4.3.9 Hasil Kandungan Bakteri
E. Coli
Pada Minuman Sari Tebu
Hasil
E.coli
didapatkan pada minuman air tebu semua air tebu mengandung bakteri
E.coli
dan dinyatakan semua minuman air tebu tidak memenuhi syarat.
Tabel 4.11 Distribusi Kategori Kandungan
E. Coli
pada Minuman Air Tebu Kandungan
E.Coli
N
Memenuhi syarat 0,0
Tidak memenuhi syarat 30
100,0
Jumlah 30
100,0
Hasil Kandungan bakteri
E.coli
yang terdapat pada minuman air tebu paling rendah adalah sebanyak 1,50 MPN100 ml, sedangkan paling tinggi sebanyak
1900,00 MPN100 ml dan minuman air tebu rata-rata mengandung
E.coli
sebanyak 529,00 MPN100 ml.
Tabel 4.12 Distribusi Kandungan
E. Coli
pada Minuman Air Tebu Variabel
n Minimum
Maximum Mean
SD
E.coli
30 1,50
1900,00 529,00
762,16681
4.4 Analisis Bivariat 4.4.1 Hubungan Pemilihan Tebu dengan
E.Coli
Analisis hubungan menggunakan
pearson correlation
dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen dan variabel dependen. Hasil uji
hubungan antara variabel dependen dan independen dapat jelas di lihat pada Tabel 4.10 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi
Pearson
antara Penjual Minuman Sari Tebu dengan Keberadaan
E.Coli
Tahun 2015 Variabel
Corelation Coefficient p value
Pemilihan -0,099
0,602 Penyimpanan
-0,004 0,984
Pengolahan -0,561
0,001 Lokasi
-0,412 0,024
P.Sari Tebu -0,347
0,060 Pengangkutan
-0,573 0,001
Penyajian -0,632
0,000 Dari Tabel 4.13 di atas, variabel pengolahan, lokasi, pengangkutan dan
penyajian secara signifikan berhubungan dengan
E.Coli
yang nilainya masing-masing sebesar
p
α 0,05. Hasil
Corelation Coefficient
menunjukkan hasil yang negatif pada setiap variabel independen. Artinya semakin baik pengolahan, lokasi,
pengangkutan dan penyajian pada air tebu maka resiko adanya bakteri
E.Coli
semakin kecil.
4.5 Multivariat 4.5.1 Pengaruh Pengolahan, Lokasi, Pengangkutan dan Penyajian dengan
Keberadaan Bakteri
E.Coli
pada Pedagang Minuman Sari Tebu di Beberapa Kecamatan di Kota Medan Tahun 2015
Salah satu, pendekatan model statistik untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen lebih dari satu terhadap variabel dependen yang bersifat
numerik, Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi regresi linear berganda sederhana adalah variabel dengan nilai
p
0,25 yaitu variabel pengolahan, lokasi, penyimpanan minuman sari tebu, pengangkutan dan penyajian. Variabel yang terpilih
Universitas Sumatera Utara
dalam model akhir regresi linear sederhana adalah variabel yang mempunyai nilai
p
0,05, yaitu pengolahan, lokasi, pengangkutan dan penyajian.
4.5.2 Uji F Uji Serempak
Nilai signifikansi pada uji F diperolah nilai p=0,000 0,05, maka hipotesa
penelitian diterima, berarti ada pengaruh variabel pengolahan, lokasi, pengangkutan dan penyajian terhadap
E.Coli
pada minuman sari tebu di beberapa kecamatan di kota medan Tahun 2015, yang dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14 Hasil Analisis Determinasi R
2
F
p value
0,607 0,000
0,000 Koefisien determinasi regresi R
2
= 0,607 menunjukkan bahwa variabel pengolahan, lokasi, pengangkutan dan penyajian mampu menjelaskan variasi pada
E.Coli
sebesar 60,70, selebihnya 39,30 dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi yang digunakan.
4.5.3 Uji Parsial Uji t Tabel 4.15 Pengaruh Pengolahan dan Penyajian Minuman Sari Tebu di Kota
Medan Tahun 2015 Variabel
B Sig
Konstanta 2.779.317
0,000 Pengolahan
-158.600 0,021
Penyajian -464.985
0,000 Berdasarkan hasil uji regresi linear ganda, didapatkan variabel dalam
persamaan garis regresi menjadi: Y = 2.779.317- 158,600X
1
– 464,985X
2
Universitas Sumatera Utara
Dengan persamaan garis regresi yang diperoleh, maka model regresi tersebut dapat diintepretasikan, sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi linear sederhana terhadap variabel pengolahan diperoleh nilai
p=0,0210,05, maka hipotesa penelitian diterima, berarti ada pengaruh variabel pengolahan terhadap
E.Coli
pada pedagang minuman sari tebu tahun 2015, Nilai koefisien b
1
= -158,600 berarti bahwa apabila nilai variabel pengolahan, X
1
mengalami penurunan sebesar satu poin, sementara hal-hal lainnya bersifat tetap, maka adanya
E.coli
Y akan menurun sebesar 158, 600 poin. 2.
Hasil uji regresi linear sederhana terhadap variabel sikap diperoleh nilai p=0,0000,05, maka hipotesa penelitian diterima, berarti ada pengaruh penyajian,
Nilai koefisien b
1
= -0,464,985 berarti bahwa apabila nilai sikap X
2
mengalami penurunan sebesar satu poin, sementara hal-hal lainnya bersifat tetap, maka adanya
E.Coli
Y akan menurun sebesar -0,464,985 poin.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pemilihan Bahan Baku Tebu dengan
E.Coli
Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan makanan
yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida Kusmayadi, 2008. Pemilihan tebu juga harus di pilih tebu
yang berkualitas baik fisik dan air yang dihasilkan dari tebu tersebut. Sebaiknya menggunakan tebu segar dan tidak busuk. Hasil analisa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pemilihan minuman sari tebu dengan
E.coli
di beberapa kecamatan di kota medan tahun 2015 dengan p = 0,062.
Hal ini sesuai dengan penelitian Said 2013 dari hasil pemeriksaan laboratorium bahwa Sampel B tidak ditemukan adanya bakteri
Escherichia Coli
, Pada jamu tradisional. Dari hasil pengamatan bahwa penjual jamu tradisional ini sudah
memperhatikan kebersihan dari seperti memotong kuku pendek, mencuci tangan sebelum melakukan pengolahan, memakai pakaian yang bersih, mandi sebelum
melakukan pengolahan, air yang digunakan untuk mencuci gelas sering diganti, penjual ini selalu memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar, air yang digunakan
untuk mencuci bahan baku, peralatan yaitu air bersih, sehingga bakteri
Escherichia coli
tidak ditemukan pada sampel B. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan antara pemilihan bahan baku jamu dengan keberadaan
E.coli
pada jamu tradisional tersebut.
5.2 Hubungan Penyimpanan Tebu dengan