Perhitungan Perbandingan Antara Metode Konvensional Dan Metode Just – In – Time

5.4.2. Perhitungan Perbandingan Antara Metode Konvensional Dan Metode Just – In – Time

Berikut ini adalah penjelasan yang diuraikan, sejauhmana efisiensi biaya bahan baku dengan menggunakan penerapan metode Just – In – Time.

1. BAHAN BAKU MEDICAL LATEKS EXAMINATION GLOVES

 TAHUN 2005 a Biaya pembelian  Tradisional Biaya Pembelian = Harga per kg x Total Pembelian Bahan Baku = Rp 14.000 x 3.600 kg = Rp 50.400.000,00  Just – In – Time Biaya Pembelian = Hargakg JIT x Total Pemakaian Bahan Harga JIT = kenaikan harga x harga normal = 102 x 14.000 = Rp 14.280,00 Biaya Pembelian = Rp 14.280 x 2980 kg = Rp 42.554.400,00 Efisiensi Biaya Pembelian = Rp 50.400.000,00 – Rp 42.554.400,00 = Rp 7.845.600,00 b Biaya pemesanan  Tradisional Biaya Pemesanan = B. pemesanan kg x Total Pembelian = Rp 1.356,34 x 3.600 = Rp 4.882.824,00  Just – In – Time Biaya Pemesanan = B. pesan JIT x Total Pemakaian Bahan Biaya pesan JIT = kenaikan x Biaya pesan normal = 101 x Rp 1356,34 = Rp 1.369,90 Biaya Pemesanan = Rp 1.369,90 x 2.980 kg = Rp 4.082.302,00 Efisiensi Biaya Pemesanan = Rp 4.882.824,00 – Rp 4.082.302,00 = Rp 800.522,00 c Biaya Penyimpanan  Tradisional Biaya Penyimpanan = Biaya Penyimpanankg x persediaan = Rp 350,00 x 270,83 kg = Rp 94.790,50  Just – In – Time Biaya Penyimpanan = 0 Karena tidak memiliki persediaan bahan baku maupun barang jadi di gudang. Efisiensi Biaya Penyimpanan = Rp 94.790,50 d Biaya Kekurangan Persediaan  Tradisional Biaya Kekurangan Persediaan = 0 Karena PT.”X” selalu membeli persediaan bahan baku lebih besar daripada kebutuhan terhadap bahan baku setiap tahunnya.  Just – In – Time Biaya Kekurangan Persediaan = Harga JIT x kenaikan = Rp 14.280,00 x 10 = Rp 1.428,00 Kekurangan bahan = persediaan x kekurangan bahan = 3250 kg x 2 = 65 kg Biaya Kekurangan Bahan = Rp 1.428,00 x 65 kg = Rp 92.820,00 Tabel 5.20 PT.”X” Data Perbandingan Efisiensi Biaya Bahan Baku Kebijakan Just – In – Time dengan Kebijakan Tradisional Untuk Pembuatan Medical Lateks Examination Gloves Tahun 2005 Uraian Kebijakan Tradisional Kebijakan Just – In – Time Efisiensi Biaya

1. Biaya Pembelian

Rp 14.000kg x 3.600 kg 50.400.000,00 Rp 14.280kg x 2.980 kg 42.554.400,00 7.845.600,00

2. Biaya Pemesanan

Rp 1.356,34kg x 3.600 kg 4.882.824,00 Rp 1.369,90kg x 2.980 kg 4.082.302,00 800.522,00

3. Biaya Penyimpanan

Rp 350kg x 270,83 kg 94.790,50 Tidak ada biaya penyimpanan - 94.790,50

4. Biaya Kekurangan Persediaan

Tidak timbul adanya biaya kekurangan persediaan - Rp 1.428kg x 65 kg 92.820,00 92.820,00 Total 55.377.614,50 46.729.522,00 8.648.092,50 Sumber : Diolah Oleh Penulis Persediaan bahan baku menurut sistem tradisional atau konvensional merupakan suatu solusi bagi perusahaan untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan konsumen atau permintaan pelanggan yang mendadak atau sewaktu-waktu akan dapat terjadi. Persediaan bahan baku tersebut akan menjadi solusi agar dapat menjaga kegiatan produksi perusahaan akan tetap berjalan dengan lancar apabila tiba-tiba perusahaan mengalami pengiriman yang datang terlambat atau jika tidak terjadi pengiriman sama sekali pemogokan kerja, cuaca yang buruk, dan pemasok bangkrut. Sedangkan persediaan bahan baku menurut Just – In – Time merupakan suatu solusi yang benar-benar ditolak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Menurut pandangan Just – In – Time persediaan di gudang harus dikurangi sampai pada tingkatan yang sangat rendah. Pada penjelasan ini kenapa dikatakan dengan kebijakan Just – In – Time lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan tradisional, karena persediaan bahan baku pada kebijakan Just – In – Time benar-benar sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan baku setiap pemesanannya. Sehingga, tidak ada penumpukan bahan baku di gudang yang akhirnya dapat juga menurunkan biaya penyimpanan di gudang. Apabila menggunakan kebijakan Just – In – Time akan memunculkan biaya yang baru yaitu biaya kekurangan persediaan. Biaya tersebut muncul dikarenakan jumlah persediaan di gudang nol, sehingga jika sewaktu-waktu perusahaan menerima pesanan maka perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bahan baku pesanan tersebut. Namun biaya ini tidak mengurangi efisiensi penggunaan kebijakan Just – In – Time. Hal ini tersirat dalam penjelasan pada hasil wawancara dengan Ibu Sinta, sebagai pemilik perusahaan PT “X” berikut ini : “ Dan salah satunya cara kami mensiasati agar produksi terus berjalan adalah dengan persediaaan di gudang.” “……..antisipasi keterlambatan, tiba-tiba barang naik, kualitas dari bahan baku tidak sesuai dengan standar yang kami inginkan………….” Pernyataan Pemilik Perusahaan PT “X” Selain itu, diperkuat juga dengan pernyataan dari Pak Susanto berikut ini : “………….maka kami mengantisipasinya dengan cara membeli bahan baku yang lebih banyak…….” Pernyataan Kepala Bagian Produksi PT “X”  TAHUN 2006 a Biaya pembelian  Tradisional Biaya Pembelian = Hargakg x Total Pembelian Bahan Baku = Rp 14.000 x 3.600 kg = Rp 50.400.000,00  Just In Time Biaya Pembelian = Hargakg JIT x Total Pemakaian Bahan Harga JIT = kenaikan harga x harga normal = 102 x 14.000 = Rp 14.280,00 Biaya Pembelian = Rp 14.280 x 2990 kg = Rp 42.697.200,00 Efisiensi Biaya Pembelian = Rp 50.400.000,00 – Rp 42.697.200,00 = Rp 7.702.800,00 b Biaya pemesanan  Tradisional Biaya Pemesanan = B. Pemesanan kg x Total Pembelian = Rp 1.251,82 x 3600 = Rp 4.506.552,00  Just In Time Biaya Pemesanan = Biaya pesan JIT x Total Pemakaian Bahan Biaya pesan JIT = kenaikan x Biaya Pesan Normal = 101 x Rp 1.251,82 = Rp 1.264,34 Biaya Pemesanan = Rp 1.264,34 x 2.990 kg = Rp 3.780.376,60 Efisiensi Biaya Pemesanan = Rp 4.506.552,00 – Rp 3..780.376,60 = Rp 726.175,40 c Biaya Penyimpanan  Tradisional Biaya Penyimpanan = Biaya Penyimpanankg x Persediaan = Rp 350,00 x 846,67 kg = Rp 296.334,50  Just In Time Biaya Penyimpanan = 0 Karena tidak memiliki persediaan bahan baku maupun barang jadi di gudang. Efisiensi Biaya Penyimpanan = Rp 296.334,50 d Biaya Kekurangan Persediaan  Tradisional Biaya Kekurangan Persediaan = 0 Karena PT.”X” selalu membeli persediaan bahan baku lebih besar daripada kebutuhan terhadap bahan baku setiap tahunnya.  Just In Time

B. Kekurangan Persediaan = Harga JIT x Persen kenaikan

= Rp 14.280,00 x 10 = Rp 1.428,00 Untuk kekurangan bahan = Persediaan x kekurangan bahan = 10.160 kg x 2 = 203,2 kg Biaya Kekurangan Bahan = Rp 1.428,00 x 203,2 kg = Rp 290.169,60 Tabel 5.21 PT.”X” Data Perbandingan Efisiensi Biaya Bahan Baku Kebijakan Just – In – Time dengan Kebijakan Tradisional Untuk Pembuatan Medical Lateks Examination Gloves Tahun 2006 Uraian Kebijakan Tradisional Kebijakan Just In Time Efisiensi Biaya 1. Biaya Pembelian Rp 14.000kg x 3.600 kg 50.400.000,00 Rp 14.280kg x 2.990 kg 42.697.200,00 7.702.800,00

2. Biaya Pemesanan

Rp 1.251,82kg x 3.600 kg 4.506.552,00 Rp 1.264,34kg x 2.990 kg 3.780.376,60 726.175,40

3. Biaya Penyimpanan

Rp 350kg x 846,67 kg 296.334,50 Tidak ada biaya penyimpanan - 296.334,50

4. Biaya Kekurangan Persediaan

Tidak timbul adanya biaya kekurangan persediaan - Rp 1.428kg x 203,2 kg 290.169,60 290.169,60 Total 55.202.886,50 46.767.746,20 8.435.140,30 Sumber : Diolah Oleh Penulis Persediaan bahan baku menurut sistem tradisional atau konvensional merupakan suatu solusi bagi perusahaan untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan konsumen atau permintaan pelanggan yang mendadak atau sewaktu-waktu akan dapat terjadi. Persediaan bahan baku tersebut akan menjadi solusi agar dapat menjaga kegiatan produksi perusahaan akan tetap berjalan dengan lancar apabila tiba-tiba perusahaan mengalami pengiriman yang datang terlambat atau jika tidak terjadi pengiriman sama sekali pemogokan kerja, cuaca yang buruk, dan pemasok bangkrut. Sedangkan persediaan bahan baku menurut Just – In – Time merupakan suatu solusi yang benar-benar ditolak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Menurut pandangan Just – In – Time persediaan di gudang harus dikurangi sampai pada tingkatan yang sangat rendah. Pada penjelasan ini kenapa dikatakan dengan kebijakan Just – In – Time lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan tradisional, karena persediaan bahan baku pada kebijakan Just – In – Time benar-benar sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan baku setiap pemesanannya. Sehingga, tidak ada penumpukan bahan baku di gudang yang akhirnya dapat juga menurunkan biaya penyimpanan di gudang. Apabila menggunakan kebijakan Just – In – Time akan memunculkan biaya yang baru yaitu biaya kekurangan persediaan. Biaya tersebut muncul dikarenakan jumlah persediaan di gudang nol, sehingga jika sewaktu-waktu perusahaan menerima pesanan maka perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bahan baku pesanan tersebut. Namun biaya ini tidak mengurangi efisiensi penggunaan kebijakan Just – In – Time. Hal ini tersirat dalam penjelasan pada hasil wawancara dengan Ibu Sinta, sebagai pemilik perusahaan PT “X” berikut ini : “ Dan salah satunya cara kami mensiasati agar produksi terus berjalan adalah dengan persediaaan di gudang.” “……..antisipasi keterlambatan, tiba-tiba barang naik, kualitas dari bahan baku tidak sesuai dengan standar yang kami inginkan………….” Pernyataan Pemilik Perusahaan PT “X” Selain itu, diperkuat juga dengan pernyataan dari Pak Susanto berikut ini : “………….maka kami mengantisipasinya dengan cara membeli bahan baku yang lebih banyak…….” Pernyataan Kepala Bagian Produksi PT “X”  TAHUN 2007 a Biaya pembelian  Tradisional Biaya Pembelian = Harga per kg x Total Pembelian Bahan Baku = Rp 14.000 x 3.600 kg = Rp 50.400.000,00  Just In Time Biaya Pembelian = Hargakg JIT x Total Pemakaian Bahan Harga JIT = kenaikan harga x Harga normal = 102 x 14.000 = Rp 14.280,00 Biaya Pembelian = Rp 14.280 x 3.000 kg = Rp 42.840.000,00 Efisiensi Biaya Pembelian = Rp 50.400.000,00 – Rp 42.840.000,00 = Rp 7.560.000,00 b Biaya pemesanan  Tradisional Biaya Pemesanan = Biaya Pemesanan per kg x Total pembelian = Rp 1.251,82 x 3600 = Rp 4.506.552,00  Just In Time Biaya Pemesanan = Biaya pesan JIT x Total Pemakaian Bahan Biaya pesan JIT = kenaikan x biaya pesan normal = 101 x Rp 1.251,82 = Rp 1.264,34 Biaya Pemesanan = Rp 1.264,34 x 2.990 kg = Rp 3.780.376,60 Efisiensi Biaya Pemesanan = Rp 4.506.552,00 – Rp 3..780.376,60 = Rp 726.175,40 c Biaya Penyimpanan  Tradisional Biaya Penyimpanan = Biaya Penyimpanankg x Persediaan = Rp 350,00 x 846,67 kg = Rp 296.334,50  Just In Time Biaya Penyimpanan = 0 Karena tidak memiliki persediaan bahan baku maupun barang jadi di gudang. Efisiensi Biaya Penyimpanan = Rp 296.334,50 d Biaya Kekurangan Persediaan  Tradisional Biaya Kekurangan Persediaan = 0 Karena PT.”X” selalu membeli persediaan bahan baku lebih besar daripada kebutuhan terhadap bahan baku setiap tahunnya.  Just In Time

B. Kekurangan Persediaan = Harga JIT x

kenaikan = Rp 14.280,00 x 10 = Rp 1.428,00 Untuk kekurangan bahan = Persediaan x kekurangan bahan = 10.160 kg x 2 = 203,2 kg Biaya Kekurangan Bahan = Rp 1.428,00 x 203,2 kg = Rp 290.169,60 Tabel 5.22 PT.”X” Data Perbandingan Efisiensi Biaya Bahan Baku Kebijakan Just – In – Time dengan Kebijakan Tradisional Untuk Pembuatan Medical Lateks Examination Gloves Tahun 2007 Uraian Kebijakan Tradisional Kebijakan Just In Time Efisiensi Biaya 1. Biaya Pembelian Rp 14.000kg x 3.600 kg 50.400.000,00 Rp 14.280kg x 3.000 kg 42.840.000,00 7.560.000,00

2. Biaya Pemesanan

Rp 1.251,82kg x 3.600 kg 4.506.552,00 Rp 1.264,34kg x 2.990 kg 3.780.376,60 726.175,40

3. Biaya Penyimpanan

Rp 350kg x 846,67 kg 296.334,50 Tidak ada biaya penyimpanan - 296.334,50

4. Biaya Kekurangan Persediaan

Tidak timbul adanya biaya kekurangan persediaan - Rp 1.428kg x 203,2 kg 290.169,60 290.169,60 Total 55.202.886,50 46.910.546,20 8.292.340,30 Sumber : Diolah Oleh Penulis Persediaan bahan baku menurut sistem tradisional atau konvensional merupakan suatu solusi bagi perusahaan untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan konsumen atau permintaan pelanggan yang mendadak atau sewaktu-waktu akan dapat terjadi. Persediaan bahan baku tersebut akan menjadi solusi agar dapat menjaga kegiatan produksi perusahaan akan tetap berjalan dengan lancar apabila tiba-tiba perusahaan mengalami pengiriman yang datang terlambat atau jika tidak terjadi pengiriman sama sekali pemogokan kerja, cuaca yang buruk, dan pemasok bangkrut. Sedangkan persediaan bahan baku menurut Just – In – Time merupakan suatu solusi yang benar-benar ditolak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Menurut pandangan Just – In – Time persediaan di gudang harus dikurangi sampai pada tingkatan yang sangat rendah. Pada penjelasan ini kenapa dikatakan dengan kebijakan Just – In – Time lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan tradisional, karena persediaan bahan baku pada kebijakan Just – In – Time benar-benar sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan baku setiap pemesanannya. Sehingga, tidak ada penumpukan bahan baku di gudang yang akhirnya dapat juga menurunkan biaya penyimpanan di gudang. Apabila menggunakan kebijakan Just – In – Time akan memunculkan biaya yang baru yaitu biaya kekurangan persediaan. Biaya tersebut muncul dikarenakan jumlah persediaan di gudang nol, sehingga jika sewaktu-waktu perusahaan menerima pesanan maka perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bahan baku pesanan tersebut. Namun biaya ini tidak mengurangi efisiensi penggunaan kebijakan Just – In – Time. Hal ini tersirat dalam penjelasan pada hasil wawancara dengan Ibu Sinta, sebagai pemilik perusahaan PT “X” berikut ini : “ Dan salah satunya cara kami mensiasati agar produksi terus berjalan adalah dengan persediaaan di gudang.” “……..antisipasi keterlambatan, tiba-tiba barang naik, kualitas dari bahan baku tidak sesuai dengan standar yang kami inginkan………….” Pernyataan Pemilik Perusahaan PT “X” Selain itu, diperkuat juga dengan pernyataan dari Pak Susanto berikut ini : “………….maka kami mengantisipasinya dengan cara membeli bahan baku yang lebih banyak…….” Pernyataan Kepala Bagian Produksi PT “X”

2. BAHAN BAKU KARET LPG

 TAHUN 2005 a Biaya pembelian  Tradisional Biaya Pembelian = Harga per kg x Total Pembelian Bahan Baku = Rp 14.000,00 x 6.600 kg = Rp 92.400.000,00  Just In Time Biaya Pembelian = Harga per kg JIT x Total Pemakaian Bahan Harga JIT = kenaikan harga x harga normal = 102 x 14.000 = Rp 14.280,00 Biaya Pembelian Just In Time = Rp 14.280,00 x 5960 kg = Rp 85.108.800,00 Efisiensi Biaya Pembelian = Rp 92.400.000,00 – Rp 85.108.800,00 = Rp 7.291.200,00 b Biaya pemesanan  Tradisional Biaya Pemesanan = Biaya Pemesanan per kg x Total pembelian = Rp 1.356,34 x 6.600 = Rp 8.951.844,00  Just In Time Biaya Pemesanan = Biaya pesan JIT x Total Pemakaian Bahan Biaya pesan JIT = kenaikan x biaya pesan normal = 101 x Rp 1356,34 = Rp 1.369,90 Biaya Pemesanan = Rp 1.369,90 x 5.960 kg = Rp 8.164.604,00 Efisiensi Biaya pemesanan = Rp 8.951.844,00 – Rp 8.164.604,00 = Rp 787.240,00 c Biaya Penyimpanan  Tradisional Biaya Penyimpanan = Rp 350,00 x 284,17 kg = Rp 99.459,50  Just In Time Biaya Penyimpanan = 0 Efisiensi Biaya Penyimpanan = Rp 99.459,50 d Biaya Kekurangan Persediaan  Tradisional Biaya Kekurangan Persediaan = 0 Karena PT.”X” selalu membeli persediaan bahan baku lebih besar daripada kebutuhan terhadap bahan baku setiap tahunnya.  Just In Time Biaya Kekurangan = Harga Just In Time x Persen kenaikan = Rp 14.280,00 x 10 = Rp 1.428,00 Untuk Kekurangan Bahan = Persediaan x Kekurangan Bahan = 3410 kg x 2 = 68,2 kg Biaya Kekurangan Bahan = Rp 1.428,00 x 68,2 kg = Rp 97.389,60 Tabel 5.23 PT.”X” Data Perbandingan Efisiensi Biaya Bahan Baku Kebijakan Just – In – Time dengan Kebijakan Tradisional Untuk Pembuatan Karet atau Seal LPG Tahun 2005 Uraian Kebijakan Tradisional Kebijakan Just In Time Efisiensi Biaya 1. Biaya Pembelian Rp 14.000kg x 6.600 kg 92.400.000,00 Rp 14.280kg x 5.960 kg 85.108.800,00 7.291.200,00

2. Biaya Pemesanan

Rp 1.356,34kg x 6.600 kg 8.951.844,00 Rp 1.369,90kg x 5.960 kg 8.164.604,00 787.240,00

3. Biaya Penyimpanan

Rp 350kg x 284,17 kg 99.459,50 Tidak ada biaya penyimpanan - 99.459,50

4. Biaya Kekurangan Persediaan

Tidak timbul adanya biaya kekurangan persediaan - Rp 1.428kg x 68,2 kg 97.389,60 97.389,60 Total 101.451.303,50 93.370.793,60 8.080.509,90 Sumber : Diolah Oleh Penulis Persediaan bahan baku menurut sistem tradisional atau konvensional merupakan suatu solusi bagi perusahaan untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan konsumen atau permintaan pelanggan yang mendadak atau sewaktu-waktu akan dapat terjadi. Persediaan bahan baku tersebut akan menjadi solusi agar dapat menjaga kegiatan produksi perusahaan akan tetap berjalan dengan lancar apabila tiba-tiba perusahaan mengalami pengiriman yang datang terlambat atau jika tidak terjadi pengiriman sama sekali pemogokan kerja, cuaca yang buruk, dan pemasok bangkrut. Sedangkan persediaan bahan baku menurut Just – In – Time merupakan suatu solusi yang benar-benar ditolak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Menurut pandangan Just – In – Time persediaan di gudang harus dikurangi sampai pada tingkatan yang sangat rendah. Pada penjelasan ini kenapa dikatakan dengan kebijakan Just – In – Time lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan tradisional, karena persediaan bahan baku pada kebijakan Just – In – Time benar-benar sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan baku setiap pemesanannya. Sehingga, tidak ada penumpukan bahan baku di gudang yang akhirnya dapat juga menurunkan biaya penyimpanan di gudang. Apabila menggunakan kebijakan Just – In – Time akan memunculkan biaya yang baru yaitu biaya kekurangan persediaan. Biaya tersebut muncul dikarenakan jumlah persediaan di gudang nol, sehingga jika sewaktu-waktu perusahaan menerima pesanan maka perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bahan baku pesanan tersebut. Namun biaya ini tidak mengurangi efisiensi penggunaan kebijakan Just – In – Time. Hal ini tersirat dalam penjelasan pada hasil wawancara dengan Ibu Sinta, sebagai pemilik perusahaan PT “X” berikut ini : “ Dan salah satunya cara kami mensiasati agar produksi terus berjalan adalah dengan persediaaan di gudang.” “……..antisipasi keterlambatan, tiba-tiba barang naik, kualitas dari bahan baku tidak sesuai dengan standar yang kami inginkan………….” Pernyataan Pemilik Perusahaan PT “X” Selain itu, diperkuat juga dengan pernyataan dari Pak Susanto berikut ini : “………….maka kami mengantisipasinya dengan cara membeli bahan baku yang lebih banyak…….” Pernyataan Kepala Bagian Produksi PT “X”  TAHUN 2006 a Biaya pembelian  Tradisional Biaya Pembelian = Harga per kg x Total Pembelian Bahan Baku = Rp 14.000,00 x 6.600 kg = Rp 92.400.000,00  Just In Time Biaya Pembelian = Harga per kg JIT x Total Pemakaian Bahan Harga JIT = kenaikan harga x harga normal = 102 x 14.000 = Rp 14.280,00 Biaya Pembelian Just In Time = Rp 14.280,00 x 5980 kg = Rp 85.394.400,00 Efisiensi Biaya Pembelian = Rp 92.400.000,00 – Rp 85.108.800,00 = Rp 7.005.600,00 b Biaya pemesanan  Tradisional B Pemesanan = B. Pemesanan kg x Total pembelian = Rp 1.251,82 x 6600 = Rp 8.262.012,00  Just In Time Biaya Pemesanan = Biaya pesan JIT x Total Pemakaian Bahan Biaya pesan JIT = kenaikan x biaya pesan normal = 101 x Rp 1.251,82 = Rp 1.264,34 Biaya Pemesanan = Rp 1.264,34 x 5.980 kg = Rp 7.560.753,20 Efisiensi Biaya pemesanan = Rp 8.262.012,00 – Rp 7.560.753,20 = Rp 701.258.80 c Biaya Penyimpanan  Tradisional Biaya Penyimpanan = Rp 350,00 x 878,33 kg = Rp 307.415,50  Just In Time Biaya Penyimpanan = 0 Efisiensi Biaya Penyimpanan = Rp 307.415,50 d Biaya Kekurangan Persediaan  Tradisional Biaya Kekurangan Persediaan = 0 Karena PT.”X” selalu membeli persediaan bahan baku lebih besar daripada kebutuhan terhadap bahan baku setiap tahunnya.  Just In Time Biaya Kekurangan = Harga Just In Time x kenaikan = Rp 14.280,00 x 10 = Rp 1.428,00 Untuk Kekurangan Bahan = Persediaan x Kekurangan Bahan = 10.540 kg x 2 = 210,8 kg Biaya Kekurangan Bahan = Rp 1.428,00 x 210,8 kg = Rp 301.022,40 Tabel 5.24 PT.”X” Data Perbandingan Efisiensi Biaya Bahan Baku Kebijakan Just – In – Time dengan Kebijakan Tradisional Untuk Pembuatan Karet atau Seal LPG Tahun 2006 Uraian Kebijakan Tradisional Kebijakan Just In Time Efisiensi Biaya 1. Biaya Pembelian Rp 14.000kg x 6.600 kg 92.400.000,00 Rp 14.280kg x 5.980 kg 85.394.400,00 7.005.600,00

2. Biaya Pemesanan

Rp 1.251,82kg x 6.600 kg 8.262.012,00 Rp 1.264,34kg x 5.980 kg 7.560.753,20 701.258,80

3. Biaya Penyimpanan

Rp 350kg x 878,33 kg 307.415,50 Tidak ada biaya penyimpanan - 307.415,50

4. Biaya Kekurangan Persediaan

Tidak timbul adanya biaya kekurangan persediaan - Rp 1.428kg x 210,8 kg 301.022,40 301.022,40 Total 100.969.427,50 93.256.175,60 7.713.251,90 Sumber : Diolah Oleh Penulis Persediaan bahan baku menurut sistem tradisional atau konvensional merupakan suatu solusi bagi perusahaan untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan konsumen atau permintaan pelanggan yang mendadak atau sewaktu-waktu akan dapat terjadi. Persediaan bahan baku tersebut akan menjadi solusi agar dapat menjaga kegiatan produksi perusahaan akan tetap berjalan dengan lancar apabila tiba-tiba perusahaan mengalami pengiriman yang datang terlambat atau jika tidak terjadi pengiriman sama sekali pemogokan kerja, cuaca yang buruk, dan pemasok bangkrut. Sedangkan persediaan bahan baku menurut Just – In – Time merupakan suatu solusi yang benar-benar ditolak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Menurut pandangan Just – In – Time persediaan di gudang harus dikurangi sampai pada tingkatan yang sangat rendah. Pada penjelasan ini kenapa dikatakan dengan kebijakan Just – In – Time lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan tradisional, karena persediaan bahan baku pada kebijakan Just – In – Time benar-benar sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan baku setiap pemesanannya. Sehingga, tidak ada penumpukan bahan baku di gudang yang akhirnya dapat juga menurunkan biaya penyimpanan di gudang. Apabila menggunakan kebijakan Just – In – Time akan memunculkan biaya yang baru yaitu biaya kekurangan persediaan. Biaya tersebut muncul dikarenakan jumlah persediaan di gudang nol, sehingga jika sewaktu-waktu perusahaan menerima pesanan maka perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bahan baku pesanan tersebut. Namun biaya ini tidak mengurangi efisiensi penggunaan kebijakan Just – In – Time. Hal ini tersirat dalam penjelasan pada hasil wawancara dengan Ibu Sinta, sebagai pemilik perusahaan PT “X” berikut ini : “ Dan salah satunya cara kami mensiasati agar produksi terus berjalan adalah dengan persediaaan di gudang.” “……..antisipasi keterlambatan, tiba-tiba barang naik, kualitas dari bahan baku tidak sesuai dengan standar yang kami inginkan………….” Pernyataan Pemilik Perusahaan PT “X” Selain itu, diperkuat juga dengan pernyataan dari Pak Susanto berikut ini : “………….maka kami mengantisipasinya dengan cara membeli bahan baku yang lebih banyak…….” Pernyataan Kepala Bagian Produksi PT “X”  TAHUN 2007 a Biaya pembelian  Tradisional Biaya Pembelian = Harga per kg x Total Pembelian Bahan Baku = Rp 14.000,00 x 6.600 kg = Rp 92.400.000,00  Just In Time Biaya Pembelian = Harga per kg JIT x Total Pemakaian Bahan Harga JIT = kenaikan harga x harga normal = 102 x 14.000 = Rp 14.280,00 Biaya Pembelian Just In Time = Rp 14.280,00 x 6000 kg = Rp 85.680.000,00 Efisiensi Biaya Pembelian = Rp 92.400.000,00 – Rp 85.680.000,00 = Rp 6.720.000,00 b Biaya pemesanan  Tradisional Biaya Pemesanan = Biaya Pemesanan per kg x Total pembelian = Rp 1.370,98 x 6600 = Rp 9.048.468,00  Just In Time Biaya Pemesanan = Biaya pesan JIT x Total Pemakaian Bahan Biaya pesan JIT = kenaikan x biaya pesan normal = 101 x Rp 1.370,98 = Rp 1.384,69 Biaya Pemesanan = Rp 1.384,69 x 6.000 kg = Rp 8.308.140,00 Efisiensi Biaya pemesanan = Rp 9.048.468,00 – Rp 8.308.140,00 = Rp 740.328,00 c Biaya Penyimpanan  Tradisional Biaya Penyimpanan = Rp 350,00 x 1483,33 kg = Rp 519.165,50  Just In Time Biaya Penyimpanan = 0 Efisiensi Biaya Penyimpanan = Rp 519.165,50 d Biaya Kekurangan Persediaan  Tradisional Biaya Kekurangan Persediaan = 0 Karena PT.”X” selalu membeli persediaan bahan baku lebih besar daripada kebutuhan terhadap bahan baku setiap tahunnya.  Just In Time Biaya Kekurangan = Harga Just In Time x kenaikan = Rp 14.280,00 x 10 = Rp 1.428,00 Untuk Kekurangan Bahan = Persediaan x Kekurangan Bahan = 17800 kg x 2 = 356 kg Biaya Kekurangan Bahan = Rp 1.428,00 x 356 kg = Rp 508.368,00 Tabel 5.25 PT.”X” Data Perbandingan Efisiensi Biaya Bahan Baku Kebijakan Just – In – Time dengan Kebijakan Tradisional Untuk Pembuatan Karet atau Seal LPG Tahun 2007 Uraian Kebijakan Tradisional Kebijakan Just In Time Efisiensi Biaya 1. Biaya Pembelian Rp 14.000kg x 6.600 kg 92.400.000,00 Rp 14.280kg x 6.000 kg 85.680.000,00 6.720.000,00

2. Biaya Pemesanan

Rp 1.370,98kg x 6.600 kg 9.048.468,00 Rp 1.348,69kg x 6.000 kg 8.308.140,00 740.328,00

3. Biaya Penyimpanan

Rp 350kg x 1.483,33 kg 519.165,50 Tidak ada biaya penyimpanan - 519.165,50

4. Biaya Kekurangan Persediaan

Tidak timbul adanya biaya kekurangan persediaan - Rp 1.428kg x 356 kg 508.368,00 508.368,00 Total 101.967.633,50 94.496.508,00 7.471.125,50 Sumber : Diolah Oleh Penulis Persediaan bahan baku menurut sistem tradisional atau konvensional merupakan suatu solusi bagi perusahaan untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan konsumen atau permintaan pelanggan yang mendadak atau sewaktu-waktu akan dapat terjadi. Persediaan bahan baku tersebut akan menjadi solusi agar dapat menjaga kegiatan produksi perusahaan akan tetap berjalan dengan lancar apabila tiba-tiba perusahaan mengalami pengiriman yang datang terlambat atau jika tidak terjadi pengiriman sama sekali pemogokan kerja, cuaca yang buruk, dan pemasok bangkrut. Sedangkan persediaan bahan baku menurut Just – In – Time merupakan suatu solusi yang benar-benar ditolak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Menurut pandangan Just – In – Time persediaan di gudang harus dikurangi sampai pada tingkatan yang sangat rendah. Pada penjelasan ini kenapa dikatakan dengan kebijakan Just – In – Time lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan tradisional, karena persediaan bahan baku pada kebijakan Just – In – Time benar-benar sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahan baku setiap pemesanannya. Sehingga, tidak ada penumpukan bahan baku di gudang yang akhirnya dapat juga menurunkan biaya penyimpanan di gudang. Apabila menggunakan kebijakan Just – In – Time akan memunculkan biaya yang baru yaitu biaya kekurangan persediaan. Biaya tersebut muncul dikarenakan jumlah persediaan di gudang nol, sehingga jika sewaktu-waktu perusahaan menerima pesanan maka perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bahan baku pesanan tersebut. Namun biaya ini tidak mengurangi efisiensi penggunaan kebijakan Just – In – Time. Hal ini tersirat dalam penjelasan pada hasil wawancara dengan Ibu Sinta, sebagai pemilik perusahaan PT “X” berikut ini : “ Dan salah satunya cara kami mensiasati agar produksi terus berjalan adalah dengan persediaaan di gudang.” “……..antisipasi keterlambatan, tiba-tiba barang naik, kualitas dari bahan baku tidak sesuai dengan standar yang kami inginkan………….” Pernyataan Pemilik Perusahaan PT “X” Selain itu, diperkuat juga dengan pernyataan dari Pak Susanto berikut ini : “………….maka kami mengantisipasinya dengan cara membeli bahan baku yang lebih banyak…….” Pernyataan Kepala Bagian Produksi PT “X”

5.4.3. Pembahasan