untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah yang diperlukan”.
Menurut William L. Duncan 1988:21,” Just – In - Time is a philosophy which has as it’s objective the elimination of waste”.
Menurut Simamora 1999:12, Just – In – Time adalah filosofi yang terpusat pada penentuan waktu, efisiensi, dan mutu dalam
memenuhi komitmen-komitmen. Sedangkan Just – In – Time menurut Machfoedz 1996:51 berarti
filosofi yang memusatkan aktivitas yang diperlukan oleh segmen internal lain dalam suatu organisasi.
Schniederjans 1993:316 menyatakan Just – In - Time sebagai “The successful completion of a product or service at each stage of
production activity from vendor to customer just-in-time for its use and at minimum cost. Just – In - Time can also be generally defined as strategy
or guiding philosophy whose goal it is to seek manufacturing excellence”. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, diketahui bahwa kunci
pokok dari Just – In - Time adalah eliminasi pemborosan atau waste.
2.2.2.2. Tujuan Just – In - Time
William L. Duncan, 1988:21 berpendapat bahwa “Just – In - Time …. Has as its subjective the elimination of waste “. Pendapat ini
sesuai dengan pendapat A. Ansari dan B. Modarres 1990:28 yang
mengatakan “ objective of the Just – In - Time technique is reduction of cost throught the elimination of waste”.
Waste atau pemborosan didefinisikan oleh A. Ansari dan B. Modarress 1990:28 sebagai “ … anything other than the minimum
amounts of equipment, materials, workers, and time that are absolutely essensial to production.”
2.2.2.3. Manfaat Just – In – Time
Just – In – Time bukan hanya sekedar metode pengendalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem produksi yang saling berkaitan
dengan semua fungsi dan aktivitas di dalam perusahaan. Manfaat Just – In – Time, antara lain :
a. Mengurangi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung sebagai
akibat adanya penghapusan kegiatan seperti penyimpanan persediaan;
b. Mengurangi ruang atau gudang untuk tempat penyimpanan barang;
c. Mengurangi waktu set up dan penundaan jadwal produksi;
d. Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan
mendeteksi pada sumbernya; e.
Mengurangi lead time karena ukuran lot yang kecil sehingga sel produksi lebih dapat memberikan umpan balik terhadap masalah
kualitas; f.
Penggunaan mesin dan fasilitas secara lebih baik;
g. Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok;
h. Layout pabrik yang lebih baik;
i. Integrasi dan komunikasi yang lebih baik di antara fungsi-fungsi
seperti pemasaran, pembelian, dan produksi; dan j.
Pengendalian kualitas dalam proses.
2.2.2.4. Sasaran pelaksanaan JIT
Sasaran pelaksanaan Just – In – Time pada dasarnya terdiri atas Tjiptono dan Diana, 2001: 309-314 :
1. Persediaan metode pengurangan persediaan terbagi atas :
a. Bahan baku – lebih sedikit pemasok, penyerahan lebih sering, order lebih kecil, kontrak jangka panjang dan inspeksi pemasok;
b. Barang dalam proses – perbaikan konfigurasi pabrik, fleksibilitas karyawan, peningkatan kualitas, dan waktu set up lebih singkat,
serta; c Barang jadi – demand pull, pengurangan cycle time, dan
peningkatan fleksibilitas produksi. 2.
Cycle time atau throughput time Throughput time adalah interval waktu dari dimulainya proses
produksi sampai produk selesai dan dikirim kepada pelanggan, terdiri atas :
a. Waktu pemrosesan adalah waktu sesungguhnya untuk mengerjakan suatu produk;
b. Waktu inspeksi adalah waktu yang diperlukan untuk menginspeksi produk untuk menjamin bahwa produk telah sesuai
dengan standar produksi juga mencakup waktu yang diperlukan untuk mengerjakan kembali produk yang kurang memenuhi
spesifikasi dan inspeksi ketika bahan baku diterima; c. Waktu gerak adalah waktu yang diperlukan untuk memindahkan
produk dari satu departemen ke departemen berikutnya serta dari dan ke gudang;
d. Waktu tunggu adalah waktu dimana produk berada dalam satu departemen sebelum diproses;
e. Waktu simpan adalah waktu untuk menyimpan bahan baku dan barang dalam proses sebelum digunakan oleh departemen
produksi serta barang jadi di gudang sebelum dikirim ke pelanggan.
Berdasarkan kelima unsur throughput time di atas, waktu pemrosesan yang sungguh-sungguh merupakan produksi aktual. Oleh
karena itu waktu pemrosesan adalah waktu yang memiliki nilai tambah, sedangkan ke empat unsur yang lain sebagai waktu yang tidak memiliki
nilai tambah karena tidak ada nilai tambah yang dapat diberikan pada produk ketika produk tersebut diproses.
Dalam bentuk rumus dapat disajikan sebagai berikut :
Tjiptono dan Diana, 2001: 295 Semakin pendek throughput time menunjukkan semakin efisien
proses produksi, maka semakin rendah biaya produksi dan semakin meningkat pula kemampuan perusahaan untuk merespon dengan cepat
perubahan permintaan pelanggan. Rasio Efisiensi Manufaktur atau Manufacturing Efficiency Ratio MER dapat disajikan sebagai berikut :
Tjiptono dan Diana, 2001: 295
3. Perbaikan yang berkesinambungan
Perbaikan berbeda dengan pemeliharaan; perbaikan berarti menjadikan sesuatu yang lebih baik daripada keadaan semula. Dalam
Just – In – Time, perbaikan yang berkesinambungan dilaksanakan dengan baik, sehingga apabila terjadi kerusakan kualitas dan tingkat
produksi tidak sesuai akan dapat terlihat segera. Apabila suatu proses menerima produk yang tidak sesuai dari proses sebelumnya maka
Throughput time = Processing +
Waste Time Value added time Non-value added time
MER = Value Added Time Throughput Time
pekerja dalam proses akan menghentikan proses dan melaporkan masalah tersebut kepada penyelia dan pemrosesan sebelumnya.
4. Penghapusan pemborosan
Just – In – Time mampu untuk menghapus : a. Pemborosan karena produksi berlebihan
Dalam lingkungan Just – In – Time, pelanggan masuk dalam sistem dari awal dengan mengajukan permintaan melalui sistem
distribusi kepada pemanufaktur. Sistem Just – In – Time tidak akan memproduksi tanpa permintaan yang timbul dari pelanggan;
b. Pemborosan karena waktu tunggu Dalam Just – In – Time, bahan baku diletakkan di pabrik bukan di
gudang, dan disediakan waktu untuk pemeliharaan mesin dan peralatan, sehingga penggantian dan reparasi selama periode
produksi jarang terjadi;
c. Pemborosan karena transportasi Pabrik dalam sistem Just – In – Time harus membeli dalam jumlah
kecil dan sering. Ini berarti bahwa pemasok seharusnya relatif dekat dengan pabrik untuk memotong biaya transportasi;
d. Pemborosan karena pemrosesan Dalam Just – In – Time menekankan pada perbaikan proses,
sehingga apabila proses tidak beres, maka akan segera teridentifikasi dan diperbaiki untuk menghapus pemborosan;
e. Pemborosan karena sediaan yang tidak perlu Dalam Just – In – Time, sediaan tidak ada sebelum diproses.
Dengan demikian tidak ada biaya penyimpanan dan penanganan sediaan yang meliputi biaya gedung, penjaga, administrasi, dan
lain-lain;
f. Pemborosan karena gerakan yang tidak perlu Layout pabrik dalam sistem Just – In – Time diatur berdasarkan
produk sehingga meminimalisasi gerakan, baik karyawan maupun produk, karena tidak memberikan nilai tambah dan menyebabkan
diperlukannya pekerja tambahan;
g. Pemborosan karena memproduksi barang cacat atau rusak Barang cacat atau rusak menimbulkan biaya karena produk harus
dikerjakan kembali untuk memperbaiki kekurangan serta biaya garansi merupakan pemborosan dan kehilangan pelanggan
merupakan kerugian penjualan di masa yang akan datang.
2.2.2.5. Elemen Just – In - Time