17 2. Membuat instrumen untuk mengukur Kemampuan Kerja Jabatan KKJ
dan Kemampuan Kerja Pribadi KKP. Pengukuran peringkat dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan nilai skala dari satu sampai
sembilan. Skala ini dibagi menjadi tiga peringkat, yaitu : rendah, sedang, tinggi.
3. Melaksanakan pengukuran peringkat kemampuan kerja 4. Mengolah data hasil pengukuran dan menafsirkan data hasil pengolahan.
5. Menetapkan peringkat kebutuhan pelatihan dengan memplotkan rata-rata KKJ dan KKP untuk masing- masing jenis kemampuan ke dalam Diagram
Peringkat Kebutuhan Pelatihan DPKP.
2.2 Penelitian Terdahulu
Yuniar 2001 dalam penelitiannya tentang analisis kebutuhan pelatihan karyawan tingkat kepala seksi bagian produksi dan pengolahan PT. Sang Hyang
seri Persero Sukamandi, hasil analisis menunjukkan bahwa pelatihan yang telah dilakukan dalam perusahaan memberikan manfaat yang cukup baik bagi para
peserta. Sebagian besar peserta beserta atasannya merasakan manfaat berupa peningkatan yang cukup besar terhadap kemampuan kerja setelah mengikuti
pelatihan. Dengan menggunakan metoda analisis kebutuhan pelatihan TNAT terdapat kekurangmampuan karyawan untuk setingkat kepala seksi pada bagian
produksi dan bagian pengolahan. Kekurangmampuan ini terlihat dari nilai KKP yang masih berada di KKJ yang dituntut perusahaan, yang ditunjukkan dengan
selisih antara nilai KKP dengan KKJ yang bernilai lebih dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa pelatihan masih diperlukan.
18 Dalam analisis pengaruh pelatihan dengan menggunakan uji jenjang
bertanda Wilcoxon yang dilakukan terhadap produktifitas kerja, keterampilan kerja, kemampuan manajerial, motivasi kerja, pengetahuan dan wawasan serta
penghargaan prestasi kerja diketahui bahwa pelaksanaan pelatihan bagi manajer lini pertama mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor tersebut. Bagi
manajer lini menengah, pelaksanaan pelatihan belum memberikan pengaruh yang berarti bagi motivasi dan penghargaan prestasi kerja, namun telah memberikan
pengaruh terhadap produktivitas dan penghargaan prestasi kerja, namun telah memberikan pengaruh terhadap keterampilan kerja, kemampuan manajerial dan
pengetahuan serta wawasan Di PT.Indomilk Jakarta, Uswandi 2001 dalam penelitiannya tentang
analisis Kebutuhan Pelatihan Bagi Karyawan tingkat penyelia dan karyawan lembur pada bagian Pengendalian Mutu Quality Control menyatakan bahwa
pada saat penelitian dilakukan untuk karyawan tingkat penyelia dan karyawan lembur terdapat kesenjangan antara KKJ dan KKP. Hal ini diindikasikan selisih
nilai KKP dan KKJ lebih besar dari satu yang mengisyaratkan perlunya pelatihan. Pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan tingkat penyelia bagian
pengendalian mutu adalah pelatihan pengembangan diri acchievement motivation training, teknik analisis masalah dan pelatihan komunikasi dan
kordinasi komunikasi atasan dan bawahan. Sedangkan untuk responden tingkat karyawan lembur yang diperlukan adalah pelatihan pengetahuan dan
keterampilan kerja testing and quality control. Dari beberapa studi terdahulu dapat ditentukan bahwa analisis kebutuhan
pelatihan bagi karyawan ditentukan dari hasil analisis yang didapat dari data yang
19 diberikan para responden sebagai objek. Komparasi antara kemampuan kerja
aktual karyawan dengan standar kerja yang diinginkan perusahaan. Jika terdapat selisih yang bernilai
1 ≥
maka ditentukan bahwa karyawan membutuhkan pelatihan. Hasil ini juga akan memberikan prioritas akan jenis pelatihan yang
harus dikedepankan bagi karyawan. Penelitian ini memberikan suatu kesimpulan tentang kondisi sumberdaya
manusia supervisor PT. Jakaranatama menyangkut kebutuhan pelatihan. Dari kesimpulan tersebut dirancang bentuk-bentukformulasi pelatihan yang sesuai
dengan kondisi aktual. Rancangan tersebut merupakan rekomendasi penelitian terhadap manajemen perusahaan dalam merumuskan program-program
pengembangan kualitas sumberdaya manusia perusahaan. Representativitas penelitian juga sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena seluruh supervisor yang
ada adalah responden penelitian. Dengan demikian tidak ada objek penelitian yang terlewatkan sehingga hasil penelitian merupakan kondisi ideal seluruh
supervisor perusahaan.
III KERANGKA OPERASIONAL PENELITIAN
3.1 Kerangka Operasional Penelitian