a. Melaksanakan ibadah shalat dengan baik, lengkap dengan rukun dan
sifat-sifatnya dapat mendidik rohani dan membersihkan jiwa sehingga mampu menjadi sumber kebaikan bagi dirinya sendiri.
b. Melaksanakan ibadah zakat dengan ikhlas, dapat melatih diri bersifat
sosial, dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir, dan untuk memperbaiki hubungan antara sikaya dengan si miskin.
c. Melaksanakan ibadah puasa dengan ikhlas, dapat meningkatkan
kesadaran untuk mencapai takwa yang merupakan kunci segala kebahagiaan
d. Melaksanakan ibadah haji dengan ikhlas dapat memberikan
pengalaman dan wawasan yang lebih luas, tentang kebesaran dan kekuasaan Allah, pencipta berbagai bangsa manusia dan alam
e. Melaksanakan muamalah yang meliputi: jual beli, sewa menyewa,
gadai, titipan dan sebagainya penuh dengan amanah kejujuran dan menjauhi segala perbuatan yang dapat merugikan sesama manusia.
f. Melaksanakan munakahat dengan baik, sebagai suatu lembaga
pembentukan dan pembinaan masyarakat dengan baik, dan dari masyarakal yang baik inilah yang dapat menjadi masyarakat yang adil
dan makmur.
26
Adapun tujuan fiqh di SMP Al-Manshuriyah setara halnya dengan tujuan fiqh di Madrasah Tsanawiyah yakni bertujuan untuk membekali
peserta didik agar dapat: 1 mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil-dalil
naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. 2 melaksanakan dan menggambarkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengetahuan
tersebut diharapkan dapat menimbulkun ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan
pribadi maupun sosialnya.
27
Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan mempelajari fiqih yaitu selain mengetahui hukum-hukum yang
telah ditetapkan syari’at Islam juga di dalamnya terdapat nilai-nilai spiritual yang menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial
serta dapat menimbulkan kedisiplinan yang tinggi
26
Muhammadiyah Djafar, Drs. H. Pengantar- Ilmu Fiqih, h. 17
27
Departemen RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,2004.h.46
4. Implementasi Pembelajaran Fiqih
Kegiatan pembelajaran merupakan upaya menciptakan susana paedagogis yang dan antragogis yang kondusif sesuai dengan situasi dan
kondisi unluk mencapai strandar kompetensi fiqh yang lebih efektif, efesian dan menyenangkan. Untuk itu dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran fiqih perlu dikembangkan pedomannya, sebagai acuan bagi guru, pedoman kegiatan pembelajaran beserta contoh-contohnya.
Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu meliputi:
a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan
pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah swt sebagai sumber kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan
merasakan hasil-hasil pengamalan isi mata pelajaran fiqh dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap
dan prilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qurun dan hadis serta dicontohkan para
ulama, d.
Rasional, usaha mengingkatakan kualitas proses dan hasil pembelajaran fiqh dengan pendekatan yang memfungsikan rasio
peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah difahami dengan penalaran.
e. Emosional, upaya menggugah perasaan emosi peserta didik dalam
menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
f. Fungsional, menyajikan materi yang memberikan manfaat nyata
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan
guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan, sebagai cermin dan individu yang mengamalkan materi fiqih.
28
C. Kewajiban Shalat
1. Pengertian ibadah shalat
Pengertian ibadah secara lugahwi etimologi Ibadah berasal dari bahasa Arab berasal dari kata
ﺪ -
ﺪ -
اﺪ -
ةدﺎ yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan
hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan.
Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina diri dihadapan yang disembah disebut abid yang beribadah. Budak disebut dengan
ﺪ karena dia harus tunduk dan patuh serta merendahkan diri terhadap majikannya.
29
Dalam Ensiklopedia Islam yang diterbitkan Departemen Agama RI dikutip Balhaqi terdapat penjelasan bahwa secara lughawi ibadah berarti
mematuhi, tunduk, berdoa. dalam Quran terdapat kata ta’budu dalam arti taat,
30
misalnya dalam surat 36, yasin : 60 yang berbunyi :
“Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak mematuhi syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi kamu,
31
28
Departemen RI, Kurikidum 2004 Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah., Op.Cit. h.49
29
A. Ritonga dan Zainuddin.H, Fiqih Ibadah, Jakarta: Media Pratama, 1997, Cet.l.h.l
30
Baihaqi,, H. Fiqih Ibadah Bandung: M2S Bandung, 1996.Cet.l.h.9