Terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi oleh pemasok agar dapat menjadi rekan kerja yang baik Dixon, 1996 :
1. Pemasok memiliki kompetensi dalam bidangnya.
Hal ini diperlukan karena perusahaan perlu mendapatkan suatu jaminan kualitas ini yang akan didapat oleh perusahaan.
2. Memiliki keahlian secara komputerisasi.
Hal ini diperlukan karena semua kegiatan yang terkait dengan pengumpulan informasi sebagai dasar melakukan transaksi antara
perusahaan dengan pemasok sebaiknya dilakukan melalui komputer electronic data interchange.
3. Pemasok bersedia untuk menempatkan salah satu karyawan kunci di
suatu perusahaan dan mau bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya.
2.2.2.7. Prinsip Kunci Just – In - Time
Menurut Schniederjans 1993:5, Just – In - Time didasarkan atas delapan prinsip kunci yang terdiri atas :
1. Seek a produce – to – order production schedule.
2. Seek unitary production.
3. Seek to eliminate waste.
4. Seek continuous product flow improvement.
5. Seek product quality perfecton.
6. Respect people.
7. Seek to eliminate contingencies.
8. Maintain a long-term emphasis.
Menurut William L. Duncan 1998:11, ketika filosofi Just – In - Time digunakan untuk membangun sebuah program, di dalamnya selalu
terdapat delapan komponen utama yang meliputi: 1.
Organization of the program. 2.
Quality. 3.
Simplified, synchronous production. 4.
Roses-oriented flow. 5.
Advanced procurement technology. 6.
Improved design methods. 7.
Enchanced support functions. 8.
Employee involvement.
Sedangkan Chase dan Aquilano 1998:248 berpendapat bahwa untuk mencapai tujuan Just – In - Time dibutuhkan hal-hal sebagai
berikut: 1.
Design flow process. 2.
Total Quality Control TQC. 3.
Stabilize schedule. 4.
Kanban Pull.
5. Work with vendors.
6. Reduce inventory more.
7. Improve roduct design.
Dari ke tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip- prinsip Just – In - Time secara umum meliputi:
1. Mempertahankan penekanan jangka panjang.
Penerapan Just – In - Time merupakan proyek jangka panjang, sehingga keberhasilannya memerlukan komitmen yang kuat dari
seluruh pihak yang terlibat. Untuk itu perusahaan harus memiliki tujuan jangka panjang yang jelas dalam menerapkan Just – In - Time.
2. Mengorganisasi program.
Penerapan Just – In - Time perlu dijabarkan ke dalam program- program jangka menengah dan pendek untuk memudahkan
pengendalian dan evaluasi serta meningkatkan motivasi pihak-pihak yang terlibat untuk terus mendukung penerapan Just – In - Time.
Penanggung jawab dan pelaksana program-program tersebut harus terorganisasi dengan baik dan memiliki kewajiban serta wewenang
yang jelas.
3. Melakukan produksi sesuai dengan permintaan Pull Production.
Produksi diusahakan seimbang dengan permintaan pasar, tidak kurang dan tidak lebih. Jika dimungkinkan, produksi dilakukan setelah ada
permintaan yang nyata dari pasar. Salah satu cara untuk menerapkan prinsip ini adalah menggunakan sistem kanban dalam produksi.
4. Mengusahakan jadwal produksi sestabil mungkin.
Kestabilan jadwal produksi diperlukan untuk meminimalkan persediaan pengaman. Untuk itu process control harus dilaksanakan
dengan baik pada setiap aktivitas perusahaan. Kemungkinan terjadinya hambatan-hambatan yang bersifat kebetulan
contingencies terhadap proses produksi perlu dihapuskan. Hambatan–hambatan semacam itu antara lain : mesin break-down,
pemogokkan karyawan, dan sebagainya. Mesin break-down dapat dicegah dengan pelaksanaan Total Preventive Maintenance TPM.
5. Mengusahakan unit produksi sekecil mungkin.
Unit produksi yang ideal adalah satu. Unit produksi yang kecil, dengan frekuensi produksi yang tinggi, diperlukan agar perusahaan
mudah menyesuaikan produksi dengan perubahan permintaan.
6. Terus menerus memperbaiki aliran aktivitas dengan berorientasi pada
proses. Aliran aktivitas harus diusahakan sedemikian rupa agar berjalan
dengan lancar, efektif, dan efisien. Aliran produksi harus dibuat sesederhana dan selancar mungkin. Salah satu caranya adalah dengan
membuat sel-sel kerja work-cell. Dalam sel-sel kerja, seorang karyawan melakukan beberapa pekerjaan pada beberapa mesin secara
berurutan. Dengan cara ini waktu tunggu lead time antara satu proses dengan proses yang lain dapat diminimalkan. Proses produksi
antara berbagai sel juga diusahakan agar sinkron atau serempak agar barang dapat mengalir dari satu sel kerja ke sel kerja lain dengan
lancar.
7. Mengutamakan kesempurnaan kualitas.
Untuk mencapai kesempurnaan kualitas perlu dilakukan Total Quality Control
TQC. Tercapainya kesempurnaan kualitas dapat menghapuskan pemborosan baik berupa scrap maupun waktu, tenaga,
dan bahan untuk melakukan pengerjaan ulang rework. Bila kesempurnaan kualitas tercapai, persediaan pengaman dapat
diminimalkan.
8. Melibatkan karyawan.
Dalam penerapan Just – In - Time keterlibatan karyawan sangat diperlukan. Karyawan harus diberi penjelasan mengenai pentingnya
penerapan Just – In - Time bagi perusahaan, partisipasi dan tanggung jawab yang diharapkan dari mereka dalam penerapan Just – In - Time,
dan manfaat penerapan Just – In - Time bagi diri mereka sendiri maupun perusahaan. Karyawan harus dimotivasi untuk memberi saran
dan kritik yang membangun mengenai penerapan Just – In - Time yang dilakukan perusahaan. Karyawan juga perlu dilatih untuk
menjalankan beberapa proses secara berurutan dalam sel kerjanya, untuk memeriksa kualitas barang yang diterima dari bagian
sebelumnya, untuk merawat mesin dan peralatan yang mereka gunakan, dan untuk melakukan aktivitas-aktivitas lain yang
dibutuhkan dalam penerapan Just – In - Time.
9. Memperluas fungsi-fungsi pendukung.
Penerapan Just – In - Time memang ditekankan pada fungsi produksi. Namun agar hasil yang diharapkan dapat tercapai, penerapan Just – In
- Time perlu diperluas ke dalam fungsi-fungsi lain di perusahaan.
10. Bekerja sama dengan pemasok.
Kerja sama dengan pemasok diperlukan agar bahan baku maupun suku cadang dapat tiba tepat pada saat akan digunakan, dalam jumlah
dan kualitas yang diinginkan, dengan biaya seminimal mungkin. Kerja sama dilakukan dengan sejumlah kecil pemasok yang terseleksi
dan dimaksudkan untuk jangka panjang. Pemasok yang dilibatkan hendaknya yang dapat diandalkan dan dapat mendukung penerapan
Just – In - Time pada perusahaan secara konsisten.
2.2.2.8. Langkah-Langkah Implementasi Just – In – Time