juga berlaku pada bentuk aljabar, misalnya 1
= ×
2 Ж−
= Ж− × Ж−
3 − Ж
= − Ж ×
4 Ж2
= 2 × 2
commit to user 27
Dalam perpangkatan bentuk aljabar, perlu dibedakan pengertian antara – dan Ж−
, yaitu sebagai berikut: 1
Pada bentuk – , yang dikuadratkan hanya
b
2 Pada bentuk
Ж− , yang dikuadratkan adalah
− Sifat perpangkatan bentuk aljabar sama halnya dengan sifat perpangkatan
bilangan bulat. Sehingga perlu diingat sifat perpangkatan untuk sebarang Ƽ, , , bilangan bulat berlaku:
1 ЖƼ
= Ƽ
2 Ƽ × Ƽ = Ƽ
3 Ƽ ÷ Ƽ = Ƽ
4 ЖƼ
= Ƽ
×
Pada perpangkatan dua suku bentuk aljabar, untuk sebarang Ƽ, bilangan
bulat berlaku Ƽ + = ЖƼ + Ƽ + kemudian dijabarkan sesuai dengan
cara perkalian dua suku bentuk aljabar. Pada dasarnya, siswa memahami definisi perpangkatan dua suku bentuk
aljabar, namun karena belum menguasai perkalian antara dua bentuk aljabar maka siswa tersebut masih kesulitan mengoperasikan perpangkatan dua bentuk aljabar.
d. Pembagian
Hasil bagi dua bentuk aljabar dapat diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu faktor sekutu masing-masing bentuk aljabar tersebut, kemudian melakukan
pembagian pada pembilang dan penyebutnya. Pada pembagian bentuk aljabar, kesulitan yang sering dihadapi siswa yaitu
dalam menentukan faktor sekutu masing-masing bentuk aljabar.
e. Substitusi
pada Bentuk Aljabar
Nilai suatu bentuk aljabar dapat ditentukan dengan cara mensubstitusi atau mengganti sebarang bilangan pada variabel-variabel bentuk aljabar tersebut.
Meskipun hanya mensubstitusikan sebarang bilangan pada vaiabel- variabel bentuk aljabar, tidak sedikit siswa masih kesulitan dalam
commit to user 28
mengoperasikannya. Hal ini dikarenakan siswa belum menguasai operasi pada bilangan bulat.
f. KPK
dan FPB pada Bentuk Aljabar
Perlu diingat lagi definisi KPK dan FPB pada bilangan bulat sebelum membahas KPK dan FPB pada bentuk aljabar, yaitu sebagai berikut:
1 KPK dari , , dengan , anggota himpunan bilangan asli adalah bilangan
asli terkecil yang merupakan kelipatan dan 2
FPB dari dua bilangan adalah bilangan asli terbesar yang merupakan faktor persekutuan kedua bilangan tersebut.
Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, 2008:23 Untuk menentukan KPK dan FPB dari bentuk aljabar dapat dilakukan dengan
menyatakan bentuk-bentuk aljabar tersebut menjadi perkalian faktor-faktor primanya. Sehingga, KPK dan FPB dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1 KPK merupakan hasil perkalian dari semua faktor-faktor prima atau variabel
yang berbeda dengan mengambil pangkat tertinggi. 2
FPB merupakan hasil perkalian dari faktor-faktor prima atau variabel yang sama dengan mengambil pangkat terendah.
Pada dasarnya siswa memahami definisi KPK dan FPB pada bilangan bulat, hanya saja dalam menentukan KPK dan FPB pada bentuk aljabar siswa masih
kesulitan dalam membedakan antara KPK bentuk aljabar dan FPB bentuk aljabar. Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, 2008:83
B. Kerangka
Berpikir Secara umum, prestasi belajar siswa menunjukkan berhasil tidaknya
proses pembelajaran. Sebenarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran baik faktor internal maupun faktor eksternal
yang ada pada diri siswa. Faktor internal siswa salah satunya adalah kreatifitas belajar siswa sedangkan faktor eksternalnya adalah model pembelajaran yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran tersebut.
commit to user 29
Penggunaan model pembelajaran sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran. Sehingga pada pembelajaran matematika
juga diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat, maksudnya sesuai atau cocok dengan topik pelajaran yang disajikan. Pemilihan model pembelajaran yang
tidak tepat akan menghambat proses pembelajaran. Salah satunya pada materi pokok aljabar. Model pembelajaran yang digunakan pada materi pokok ini adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dirancang khusus untuk memecahkan masalah-masalah yang sama dengan menggabungkan pembelajaran
kooperatif dan pembelajaran individual. Dengan model pembelajaran TAI ini, para siswa akan bekerja sama, bertanggung jawab dalam pengaturan dan
pengecekan rutin, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong untuk berprestasi sehingga siswa akan termotivasi untuk saling membantu
anggota kelompoknya. Karena itu pada pembelajaran tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa
mengorbankan aspek kooperatif. Dengan demikian prestasi belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TAI memiliki
prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Hal ini dikarenakan pada model
pembelajaran langsung perbedaan individual tidak mendapat perhatian secara khusus serta kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran tidak segera
teratasi. Prestasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak
sama. Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh kreatifitas belajar siswa. Kreatifitas merupakan sikap yang dapat menciptakan sesuatu yang baru untuk
dapat memecahkan masalah. Oleh karena itu, kreatifitas siswa akan menunjang prestasi belajar siswa. Seorang siswa yang mempunyai kreatifitas belajar tinggi
akan lebih mudah mendalami suatu materi pelajaran dan mampu menciptakan suatu gagasan yang baru sehingga dapat memecahkan masalah sendiri
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreatifitas belajar sedang maupun rendah. Dengan demikian siswa yang memiliki kreatifitas belajar yang lebih tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang
commit to user 30
memiliki kreatifitas belajar yang lebih rendah khusunya pada materi pokok aljabar.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Ini berarti pengaruh dari
faktor internal tidak dapat dipisahkan dengan faktor eksternal. Hal ini berakibat kreatifitas yang merupakan faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan
belajar tidak dapat dipisahkan dengan model pembelajaran sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Sehingga diharapkan adanya
suatu pengaruh bersama antara kreatifitas belajar dan model pembelajaran terhadap prestasi belajar.
Dengan penggunaan model pembelajaran yang berbeda kemungkinan akan memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pada masing-masing
tingkat kreatifitas belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan model pembelajaran langsung. Pada
model pembelajaran TAI ini perbedaan individual mendapat perhatian secara khusus serta kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran dapat teratasi. Hal
ini berbeda dengan model pembelajaran langsung di mana perbedaan individual tidak diperhatikan. Diharapkan dengan model pembelajaran TAI yang digunakan
pada materi pokok aljabar dapat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya, terutama pada siswa yang mempunyai kreatifitas belajar yang sedang
maupun rendah. Sehingga pada siswa yang memiliki kreatifitas belajar sedang maupun rendah yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran TAI
akan lebih baik prestasi belajar matematikanya daripada yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Sedangkan pada siswa
dengan kreatifitas tinggi umumnya memiliki prestasi belajar matematika yang tinggi pula baik yang mendapat pembelajaran TAI maupun yang mendapat
pembelajaran langsung. Sehingga prestasi belajar matematika pada siswa dengan kreatifitas belajar matematika tinggi yang mendapat pembelajaran TAI sama
baiknya dengan siswa yang mendapat pembelajaran langsung. Dengan demikian terdapat pengaruh bersama antara model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran dan kreatifitas belajar siswa.
commit to user 31
Berdasarkan pemikiran di atas dapat ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut:
C. Hipotesis