Hal ini tersirat dalam penjelasan pada hasil wawancara dengan Ibu Sinta, sebagai pemilik perusahaan PT “X” berikut ini :
“ Dan salah satunya cara kami mensiasati agar produksi terus berjalan adalah dengan persediaaan di gudang.” “……..antisipasi
keterlambatan, tiba-tiba barang naik, kualitas dari bahan baku tidak sesuai dengan standar yang kami inginkan………….”
Pernyataan Pemilik Perusahaan PT “X”
Selain itu, diperkuat juga dengan pernyataan dari Pak Susanto berikut ini :
“………….maka kami mengantisipasinya dengan cara membeli bahan baku yang lebih banyak…….”
Pernyataan Kepala Bagian Produksi PT “X”
5.4.3. Pembahasan
Dalam pembahasan masalah, dengan perhitungan yang telah diuraikan di atas, mengenai metode Just-In-Time untuk meningkatkan
biaya-biaya yang tidak terpakai. Namun apabila dalam melaksanakan metode Just-In-Time,
perusahaan juga harus memperhatikan tentang penyediaan bahan bakunya, artinya bahan baku harus selalu ada jika suatu saat dibutuhkan.
Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan dituntut untuk dapat menjaga hubungan kemitraan yang baik dengan pemasok bahan baku. Sehingga
dengan begitu, pemasok dapat mengetahui kapan dan berapa banyak bahan yang harus dikirim serta tepat waktu. Di samping itu, perusahaan
juga diharapkan, agar dapat mengadakan kontrak jangka panjang dengan pemasok, karena dengan adanya ikatan kontrak ini, dapat memberikan
jaminan bagi perusahaan untuk dapat memesan bahan baku setiap saat maupun dalam kondisi yang mendesak sekalipun.
Untuk dapat memperjelas pembahasan berikut, akan diuraikan hal- hal yang berhubungan dengan biaya bahan baku selama perusahaan
menggunakan metode konvensional.
1. Biaya Pembelian Bahan Baku
Biaya Pembelian Bahan Baku merupakan biaya yang harus ditanggung perusahaan selama melakukan pembelian bahan baku.
Biaya pembelian bahan baku menurut perusahaan dapat diketahui dengan cara mengalikan harga bahan baku per kg dengan total
pembelian bahan baku
2. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan merupakan biaya yang berhubungan dengan pemesanan bahan baku. Biaya pemesanan bahan baku perusahaan
berkisar antara Rp 1.100,00 sampai Rp 1.500,00 per kg setiap tahunnya. Sehingga biaya pemesanan pada perusahaan dapat dihitung
dengan cara mengalikan biaya pemesanan bahan baku dengan total pembelian bahan baku selama 1 tahun.
3. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang terjadi selama penyimpanan persediaan bahan baku. Semakin besar jumlah bahan
baku yang dipesan maka akan semakin besar pula biaya penyimpanannya. Biaya penyimpanan pada perusahaan dapat
diketahui dengan cara mengalikan total biaya penyimpanan bahan baku dengan persediaan rata-rata per tahunnya.
4. Frekuensi Pembelian Bahan Baku
Frekuensi pembelian bahan baku dilakukan setiap bulannya. Agar menjamin kelancaran produksi.
Berdasarkan uraian pembahasan di atas dengan tahapan pemecahan masalah yang dihadapi oleh perusahaan dengan menggunakan metode
Just-In-Time: a.
Sistem Pembelian Bahan Baku Sistem pembelian Just-In-Time secara umum dapat dikatakan sebagai
suatu sistem penjadwalan pengadaan bahan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi
permintaan pelanggan. Untuk dapat merealisasikan sistem pembelian Just-In-Time ini, perusahaan perlu memilih serta menetapkan
pemasok yang dapat diandalkan dan dipercaya. Pemilihan pemasok ini diperlukan agar mutu bahan baku yang dibeli tidak mengecewakan
serta pengiriman bahan baku dilakukan dengan tepat waktu sehingga proses produksi tidak terlambat dengan adanya keterlambatan
pengiriman bahan baku. Untuk penerapan sistem pembelian Just-In-Time pada perusahaan
dinyatakan bahwa perusahaan tidak menyimpan bahan baku di gudang, artinya persediaan bahan baku di gudang adalah tidak ada
nol. Perusahaan membeli bahan baku sesuai dengan kebutuhan produksinya, karena perusahaan menginginkan adanya efisiensi biaya
penyimpanan sehingga biaya penyimpanan adalah nol. Dengan sistem pembelian Just-In-Time kenaikan harga unbtuk pembelian bahan baku
diprediksi sebesar 2 dari harga normalnya. Disebabkan perusahaan menginginkan pengiriman yang lebih sering.
b. Biaya Pemesanan
Pada sistem pembelian Just-In-Time, umumnya biaya pemesanan akan mengalami kenaikan walaupun relatif hanya sedikit saja. Biaya
pemesanan bahan baku dengan pembelian Just-In-Time diasumsikan sebesar 1 dari biaya pemesanan dengan kebijakan tradisional, hal
ini disebabkan karena dalam pembelian Just-In-Time perusahaan akan sering melakukan pemesanan.
c. Biaya Penyimpanan
Efisiensi biaya penyimpanan dilakukan perusahaan dengan cara tidak menyimpan persediaan bahan baku di gudang, sehingga biaya
penyimpanan dari perusahaan adalah nol.
d. Frekuensi Pembelian Bahan Baku
Pembelian bahan baku sebaiknya dilakukan pada saat perusahaan menerima pesanan dan akan melakukan kegiatan produksi.
e. Biaya Kekurangan Persediaan
Biaya kekurangan persediaan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan apabila perusahaan menerima pesanan
mendadak dari pelanggan sedangkan di gudang tidak terdapat persediaan bahan baku. Karena persediaan bahan baku adalah nol.
Biaya kekurangan persediaan ini tidak terjadi dalam metode konvensional atau tradisional karena pada metode konvensional
tersedia banyak persediaan bahan baku di gudang. Berdasarkan prediksi peneliti maka peneliti mengasumsikan bahwa biaya
kekurangan persediaan sebesar 2 dari total persediaan per tahunnya dan tambahan biaya pemesanan bahan baku diperkirakan sebesar 10
dari harga bahan baku untuk mempercepat pesanan bahan baku.
5.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan secara kualitatif dan memakai sumber data yang berasal dari keterangan para informan di lapangan. Penelitian ini
bersifat lokal, terkini, dan unik; sehingga tidak bisa digeneralisasikan. Perbedaan waktu sangat berpengaruh, karena apa yang terjadi di lapangan
saat ini, tidak bisa dijadikan patokan bahwa akan terjadi juga di waktu yang berbeda. Sehubungan dengan keterbatasan tersebut, maka peneliti
mengharapkan bahwa segala sesuatu yang dihasilkan melalui penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi penelitian yang akan diadakan selanjutnya.