Kedudukan Shalat Kewajiban Shalat

Dalam shalat terdapat ucapan “syahadatain”, kesucian hati terhadap Allah, agama dan manusia. Iman dan Islam tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain. Iman yakni membenarkan dan patuh atau taat mengerjakan segala yang dikehendaki oleh kepercayaan hati mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan Tuhan. Jelasnya apabila seseorang mengaku beriman, tetapi ia tidak pernah mengerjakan shalat maka pengakuannya itu tidak dibenarkan oleh syara’. 42 Begitu pentingnya shalat dalam Islam sehingga kewajiban shalat tidak dapat ditawar-tawar lagi bagi umat Islam yang sudah baligh dan berakal. Kewajiban shalat ini tidak memandang hamba sahaya atau orang merdeka, kaya atau miskin, musafir atau bukan bahkan tidak memandang derajat manusia, baik nabi, ulama, raja apalagi orang biasa, mereka semua diwajibkan untuk shalat. Kewajiban shalat ini tidak akan gugur walaupun manusia dalam keadaan apapun, seperti halnya orang yang sedang sakit parah, selagi hatinya masih sadar. Menurut Imam Taqiyuddin bahwa “Ketahuilah : bahwasannya berdiri tegak atau sesuatu yang sefungsi dengan berdiri ketika orang itu dalam keadaan lemah, seperti duduk dan berbaring adalah termasuk rukun dalam shalat fardhu, karena adanya hadits riwayat Imron bin Hasin. Ra. Berkata “aku pernah berpenyakit ambeyen, kemudian aku bertanya pada Rasulullah SAW tentang shalat, maka Rasulullah mejawab : “Shalatlah engkau dengan berdiri, jika engkau tidak mampu, maka shalatlah dengan duduk, jika masih tidak mampu, maka baiklah dengan berbaring”. H.R. Bukhari”. 43 Berdasarkan pendapat tersebut jelas kewajiban shalat tidak gugur karena sakit, hal ini berbeda dengan ibadah lain, seperti puasa contohnya yang boleh di qada diwaktu yang lain atau dengan membayar fidyah jika orang tersebut sudah tidak mampu berpuasu di bulan Ramadhan. 42 Moh. Rifa’i, H. Ilmu Fiqih Islam Lengkap,.Op.Cit. h. 83. 43 Taqiyuddin Abu Bakar bin M. Al-Husaini, Kifayatul Akhyar. Terjemahan Surabaya : Bina Iman, 1995.hal : 104-105.

4. Hikmah shalat

a. Shalat Sebagai Tiang Agama Agama Islam tidak memberikan kepada shalat predikat demikian tinggi yaitu sebagai tiang agama kecuali karena shalat itu mempunyai kedudukan yang tinggi, derajat yang agung dan keutamaan yang besar menurut pandangan Allah dan Rasul-Nya. Allah memerintah kita semua untuk selalu memelihara shalat, sebagaimana firman Allah: peliharalah semua shalat mu dan peliharalah shalat wustha. Berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan khusyu’ Al- Baqarah: 238 44 . Shalat adalah kewajiban Islam yang paling utama sesudah mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat disyariatkan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT yang sangat banyak. Dan sudut religius shalat merupakan hubungan langsung antara hamba dengan khlaiknya yang didalamnya terkandung kenikmatan. 45 Disamping itu, Allah SWT menjadikan shalat ini sebagai jalan untuk meraih kemenangan, keberuntungan dan kebehagiaan serta kesuksesan dalam hidup di dunia ini maupun di akhirat. b. Pengaruh Psikologis Shalat Shalat yang sempurna yang dikerjakan dengan khusyu’ serta penuh ketundukan kepada Allah dapat membuat hati terang, mendidik jiwa bersih serta mengajarkan kepada manusia tentang bagaimana tatakrama beribadat dan megerjakan kewajiban-kewajiban terhadap Allah Yang Maha Luhur dan Maha Agung. Hal ini disebabkan karena 44 Al-Qur’an dan Terjemahnya, al-Baqoroh 238, Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561, hal. 58 45 A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Drs, Fiqh ibadah, h. 88-89 suasana keagungan dan kebesaran Allah yang ditanamkan shalat dalam hati sanubari pelakunya. Shalat juga menghiasi dan memperindah seseorang dengan akhlak yang terpuji dan mulia. Shalat juga memberikan arah yang jelas kepada pelakunya untuk selalu berorientasi hanya kepada Allah. Sehingga oleh kerenanya, ia akan lebih banyak mendekatkan diri kepada-Nya, takut hanya kepada-Nya, dan ia memiliki semangat yang tinggi dan jiwa yang bersih. Konsekwensi logis dari kondisi kcjiwaan seseorang seperti itu adalah bahwa ia akan terhindar dari sikap berbohong, ingkar janji dan sifat-sifat tercela lainnya. Maka kirnnyu jelaslah kebenaran firman Allah mengenai shalat sebagai berikut: ⌧ ☺ “.... Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mangingat Allah adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui dari apa yang kamu kerjakan”. Al-Ankabut: 45 46 c. Shalat Obat Batiniah Shalat mempunyai dua sisi, yaitu bentuknya dan jiwanya. Bentuk shalat adalah merupakan ibadat anggota tuhuh, sedangkan jiwanya ialah ibadah batin hati. Tegasnya, bahwa shalat mengandung latihan rohaniah. 46 Al-Qur’an dan Terjemahnya, al-ankabut ayat 45, Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561, hal. 638