2.2.2.5. Elemen Just – In - Time
Menurut Edward J. Hay 1988:12, terdapat tujuh elemen dalam Just – In - Time. Elemen pertama dan ke dua adalah filosofi Just – In -
Time itu sendiri dan kualitas. Tiga elemen berikutnya meliputi tiga elemen teknik indutri yang terdiri atas kesamaan waktu produksi,
keseragaman prosedur produksi, dan pengurangan waktu penyetelan. Elemen ke enam dan ke tujuh terdiri atas sistem pengendalian yang
disebut dengan sistem tarik pull system atau kanban dan pembelian Just – In - Time.
Terdapat tiga komponen dasar Just – In – Time yang perlu mendapatkan perhatian dalam mengurangi pemborosan waste, yaitu
flow, employee involvement, dan quality.
Hay menggambarkan pengertian filosofi Just – In - Time yang menggambarkan ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut:
JIT Philosophy
Elimination of waste
Flow Employee
Involvement Quality
Uniform plant load Reduced setup times
Overlapping operations Pull system lingking operations
JIT purchasing
GAMBAR 2.1. FILOSOFI JUST – IN – TIME
Sumber : Hay, Edward J, 1988, The JIT Breakthrough : Implementing
the New Manufacturing Basics, John Wiley and Sons, hal 14 Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just – In – Time
menurut Supriyono yang mengutip dari Foster dan Hongren 1997:65, yaitu:
1. Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak
bernilai dan bernilai tambah terhadap produk dan jasa; 2.
Komitmen untuk mencapai tingkat kualitas prima atau tinggi 3.
Komitmen untuk mendorong dilakukannya perbaikan berkesinambungan atau berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi;
dan
4. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan
visibilitas aktivitas yang punya nilai tambah.
2.2.2.6. Persyaratan Just – In – Time
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan Just – In – Time Tjiptono dan Diana, 2001: 314-322 :
1. Organisasi pabrik.
Just – In – Time menggunakan sel kerja yaitu : semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu
lokasi. Sel kerja Just – In – Time berbentuk putaran U atau L dengan ukuran lot yang kecil dan menggunakan kanban untuk produksi
sehingga tidak ada waktu untuk antri sebelum diproses dan waktu siklus dalam Just – In – Time kurang dari setengah waktu siklus yang
sama dalam sistem tradisional.
2. Pelatihan dan tim.
Agar sistem Just – In – Time dapat diterapkan secara efektif, pekerja harus diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan
yang dilakukan dari sistem tradisional, bagaimana cara kerja Just – In – Time, apa yang diharapkan dari Just – In – Time, dan bagaimana
akibat Just – In – Time; termasuk pelatihan secara mendalam mengenai kanban, perbaikan proses, dan alat-alat statistik. Dalam Just
– In – Time, pekerja bekerja dalam tim dan harus berfungsi sebagai suatu tim, dimana tim tersebut bertanggung jawab dari proses
produksi pertama sampai produk dikirim dengan cara bekerja sama, saling mendukung, memecahkan masalah, dan memeriksa pekerjaan.
3. Membentuk aliran.
Suatu lini produksi yang baru harus di-set up sebagai pengujian untuk membentuk aliran produksi dan menyeimbangkan aliran tersebut.
4. Kanban pull system.
Bersamaan dengan perencanaan sel kerja, skema kanban seharusnya dibuat. Sistem kanban artinya kartu untuk memberikan tanda yang
menunjukkan adanya perpindahan unit komponen atau produk dari pekerja tertentu kepada pekerja berikutnya. Sistem kanban dasar
menggunakan 3 kartu, yaitu : a. Kartu pengambilan withdrawal kanban adalah kartu yang
digunakan untuk menentukan jumlah sediaan yang diambil oleh proses selanjutnya dari proses sebelumnya.
b. Kartu produksi production kanban adalah kartu yang digunakan untuk menentukan jumlah yang harus diproduksi pada proses
sebelumnya.
c. Kartu pemasok vendor kanban adalah kartu yang digunakan untuk memberitahu para pemasok agar mengirimkan komponen
atau bahan sejumlah tertentu dan pada saat yang diperlukan. 5.
Pengendalian visual visual scan. Visual scan yang cepat dapat memperlihatkan adanya kemacetan atau
kelebihan kapasitas, misalnya lampu yang menyala pada suatu proses yang bermasalah dan akibatnya proses produksi dihentikan serta
segera pekerja dalam tim tersebut akan membantu mengatasi apabila masalah tersebut di luar kemampuan tim, orang yang ahli dan
berwenang akan mengatasi dengan cepat.
6. Eliminasi kemacetan Bottleneck.
Bottleneck process adalah proses berjalan secepat mungkin sepanjang waktu tanpa mengikuti permintaan. Untuk mengatasi Bottleneck
process, semua proses dalam Just – In – Time harus terus menerus diteliti, dipelihara, dipantau, dan disempurnakan prosesnya serta perlu
ditetapkan suatu pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang yang terdiri atas departemen produksi, PPC, keuangan, dan departemen
lainnya yang terkait.
7. Ukuran lot kecil dan penggurangan waktu setup.
Dalam sistem Just – In – Time, ukuran lot yang terbaik adalah ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini sesuai bila mesin yang digunakan
untuk menghasilkan berbagai macam produk dalam satu lini produksi. Hal ini mensyaratkan adanya waktu set up yang relatif singkat yang
dapat diperoleh melalui beberapa cara antara lain : memastikan peralatan dan komponen lainnya yang dibutuhkan telah tersedia dan
orang yang melaksanakan proses akan hadir pada saat yang telah ditetapkan serta mesin produksi perlu dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga dapat di-setup dengan hanya sekali sentuh tangan.
8. Total Productive Maintenance TPM.
Tindakan untuk menjaga agar kualitas produk tetap prima adalah dengan memelihara mesin sebaik mungkin dengan cara pemeliharaan
preventif yang sistematis agar kondisi dan kinerja mesin menjadi lebih tinggi serta memprediksi kapan waktu penggantian suku cadang
atau kapan harus melakukan perbaikan mesin agar kualitas produk tetap terjaga.
9. Kemampuan proses, Statistical Process Control SPC, dan perbaikan
berkesinambungan. Permasalahan seputar proses dapat diatasi dengan memahami proses
secara menyeluruh serta mengoptimalkan dan mengendalikan proses dengan metode statistik dengan berbagai alat seperti diagram pareto,
diagram sebab akibat, stratifikasi, check sheets, histogram, scatter diagram, run chart dan control chart, flow chart, serta desain
eksperimen. Statistical Process Control SPC ini harus diterapkan dengan memperbaiki proses secara terus menerus. Tiga hal ini harus
ada dalam sistem Just – In – Time karena : a.
Segala sesuatu harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna;
b. Tidak adanya sediaan penyangga untuk kemacetan proses; dan
c. Semua proses dengan mesin dan pekerjanya harus beroperasi
dalam kondisi prima sepanjang waktu.
10. Pemasok
Dalam sistem Just – In – Time, pemilihan pemasok merupakan hal yang sangat penting karena pemasok harus dapat menyediakan apa
yang diperlukan dalam jumlah yang tepat pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu, pemanufaktur Just – In – Time berupaya menjalin
hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok, antara lain : a.
Mengurangi jumlah pemasok; b.
Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok dengan membuat persetujuan jangka panjang yang
mencakup harga, kualitas, dan penyerahan; c.
Memberikan bantuan teknis kepada pemasok; dan d.
Melibatkan pemasok pada tahap perancangan produk dan proses sehingga material yang dibeli “fitness for use” dan sedikit
memerlukan inspeksi.
Terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi oleh pemasok agar dapat menjadi rekan kerja yang baik Dixon, 1996 :
1. Pemasok memiliki kompetensi dalam bidangnya.
Hal ini diperlukan karena perusahaan perlu mendapatkan suatu jaminan kualitas ini yang akan didapat oleh perusahaan.
2. Memiliki keahlian secara komputerisasi.
Hal ini diperlukan karena semua kegiatan yang terkait dengan pengumpulan informasi sebagai dasar melakukan transaksi antara
perusahaan dengan pemasok sebaiknya dilakukan melalui komputer electronic data interchange.
3. Pemasok bersedia untuk menempatkan salah satu karyawan kunci di
suatu perusahaan dan mau bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya.
2.2.2.7. Prinsip Kunci Just – In - Time