merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab adanya cemaran mikrobiologis pada makanan.
Penyimpanan pada suhu ruang meningkatkan jumlah mikroba, terutama pada makanan-makanan yang disajikan di tempat terbuka, peningkatan total mikroba dapat
mencapai dua kali lipat dari jumlahnya semula, dan dapat tercemar bakteri patogen seperti
Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
ataupun
Bacillus cereus
Tessi et al, dalam Nurjannah, 2006. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Amalia Lestari Yusuf 2004 tentang
Studi Keamanan Mikrobiologis Makanan Jajanan di Kantin Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor
yang menunjukkan adanya peningkatan total mikroba pada makanan jajanan yang disajikan di Kantin tersebut dari antara waktu 0 jam berkisar antara 8,5 x 101
CFUgram hingga 2,0 x 105 CFUgram pada waktu 6 jam kemudian.
5.5 Hubungan Penyimpanan Minuman Sari Tebu dengan
E.Coli
Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan makanan :
a. Makanan yang disimpan harus diberi tutup
b. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan
c. Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air
d. Apabila disimpan diruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan ditutup
agar terhindar dari serangga dan binatang lain.
Universitas Sumatera Utara
e. Lemari penyimpanan sebaiknya ditutup dan tidak berada tanpa kaki penyangga
atau dipojok ruangan karena tikus, kecoa dan hewan lainnya akan sangat udah menjangkaunya.
Penyimpanan tebu sebelum diolah harus dibuat pada tempat yang jauh dari jangkauan serangga agar tidak merusak tebu yang disimpan. Kemudian tebu yang
disimpa tidak boleh berdekatan dengan saluran air karena air yang kotor akan lengket pada tebu yang disimpan tersebut.
Hasil analisa tidak ada hubungan yang signifikan antara Penyimpanan
minuman sari tebu dengan
E.coli
di beberapa kecamatan di Kota Medan tahun 2015 dengan p = 0,060.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sofiana 2012 yang menyatakan bahwa pedagang makanan jajanan yang berjualan di sekolah dasar kecamatan Tapos Depok
setiap harinya membeli bahan makanan dalam jumlah yang sedikit dan sesuai kebutuhan. Sehingga tidak menyimpan bahan makanan. Makanan jajanan pada
umumnya telah dikemas dalam wadah plastik atau pembungkus kertas terpisah dengan makanan lainnya. Tetapi penutup pada wadah makanan masih dalam kondisi
yang tidak rapat. Hanya menggunakan penutup kertas atau plastik sehingga terdapat celah yang memungkinkan lalat atau debu masuk. Dari hasil uji statistik bivariat
terkait sanitasi alat dan kontaminasi
E.coli
didapatkan hasil analisis yaitu dari 17 penyimpanan bahan makanan yang kurang baik ada 10 58,8 yang menghasilkan
kualitas makanan yang memenuhi syarat dan sisanya 7 41,2 penyimpanan bahan
Universitas Sumatera Utara
makanan yang kurang baik menghasilkan kualitas makanan yang tidak memenuhi syarat.
Dengan nilai p=1,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini penyimpanan bahan makanan tidak memiliki pengaruh terhadap kontaminasi
E.Coli
pada makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Tapos Depok. Hasil analisis bivariat pada penelitian Rahmawati 2011 menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara penyimpanan bahan makanan dengan kontaminasi
E.Coli
pada makanan jajanan p=0,615 di warung jajanan sekolah Dasar Kota Tangerang Selatan.
Hal ini sama dengan penelitian Yunaenah 2009 dimana tidak ada perbedaan yang signifikan antara penyimpanan bahan makanan dengan kontaminasi
E.coli
pada makanan jajanan p=0,973.
5.6 Hubungan Pengangkutan Minuman Sari Tebu dengan