dan kualitas yang diinginkan, dengan biaya seminimal mungkin. Kerja sama dilakukan dengan sejumlah kecil pemasok yang terseleksi
dan dimaksudkan untuk jangka panjang. Pemasok yang dilibatkan hendaknya yang dapat diandalkan dan dapat mendukung penerapan
Just – In - Time pada perusahaan secara konsisten.
2.2.2.8. Langkah-Langkah Implementasi Just – In – Time
Sebuah perusahaan yang menerapkan Just – In – Time harus melalui beberapa tahap implementasi. Tahap demi tahap adalah sangat
penting karena merupakan bagian dari komitmen melaksanakan program mewujudkan efisiensi dan kualitas total. Implementasi Just – In – Time
juga memerlukan komitmen dari manajer perusahaan, karena itu jika ke dua hal tersebut, baik program kualitas total dan komitmen manajemen
diterapkan, maka Just – In – Time dapat terwujud I Made Narsa, 1999:25-27.
Tahap-tahap implementasi terdiri atas :
1. Mengorganisasi kelompok penyelesaian masalah
Mengorganisasi kelompok penyelesaian masalah dapat melibatkan pimpinan dari berbagai bagian disertai staf yang berkualitas agar
setiap permasalahan di setiap bidang produksi dapat diselesaikan secara cepat dan tepat. Di sinilah dituntut adanya komitmen yang
tinggi dari semua pihak.
2. Mendesain sistem dan prosedur dalam proses pembelian
Mendesain kembali berbagai perangkat yang berhubungan dengan sistem prosedur produksi barang menjadi sangat penting. Prosedur
selama ini dirasakan sebagai pemborosan baik dalam penggunaan waktu, tenaga, maupun ruang harus dilakukan penataan atau
dikurangi. Termasuk dalam pengertian ini adalah membuat pemetaan terhadap daftar pemasok.
3. Mensosialisasikan pengendalian kualitas total
Pengendalian kualitas total atau Total Quality Control TQC adalah suatu praktek mewujudkan kualitas barang dalam proses pengadaan
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen atau pemakai. Just – In – Time dapat berjalan dengan optimal karena hasil
yang dicapai melalui proses pengadaan sesuai dengan kualitas barang yang diinginkan. Maka ada kemungkinan tidak adanya aktivitas
pemesanan ulang atau pengerjaan ulang.
4. Stabilisasi jadwal dan proses arus kerja yang jelas
Stabilisasi jadwal dapat dilaksanakan dalam jenjang jadwal. Jenjang jadwal adalah urut-urutan kegiatan dimana barang sejak awal waktu
masuk pertama kali ke dalam gudang, mengalami pemrosesan dengan elemen lainnya dengan mengikuti aturan-aturan tertentu. Hal ini
menunjukkan bahwa proses pengadaan barang yang fleksibel, tetapi
didasarkan pada proses perencanaan di masing-masing unit kerja yang rinci dan hati-hati.
5. Mengurangi kegiatan penyimpanan
Selain dibantu dengan jaminan dari pemasok, usaha untuk mengurangi kegiatan penyimpanan dapat dilakukan dengan cara
mengatur konfigurasi barang sedemikian rupa agar proses pengadaan berjalan dengan cepat, lancar, dan berusaha meminimalkan barang
dalam proses.
6. Area kerja yang rapi dan bersih
Setiap karyawan harus memahami dan dapat menerapkan konsep lima S sebagai sumber peningkatan produktivitas, yaitu :
a. Seiri sisih artinya sisihkan barang-barang yang tidak diperlukan
dari tempat kerja. b.
Setton susun artinya susun barang-barang yang diperlukan supaya mudah ditemukan oleh siapa saja saat diperlukan.
c. Seiso sasap artinya bersihkan tempat kerja dengan teratur agar
tidak terdapat debu di lantai, barang-barang, dan peralatan yang dipakai.
d. Seiketsu sosoh artinya peliharan taraf pengurusan rumah tangga
dan organisasi tempat kerja setiap saat.
e. Shitsuke suluh artinya berilah panutan dan suluh agar semua
orang mematuhi disiplin pengurusan rumah tangga masing-masing atas kesadaran sendiri.
2.2.3. Tinjauan Mengenai Produktivitas Perusahaan 2.2.3.1. Peranan dan Pentingnya Produktivitas