Metode Based Sorted Algorithm

Tabel 5.12. Frekuensi ... Lanjutan Nama Part Kode Part Daerah Perpindahan Volume Produksi Alat angkut Kapasitas angkut Frekuensi Layout awal Jarak Momen Casing BP301 DI-3 300 Crane 100 3 10.35 31.05 3 2 1 300 32 9600.00 2- SB4 Kereta sorong 15 20 12.75 11.24 SB4 - BB 34.5 690.00 BB - 8 30.5 610.00 Total Momen 10942.29 Impeller BP302 DI-3 150 Crane 150 1 10.35 10.35 3 2 5 30 32 960.00 2- SB4 Kereta sorong 30 5 12.75 63.75 SB4 - BE1 47.25 236.25 BE1 - 8 19.25 96.25 Total Momen 1366.60 Primplate BP303 DI-3 180 Crane 180 1 10.35 10.35 3 2 1 180 32 5760.00 2- SB4 Kereta sorong 30 6 12.75 76.50 SB4 - BE2 46 276.00 BE2 - 8 14 84.00 Total Momen 6206.85 Coveplate BP304 DI-3 120 Crane 120 1 10.35 10.35 3 2 5 24 32 768.00 2- SB3 Kereta sorong 30 4 8.75 35.00 SB3 - BD2 45.5 182.00 BD2 - 8 23.5 94.00 Total Momen 1089.35 Ekspeller BP305 DI-3 120 Crane 120 1 10.35 10.35 3 2 5 24 32 768.00 2- SB3 Kereta sorong 30 4 8.75 35.00 SB3 - BD2 45.5 182.00 BD2 - 8 23.5 94.00 Total Momen 1089.35

5.2.5. Pembentukan Model Teknologi Kelompok

5.2.5.1. Metode Based Sorted Algorithm

Langkah-langkah pembentukan kelompok komponen dan mesin dengan menggunakan metode based sorted algorithm adalah sebagai berikut: a. Membentuk matriks insiden. Matriks insiden berisi nilai biner 0 dan 1. Nilai 0 berarti bahwa mesin i tidak mengerjakan part j, sedangkan nilai 1 berarti bahwa mesin i mengerjakan part j. Matriks insiden komponen-mesin dapat dilihat pada Tabel 5.13. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.13. Matriks Insiden Mesin Part BP 101 BP 102 BP 103 BP 104 BP 105 BP 106 BP 107 BP 108 BP 109 BP 110 BP 111 BP 112 BP 113 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 205 BP 206 BP 301 BP 302 BP 303 BP 304 BP 305 DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 GB 1 1 1 1 1 BA 1 1 BB 1 BC 1 BD 1 1 1 1 1 BE 1 1 BF 1 1 1 1 1 BO1 1 1 BO2 1 S 1 O 1 1 1 1 1 PO 1 Keterangan: angka 1 menunjukkan bahwa part i dikerjakan di mesin j, sedangkan kotak yang tidak diisi atau yang tidak memiliki nilai menunjukkan bahwa part i tidak dikerjakan oleh mesin j. Misalnya, angka 1 pada kolom BP101 dan baris GB menunjukkan bahwa part BP101 dikerjakan oleh mesin GB. Universitas Sumatera Utara b. Menghitung bobot ekuivalen desimal DE untuk baris mesin Bobot ekuivalen desimal decimal ekuivalen DE merupakan penjumlahan nilai biner pada mesin atau part tersebut. Nilai ini didapat berdasarkan matriks insiden mesin dan komponen tersebut. Nilai ekuivalen desimal baris merupakan penjumlahan bobot biner untuk tiap mesin yang digunakan untuk mengerjakan seluruh part. Bobot biner 2 , 2 1 , 2 2 diurutkan mulai dari sebelah kanan hingga ke kiri. Alasan diurutkan mulai dari kanan yaitu karena ekuivalen decimal tersebut nantinya akan diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Sehingga bobot biner juga diurutkan mulai yang terbesar hingga yang terkecil dari kiri ke kanan. Perhitungan nilai ekuivalen desimal untuk mesin dapat dilihat pada contoh berikut: i. Bobot ekuivalen desimal untuk MGB Dari matriks insiden, didapatkan bahwa nilai biner pada MGB adalah: 100000000000011110000000. Nilai 0 menunjukkan kotak kosong pada matriks. Maka: Decimal Equivalent rows = , Dimana, a ik merupakan nilai biner yang terdapat pada baris ke-i kolom ke-k. n merupakan nomor urutan mesin. DE MG2 = 1 x 2 23 + 0 x 2 22 + 0 x 2 21 + 0 x 2 20 + 0 x 2 19 + 0 x 2 18 + 0 x 2 17 + 0 x 2 16 + 0 x 2 15 + 0 x 2 14 + 0 x 2 13 + 0 x 2 12 + 0 x 2 11 + 1 x 2 10 + 1 x 2 9 + 1 x 2 8 + 1 x 2 7 + 0 x 2 6 + 0 x 2 5 + 0 x 2 4 + 0 x 2 3 + 0 x 2 2 + 0 x 2 1 + 0 x 2 Universitas Sumatera Utara = 8388608 + 1024 + 512 + 256 + 128 = 8390528 ii. Bobot ekuivalen desimal untuk MBE Nilai biner yang dimiliki oleh MBE adalah 000000000000000000001100. DE MBE = 0 x 2 23 + 0 x 2 22 + 0 x 2 21 + 0 x 2 20 + 0 x 2 19 + 0 x 2 18 + 0 x 2 17 + 0 x 2 16 + 0 x 2 15 + 0 x 2 14 + 0 x 2 13 + 0 x 2 12 + 0 x 2 11 + 0 x 2 10 + x 2 9 + 0 x 2 8 + 0 x 2 7 + 0 x 2 6 + 0 x 2 5 + 0 x 2 4 + 1 x 2 3 + 1 x 2 2 + 0 x 2 1 + 0 x 2 = 2 3 + 2 2 = 8 + 4 = 12 Hal yang sama dilakukan untuk menghitung nilai ekuivalen decimal pada mesin selanjutnya. Decimal equivalent untuk semua mesin dapat dilihat pada Tabel 5.14. c. Mengurutkan nilai ekuivalen desimal DE baris Nilai ekuivalen desimal DE yang didapatkan pada langkah 1 diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil. Hasil pengurutan ini dapat dilihat pada Tabel 5.15. Universitas Sumatera Utara

1. Iterasi I Tabel 5.14. Nilai Ekuivalen Desimal Baris

Mesin Part DE BP 101 BP 102 BP 103 BP 104 BP 105 BP 106 BP 107 BP 108 BP 109 BP 110 BP 111 BP 112 BP 113 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 205 BP 206 BP 301 BP 302 BP 303 BP 304 BP3 05 BW 2 23 2 22 2 21 2 20 2 19 2 18 2 17 2 16 2 15 2 14 2 13 2 12 2 11 2 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 2 2 1 2 DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14680063 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14680063 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10352736 GB 1 1 1 1 1 8390528 BA 1 1 2099200 BB 1 16 BC 1 4194304 BD 1 1 1 1 1 73795 BE 1 1 12 BF 1 1 1 1 1 8699936 BO1 1 1 1179648 BO2 1 524288 S 1 8388608 O 1 1 1 1 1 8390528 PO 1 2097152 Keterangan: BW = biner weight atau bobot biner DE = decimal equivalent Universitas Sumatera Utara Tabel 5.15. Pengurutan Nilai Ekuivalen Desimal Baris Mesin Part DE BP 101 BP 102 BP 103 BP 104 BP 105 BP 106 BP 107 BP 108 BP 109 BP 110 BP 111 BP 112 BP 113 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 205 BP 206 BP 301 BP 302 BP 303 BP 304 BP 305 BW 2 23 2 22 2 21 2 20 2 19 2 18 2 17 2 16 2 15 2 14 2 13 2 12 2 11 2 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 2 2 1 2 DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14680063 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14680063 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10352736 BF 1 1 1 1 1 8699936 GB 1 1 1 1 1 8390528 O 1 1 1 1 1 8390528 S 1 8388608 BC 1 4194304 BA 1 1 2099200 PO 1 2097152 BO1 1 1 1179648 BO2 1 524288 BD 1 1 1 1 1 73795 BB 1 16 BE 1 1 12 Universitas Sumatera Utara d. Menghitung bobot ekuivalen desimal DE untuk kolom part Cara perhitungan bobot ekuivalen desimal untuk kolom sama seperti pada baris. Perbedaannya, hanya karena bobot ekuivalen desimal kolom menunjukkan bobot desimal yang dimiliki oleh part, sedangkan ekuivalen baris menunjukkan bobot desimal pada mesin. Penentuan bobot biner diurutkan mulai dari bobot yang terbesar hingga yang terkecil, mulai dari atas ke bawah. Perhitungan nilai ekuivalen desimal pada kolom part dapat dilihat pada contoh berikut ini. i. Bobot ekuivalen desimal untuk part BP105 Dari matriks insiden didapatkan bahwa nilai biner part BP105 adalah: 111000000010000. DE BP105 = 1 x 2 14 + 1 x 2 13 + 1 x 2 12 + 0 x 2 11 + 0 x 2 10 + 0 x 2 9 + 0 x 2 8 + 0 x 2 7 + 0 x 2 6 + 0 x 2 5 + 1 x 2 4 + 0 x 2 3 + 0 x 2 2 + 0 x 2 1 + 0 x 2 = 2 14 + 2 13 + 2 12 + 2 4 = 16384 + 8192+ 4096 + 16 = 28680 ii. Bobot ekuivalen desimal untuk part BP103. Nilai biner yang dimiliki oleh part BP103 adalah 00000001100000. Decimal Equivalent kolom = , Dimana, a ik merupakan nilai biner yang terdapat pada baris ke-i kolom ke-k. n merupakan nomor urutan part. Universitas Sumatera Utara DE BP103 = 0 x 2 14 + 0 x 2 13 + 0 x 2 12 + 0 x 2 11 + 0 x 2 10 + 0 x 2 9 + 0 x 2 8 + 0 x 2 7 + 1 x 2 6 + 1 x 2 5 + 0 x 2 4 + 0 x 2 3 + 0 x 2 2 + 0 x 2 1 + 0 x 2 DE BP103 = 2 6 + 2 5 = 64 + 32 = 96 Perhitungan nilai ekuivalen desimal kolom part yang lainnya seperti contoh di atas. Nilai ekuivalen desimal kolom dapat dilihat pada Tabel 5.16. e. Pengurutan nilai ekuivalen desimal kolom. Nilai ekuivalen desimal yang didapat pada langkah d, diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil. Hasil pengurutan ini dapat dilihat pada Tabel 5.17. f. Pemeriksaan urutan DE decimal equivalent Setelah didapatkan urutan DE baris dan kolom, kemudian apakah urutan atau ranking pada baris dan kolom sudah tetap atau tidak berbeda. Apabila urutan atau rangking pada kolom dan baris masih berbeda, maka iterasi dilakukan iterasi selanjutnya. Dari Tabel 5.17 didapatkan bahwa urutan DE pada baris dan kolom masih berbeda. Oleh karena itu, dilakukan ke iterasi selanjutnya, yaitu iterasi II. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.16. Nilai Ekuivalen Desimal Kolom Mesin Part BP 101 BP 102 BP 103 BP 104 BP 105 BP 106 BP 107 BP 108 BP 109 BP 110 BP 111 BP 112 BP 113 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 205 BP 206 BP 301 BP 302 BP 303 BP3 04 BP 305 2 23 2 22 2 21 2 20 2 19 2 18 2 17 2 16 2 15 2 14 2 13 2 12 2 11 2 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 2 2 1 2 DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 13 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 BF 1 1 1 1 1 2 11 GB 1 1 1 1 1 2 10 O 1 1 1 1 1 2 9 S 1 2 8 BC 1 2 7 BA 1 1 2 6 PO 1 2 5 BO1 1 1 2 4 BO2 1 2 3 BD 1 1 1 1 1 2 2 BB 1 2 1 BE 1 1 2 DE 32512 24704 96 28688 28680 30720 24592 28676 30720 30720 28676 28672 28736 26112 26112 26112 26112 28676 30720 24578 24577 24577 24580 24580 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. Pengurutan Nilai Ekuivalen Desimal Kolom Mesin Part BP 101 BP 106 BP 109 BP 110 BP 206 BP 113 BP 104 BP 105 BP 108 BP 111 BP 205 BP 112 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 102 BP 107 BP 304 BP 305 BP 301 BP 302 BP 303 BP 103 DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 13 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 BF 1 1 1 1 1 2 11 GB 1 1 1 1 1 2 10 O 1 1 1 1 1 2 9 S 1 2 8 BC 1 2 7 BA 1 1 2 6 PO 1 2 5 BO1 1 1 2 4 BO2 1 2 3 BD 1 1 1 1 1 2 2 BB 1 2 1 BE 1 1 2 DE 32512 30720 30720 30720 30720 28736 28688 28680 28676 28676 28676 28672 26112 26112 26112 26112 24704 24592 24580 24580 24578 24577 24577 96 Universitas Sumatera Utara g. Apabila urutan DE pada baris dan kolom berbeda, maka kembali ke langkah b hingga ke langkah e. Artinya, kembali dilakukan perhitungan nilai ekuivalen desimal pada baris dan kolom. Perhitungan nilai ekuivalen baris pada iterasi ke II dapat dilihat pada Tabel 5.18 dan hasil pengurutan nilai DE dapat dilihat pada Tabel 5,19. Hal yang sama dilakukan pada kolom part. Perhitungan nilai DE dapat dilihat pada Tabel 5.20, dan hasil pengurutan nilai DE dapat dilihat pada Tabel 5.21. h. Setelah didapatkan urutan nilai ekuivalen desimal dan baris, selanjutnya diperiksa apakah urutan atau ranking pada baris dan kolom untuk iterasi II masih berbeda atau tidak. Apabila masih berbeda, dilanjutkan ke iterasi selanjutnya dengan melakukan perhitungan nilai ekuivalen desimal pada baris dan kolom, seperti pada langkah b hingga e. Apabila urutan atau ranking nilai DE tetap atau tidak mengalami perubahan, maka proses perhitungan berhenti. Pada Tabel 5.21 didapatkan bahwa urutan atau ranking nilai DE tidak mengalami perubahan atau sudah tetap. Oleh karena itu, perhitungan berhenti. Hasil pengelompokan mesin-komponen yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 5.22. Dari Tabel 5.22 dapat dilihat, terdapat 3 kelompok komponen-mesin, untuk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.23. Universitas Sumatera Utara

1. Iterasi II Tabel 5.18. Nilai Ekuivalen Desimal Baris Iterasi II

Mesin Part DE BP 101 BP 106 BP 109 BP 110 BP 206 BP 113 BP 104 BP 105 BP 108 BP 111 BP 205 BP 112 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 102 BP 107 BP 304 BP 305 BP 301 BP 302 BP 303 BP 103 2 23 2 22 2 21 2 20 2 19 2 18 2 17 2 16 2 15 2 14 2 13 2 12 2 11 2 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 2 2 1 2 DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16777214 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16777214 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16773120 BF 1 1 1 1 1 16252928 GB 1 1 1 1 1 8392448 O 1 1 1 1 1 8392448 S 1 8388608 BC 1 128 BA 1 1 262145 PO 1 1 BO1 1 1 131136 BO2 1 65536 BD 1 1 1 1 1 57392 BB 1 8 BE 1 1 6 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19. Pengurutan Nilai Ekuivalen Desimal Baris Mesin Part DE BP 101 BP 106 BP 109 BP 110 BP 206 BP 113 BP 104 BP 105 BP 108 BP 111 BP 205 BP 112 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 102 BP 107 BP 304 BP 305 BP 301 BP 302 BP 303 BP 103 2 23 2 22 2 21 2 20 2 19 2 18 2 17 2 16 2 15 2 14 2 13 2 12 2 11 2 10 2 9 2 8 2 7 2 6 2 5 2 4 2 3 2 2 2 1 2 DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16777214 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16777214 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16773120 BF 1 1 1 1 1 16252928 GB 1 1 1 1 1 8392448 O 1 1 1 1 1 8392448 S 1 8388608 BA 1 1 262145 BO1 1 1 131200 BO2 1 65536 BD 1 1 1 1 1 57440 BC 1 16 BB 1 8 BE 1 1 6 PO 1 1 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20. Nilai Ekuivalen Desimal Kolom Mesin Part BP 101 BP 106 BP 109 BP 110 BP 206 BP 113 BP 104 BP 105 BP 108 BP 111 BP 205 BP 112 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 102 BP 107 BP 304 BP 305 BP 301 BP 302 BP 303 BP 103 DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 13 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 BF 1 1 1 1 1 2 11 GB 1 1 1 1 1 2 10 O 1 1 1 1 1 2 9 S 1 2 8 BA 1 1 2 7 BO1 1 1 2 6 BO2 1 2 5 BD 1 1 1 1 1 2 4 BC 1 2 3 BB 1 2 2 BE 1 1 2 1 PO 1 2 DE 32512 30720 30720 30720 30720 28800 28736 28704 28688 28688 28688 28672 26112 26112 26112 26112 24584 24640 24592 24592 24580 24578 24578 129 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.21. Pengurutan Nilai Ekuivalen Desimal Kolom Mesin Part BP 101 BP 106 BP 109 BP 110 BP 206 BP 113 BP 104 BP 105 BP 108 BP 111 BP 205 BP 112 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 107 BP 304 BP 305 BP 102 BP 301 BP 302 BP 303 BP 103 DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 13 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12 BF 1 1 1 1 1 2 11 GB 1 1 1 1 1 2 10 O 1 1 1 1 1 2 9 S 1 2 8 BA 1 1 2 7 BO1 1 1 2 6 BO2 1 2 5 BD 1 1 1 1 1 2 4 BC 1 2 3 BB 1 2 2 BE 1 1 2 1 PO 1 2 DE 32512 30720 30720 30720 30720 28800 28736 28704 28688 28688 28688 28672 26112 26112 26112 26112 24640 24592 24592 24584 24580 24578 24578 129 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.22. Hasil Pengelompokan Mesin-Komponen Mesin Part BP 101 BP 106 BP 109 BP 110 BP 206 BP 113 BP 104 BP 105 BP 108 BP 111 BP 205 BP 112 BP 201 BP 202 BP 203 BP 204 BP 107 BP 304 BP 305 BP 102 BP 301 BP 302 BP 303 BP 103 DE DI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16777214 SB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16777214 GA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16773120 BF 1 1 1 1 1 16252928 GB 1 1 1 1 1 8392448 O 1 1 1 1 1 8392448 S 1 8388608 BA 1 1 262145 BO1 1 1 131200 BO2 1 65536 BD 1 1 1 1 1 57440 BC 1 16 BB 1 8 BE 1 1 6 PO 1 1 DE 32512 30720 30720 30720 30720 28800 28736 28704 28688 28688 28688 28672 26112 26112 26112 26112 24640 24592 24592 24584 24580 24578 24578 129 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.23. Susunan Kelompok Komponen dan Mesin dengan Menggunakan Metode Based Sorted Algorithm Kel. Komponen Kode Mesin yang Dibutuhkan 1 BP101, BP106, BP109. BP110, BP112, BP201, BP202, BP203, BP204, BP206 DI, SB, GA, GB, BF, O, S 2 BP104, BP105,BP107, BP108, BP111, BP113, BP205, BP304, BP305 DI, SB, BA, GA, BO1, BO2, BD 3 BP102, BP103, BP301, BP302, BP303 DI, SB, BA, BC, BB, BE, PO Dari Tabel 5.22 dapat dilihat bahwa terdapat part yang tidak diberi warna. Hal ini bukan berarti bahwa part tersebut tidak dikelompokkan, tetapi bahwa mesin yang digunakan untuk mengerjakan part tersebut sudah terdapat pada kelompok yang lain. Secara otomatis, part tersebut juga tergabung pada kelompok mesin yang mengerjakan part tersebut. Misalnya part BP112 dikerjakan oleh mesin DI, SB dan GA. Mesin ini sudah terdapat pada kelompok mesin sebelumnya, yaitu kelompok 1. Maka, BP112 dikelompokkan ke kelompok 1 tersebut. Dari pengelompokan di atas, dapat dilihat bahwa terdapat mesin yang mengalami bottleneck, artinya bahwa mesin digunakan pada lebih dari satu kelompok. Hal yang dilakukan untuk mengatasi masalah mesin yang mengalami bottleneck di antaranya: a. Membagi mesin yang memiliki jumlah yang lebih dari satu ke dalam kelompok mesin yang terbentuk. b. Apabila mesin yang bottleneck hanya satu, maka mesin tersebut ditempatkan pada satu sel mesin sedangkan produk yang membutuhkan mesin tersebut yang terdapat pada sel mesin lain akan berpindah ke sel mesin yang sudah ditempatkan dengan menggunakan alat material handling. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.23 di atas dapat dilihat bahwa terdapat mesin yang mengalami bottleneck. Jadi langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. DI terdiri dari 1 unit, dimana terdapat 10 jenis part yang dikerjakan di kelompok I, 9 jenis produk pada kelompok II dan 5 unit pada kelompok III, maka DI ditempatkan di Kelompok I. b. SB terdiri dari 4 unit digunakan oleh ketiga kelompok, maka untuk Kelompok I 2 unit, Kelompok II 1 unit dan Kelompok III 1 unit. Alasan penggunaan SB di Kelompok I karena part yang dikerjakan lebih banyak dibandingkan kelompok yang lain. Jenis part yang membutuhkan SB di kelompok I 10 jenis, kelompok II 9 jenis dan kelompok III 4 jenis. c. GA terdiri dari 4 unit, dimana GA dibutuhkan oleh kelompok 1 dan kelompok 2. Pada Kelompok I dibutuhkan 2 unit GA, Kelompok II 2 unit. d. BA terdiri dari 1 unit dan BA digunakan pada Kelompok II dan Kelompok III. BA ditempatkan pada Kelompok III karena jumlah as yang diproduksi lebih banyak daripada jumlah bushing. Ash ini akan digunakan untuk roda lorry. Secara lengkap, pembentukan kelompok mesin dan komponen beserta jumlah mesin yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.24. Tabel 5.24. Susunan Kelompok Komponen dan Mesin Kel. Komponen Mesin yang Dibutuhkan 1 BP101, BP106, BP109. BP110, BP112, BP201, BP202, BP203, BP204, BP206 DI 1, SB 2, GA 2, BF 2, GB 2, O 1, S 1 2 BP104, BP105,BP107, BP108, BP111, BP113, BP205, BP304, BP305. SB 1, GA2, BO11, BO2 1, BD 2 3 BP102, BP103, BP301, BP302, BP303 SB 1, BA 1, BC 1, BB 1, BE 2, PO 1 Universitas Sumatera Utara Angka yang berada di dalam kurung menunjukkan jumlah mesin k yang dibutuhkan pada kelompok tertentu. Contohnya, pada Kelompok 2, mesin GA 2 menunjukkan bahwa pada kelompok Kelompok 2, dibutuhkan Mesin GA 2 unit.

5.2.5.2. Metode Similarity Coefficient