37 kerusakan minyak selama proses penggorengan. Dengan adanya
antioksidan dalam minyak akan mengurangi kecepatan proses oksidasi pada mi instan.
f. Sodium Tripholiphospat STPP : Sodium Tripholiphospat STPP merupakan bahan berbentuk putih yang berfungsi untuk memperbaiki
tekstur pada pembuatan mi instan. 3.
Bahan Baku Penunjang a. Seasoning bumbu : Seasoning merupakan bahan baku penunjang yang
akan dikemas bersama mi instan. Seasonng ppada mi instan terdiri dari seasoning powder bumbu, dan seasoning oil minyak bumbu. Seasoning
di PT Jakaranatama diproduksi sendiri oleh bagian seasoning. b. Bahan Baku Pengemas : Bahan pengemas merupakan faktor yang sangat
penting dalam penyimpanan mi instan. Bahan pengemas pada produk mi instan terdiri dari bahan pengemas primer dan pengemas sekunder.
Pengemas primer berupa plastik yang diberi label yang biasa disebut etiket dan pengemas sekunder berupa karton.
5.4.2. Proses Produksi
Secara garis besar, proses produksi mi instan dibagi menjadi delapan tahap produksi yaitu persiapan raw material, pembuatan larutan alkali,
pencampuran mixing, pengepresan pressing, pencetakan slitting, pengukusan steaming, pemotongan cutting, penggorengan frying, pendinginan cooling,
pengemasan packing dan Cartoning. Diagram alir proses produksi mi instan dapat dilihat pada Lampiran 5.
1 Persiapan raw material mi instan.
38 Tahap ini merupakan tahap awal pembuatan mi instan. Pada tahap ini
dilakukan persiapan bahan-bahan untuk produksi mi instan antara lain tepung dan larutan alkali serta bahan tambahan dan bahan penunjang yang lain.
2 Pembuatan Laruatan Alkali. Proses pembuatan mi diawali dengan pembuatan larutan alkali. Larutan
alkali adalah larutan mineral- mineral yang merupakan hasil pencampuran antara air dengan beberapa ingredient tertentu yang digunakan sebagai pencampur
tepung terigu. 3 Pencampuran Mixing
Pada tahap ini dilakukan pencampuran larutan alkali dengan tepung terigu dan tapioka dengan perbandingan yang telah ditetapkan. Pencampuran mi
dilakukan dengan menggunakan mixer yang bertujuan untuk mendapatkan adonan mi yang homogen. Adonan dengan tingkat kematangan yang memiliki ciri-ciri
seperti lunak, kenyal, tidak rapuh, tidak lembek dan tidak terlalu kering atau cukup kadar airnya.
4 Pengepresan Pressing Adonan yang telah matang kemudian disuplai diturunkan ke dalam bak
penampung feeder, yaitu mesin yang akan mengumpankan adonan secara kontiniu ke mesin pengepres. Sedikit demi sedikit adonan tersebut diumpankan
dan masuk ke dalam Roll Presser. Adonan dipres hingga membentuk lembaran- lembaran. Pembentuk an lembaran ini berlangsung secara bertahap sesuai dengan
ketebalan lembaran yang diinginkan.
39 5 Pencetakan Slitting
Hasil pengepresan yang berupa lembaran kemudian masuk ke dalam mesin pencetak untuk dibentuk menjadi untaian mi. Lembaran adonan yang telah dipres,
kemudian dipotong membentuk untaian mi dengan menggunakan alat yang berupa silinder logam yang disebut slittert. Lembaran tipis yang telah dipres tadi diubah
menjadi bentuk untaian. Pembentukan lembaran ini berlangsung berlangsung secara bertahap dan merata serta rapi bentuknya.
6 Pengukusan Steaming Untaian mi yang dihasilkan dari proses sebelumnya, kemudian dilewatkan
steam box untuk dilakukan pengukusan. Steam Box in berfungsi untuk mematangkan mi yang solid. Proses pengukusan in dilakukan agar terjadi
gelatinasisasi adonan sehingga mi menjadi matang. Mi yang telah dikukus diperiksa tingkat kematangannya apakah sudah sempurna atau belum sesuai
dengan petunjuk kerja pemeriksaan hasil steam. Bila sudah sempurna maka dapat dilakukan dengan proses cutting, namun bila belum sempurna maka dilakukan
perbaikan waktu temperatur dan tekanan steam. 7 Pemotongan Cutting
Untaian mi yang sudah matang, kemudian didinginkan terlebih dahulu dengan melewati dua buah kipas angin besar untuk mengurangi kadar airnya
sehingga mi menjadi sedikit lebih kering, tidak lengket dan siap dipotong. Setelah itu dilewatkan pada mesin pemotong panjang cutter yang berputar pada
sumbunya. Lajur mi yang dipotong dengan ukuran tertentu. Kecepatan pisau potong berpengaruh pada ukuran dan berat mi yang dihasilkan. Ukuran
pemotongan dapat diatur dengan mengatur kecepatan putar sumbu pisau.
40 8 Penggorengan Frying
Maksud penggorengan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam mi. Penggorengan ini dilakukan dengan menggunakan minyak
yang dipanaskan pada suhu 130
o
C. Uap air yang dihasilkan dari proses penggorengan in dialirkan keluar melalui pipa. Pada tahap ini perlu diperhatikan
suhu minyak dan lamanya penggorengan. Lama penggorengan in dipengaruhi oleh berat mi, dan tebal mi.
9 Pendinginan Cooling Mi yang telah digoreng didinginkan dengan menggunakan kipas angin
dalam mesin pendingin. Mesin in bekerja dengan meniupkan angin pada mi panas sehingga pada saat mi keluar dari mesin ini mi sudah memiliki suhu sekitar 32-37
o
C. Proses pendinginan penting untuk menurunkan suhu mi yang keluar dari penggorengan dn mengeringkan mi dari minyak yang masih menempel. Mi yang
masih panas dan berminyak tidak dapat dikemas, karena mi akan cepat tengik atau berjamur sebelum masa kadaluarsa.
10 Pengemasan Packing Mi dari mesin pendingin, masing- masing secara manual diberi bungkus
bumbu dan masuk ke dalam mesin pengemas. Mesin ini dilengkapi dengan alat pemotong dan alat pngepres. Pada proses pengemasan ini lebih banyak melibatkan
pekerja. Dimana setiap line memiliki dua atau tiga jalur pengemasan. Mi yang baik ditempatkan di jalur conveyor bersekat untuk dikemas proses penge masan in
dimulai dengan memasukkan paket bumbu saus, minyak sayur, powder dan sayur-sayuran kering. Mi dikemas dengan menggunakan plastik etiket, dimana
dalam kemasan ini harus terdapat kode produksi dan tanggal kadaluarsa.
41 11 Cartoning.
Setelah keluar dari mesin pengemas akan diperoleh bungkusan mi dengan berat tertentu, kemudian dipak dalam kotak karton bergelombang. Pengepakan
dilakukan menggunakan mesin sealing dan hasilnya disimpan dalam gudang finished goods noodles.
5.4.3. Hasil Produksi