Perancangan Layout Usulan Berdasarkan Metode BSA

Dari kedua metode tersebut, dapat dilihat bahwa metode BSA lebih baik dilihat dari group efficiency dan group measure. Maka pengelompokan yang lebih baik adalah dengan menggunakan metode BSA. Hasil layout dengan metode BSA akan dibandingkan dengan layout awal ditinjau dari momen perpindahannya.

5.2.7. Perancangan Layout Usulan Berdasarkan Metode BSA

Dari pengukuran performansi, didapatkan bahwa pengelompokan terbaik adalah dengan menggunakan metode BSA. Sebelum merancang layout, sebaiknya dikatehui urutan kedekatan berdasarkan banyaknya jenis dan volume yang dipindahkan dari satu mesin ke mesin berikutnya. Penentuan kedekatanurutan mesin dilakukan dengan menggunakan Metode Hollier II. Alasan penggunaan metode Hollier II karena penyusunan layout didasarkan pada jumlah perpindahan material dari satu mesin ke mesin yang lainnya. Dimana penentuan kedekatan ditentukan oleh rasio from dan to. Nilai from merupakan penjumlahan nilai baris sedangkan nilai to merupakan nilai kolom. Nilai ratio merupakan perbandingan antara nilai form dan to. Misalnya, pada Kelompok I, untuk MG2, nilai form jumlah baris GB adalah 800, nilai to jumlah kolom GB adalah 1570, maka nilai ratio untuk mesin GB, adalah perbandingan nilai form dengan nilai to, sehingga nilai ratio mesin GB adalah = 8001570 = 0,5096. Demikian pengerjaan untuk mencari urutankedekatan mesin yang lainnya. Dapat dilihat pada Tabel 5.32 hingga Tabel 5.37. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.32. Form To Chart Kelompok Mesin I DI SB GA GB BF S O Total DI 2555 - - - - - 2555 SB - 1785 - - - 830 2615 GA - - - 1635 1635 GB - - - - 800 800 BF - - - - - 800 800 S - - - - - - O - - - 1570 - - 1570 Total 2555 1785 1570 1635 800 1630 9975 Tabel 5.33. From To Ratio Kelompok Mesin I Mesin From To Ratio Urutan DI 2555 ∞ 1 SB 2615 2555 1.0235 2 GA 1635 1785 0.916 3 GB 800 1570 0.5096 5 B6 800 1635 0.4893 6 S 800 7 O 1570 1630 0.9632 4 Tabel 5.34. Form To Chart Kelompok Mesin II SB GA BD BO1 BO2 Total SB 1990 240 550 - 2780 GA - 510 650 730 1890 BD - - - - BO1 - - - - BO2 - - - - Total 1990 750 1200 730 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.35. Form To Ratio Kelompok Mesin II From To Ratio Urutan SB 2780 ∞ 1 GA 1890 1990 0.9497 2 BD 750 4 BO1 1200 3 BO2 730 5 Tabel 5.36. Form To Chart Kelompok Mesin III SB B1 B2 B3 B5 PO Total SB - 300 750 330 1380 BA - - - BB - - BC - - - - - BE - - - - - PO - 150 - - - 150 Total 150 300 750 330 Tabel 5.37. Form To Ratio Kelompok Mesin III Mesin From To Ratio Urutan SB 1380 ∞ 1 BA 150 6 BB 300 5 BC 750 3 BE 330 4 PO 150 ∞ 2 Perancangan layout sebisanya disesuaikan dengan urutan yang terdapat pada from to chart ratio. Blok Layout teknologi kelompok yang terbentuk dengan menggunakan metode BSA dapat dilihat pada Gambar 5.3. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Lampiran 9. Universitas Sumatera Utara 6 5 P O 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 5 10 15 20 25 8 7 S BF1 SB 2 1 4A 17 3 BF2 BE 2 GA 4 MGA2 SB 1 GB1 4 B BD2 Skala 1:300 GA 3 SB4 BE 1 BO1 BO2 GB2 MGA1 SB 3 BD1 2 D1 PO BC BB BA Gambar 5.3. Block Layout Usulan Penentuan titik koordinat tiap lokasi untuk Stasiun BA: Universitas Sumatera Utara a. Buat garis diagonal untuk Stasiun BA b. Tentukan pusat koordinat untuk stasiun BA. Perpotongan garis diagonal merupakan titik pusat. Perpotongan diagonal yang terjadi untuk Stasiun B1 berada pada titik: Titik koordinat Stasiun BA = x,y = 1, 3.25 Penentuan titik koordinat tiap lokasi untuk Stasiun 3: Stasiun 3 memiliki bentuk tidak persegi, oleh karena itu, dihitung dengan menggunakan titik berat dengan rumus: TB = ML Dimana, M = momen, L = luas L1 = 9 x 4 = 36 L2 = 15 x 3.8 = 57 L3 = 12 x 7.2 = 86.4 L4 = 18 x 9 = 162 TB X = ∑ ∑ = i i i X X L L X L M 162 4 . 86 57 6 . 38 162 5 . 19 4 . 86 4 . 11 57 9 . 5 6 . 38 2 + + + + + + = x x x x 24 . 13 344 46 . 4557 = = Universitas Sumatera Utara TB Y = ∑ ∑ = i i i Y Y L L Y L M 162 4 . 86 57 6 . 38 162 5 . 33 4 . 86 5 . 36 57 5 . 42 6 . 38 83 . 28 + + + + + + = x x x x = 35.22 Titik Koordinat Departemen A = x,y = 13.24, 35.22 Hasil penentuan titik koordinat lokasi untuk stasiun kerja lainnya dapat dilihat pada Gambar 5.4. Titik koordinat tiap stasiun kerja dan keterangan gambar dapat dilihat pada Tabel 5.38. Dari titik koordinat tiap stasiun kerja tersebut dapat ditentukan jarak antara satu stasiun kerja yang satu dengan yang lainnya. Jarak antara satu stasiun kerja yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Universitas Sumatera Utara P BA BB O 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 5 10 15 20 25 8 7 S GB2 BD1 2 1 BF2 BE 2 GA 4 MGA2 SB 1 GB1 11.15,45 18,21.25 14,21.25 10,21.25 BD2 6 4B 4A 2,17.75 21.75,19.63 21.75,22.9 5.9,16.1 5.9,19.38 22.5,14.75 19.5,14.75 1,3.25 4,3.25 9.25,5.25 5,24.25 7,24.25 2.5,10.5 8.25,10.5 15.68,9.12 17.375,7.125 22.75,7.5 15.25,14.75 9.15,10.5 9.15,16.25 11.75,16.25 2,24.25 2,39.5 11.55,27.55 13.24,35.22 8.05,58.425 23.2,65.5 10.5,50.75 11.65,65.5 15.75,3 9.25,2 20.72,56 BF1 BC BE 1 PO BO1 BO2 GA 3 SB4 SB 3 SB 2 MGA1 3 D1 5 17 Skala 1:300 Gambar 5.4. Koordinat Layout Usulan Universitas Sumatera Utara Tabel 5.38. Titik Koordinat Tiap Stasiun Kerja No Simbol Keterangan Koordinat X Y 1 DI Mesin dapur induksi 11.15 45 2 SB1 Mesin sandblasting 1 18 21.25 3 SB2 Mesin sandblasting 2 14 21.25 4 SB3 Mesin sandblasting 3 10 21.25 5 SB4 Mesin sandblasting 4 2 17.75 6 GA1 Mesin gerinda A1 21.75 19.63 7 GA2 Mesin gerinda A2 21.75 22.9 8 GA3 Mesin gerinda A3 5.9 16.1 9 GA4 Mesin gerinda A4 5.9 19.38 10 GB1 Mesin gerinda B1 22.5 14.75 11 GB2 Mesin gerinda B2 19.5 14.8 12 BA Mesin bubut A 1 3.25 13 BB Mesin bubut B 4 3.25 14 BC Mesin bubut C 9.25 5.25 15 D1 Mesin bubut D1 5 24.25 16 D2 Mesin bubut D2 7 24.25 17 E1 Mesin bubut E1 2.5 10.5 18 E2 Mesin bubut E2 8.25 10.5 19 F1 Mesin bubut F1 15.68 9.12 20 F2 Mesin bubut F2 17.375 7.125 21 S Mesin scrap 22.75 7.5 22 O Mesin oven 15.25 14.75 23 PO Mesin potong 11.75 10.5 24 BO2 Mesin bor 1 9.15 16.25 25 BO1 Mesin bor 2 11.75 16.25 26 P Mesin pres 2 24.25 27 1 Bagian bahan baku 2 39.5 28 2 Bagian pembongkaran 11.55 27.55 29 3 Bagian pencetakan dan penuangan 13.6 35 30 4A Bagian penumpukan mall 8.05 58.425 31 4B Bagian penumpukan mall 23.2 65.5 31 5 Bagian pembuatan mall 10.5 50.75 32 6 Power supply 11.65 65.5 33 7 Bagian pengecatan part PKS 15.75 3 34 8 Bagian pengecatab part dari stainless 9.25 2 35 17 Bagian penumpukan mall 20.73 56 Universitas Sumatera Utara

5.2.8. Penentuan Momen Perpindahan