85
6.4.7 Hubungan Konsumsi Asam Folat dengan Kejadian Anemia
Konsumsi asam folat sangat berperan penting dalam pembentukan sel-sel darah merah dan darah putih pada sumsum tulang belakang
Wirakusumah, 2007. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan tidak ada keterkaitan
antara konsumi asam folat dengan kejadian anemia P0,577. Hasil penelitian terdahulu juga menunjukan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara konsumsi asam folat dengan kadar hemoglobin pada pekerja wanita di PT. Tyfountex Indonesia kabupaten Sukoharjo
P0,268 Muwakhidah, 2009. Konsumi asam folat tidak memiliki keterkaitan dengan kejadian
anemia disebabkan karena asupan asam folat pada pedagang disana sebagian sudah mencukupi diatas 3,812 mg 50 dan hal ini dibuktikan
sesuai dengan hasil penelitian menunjukan konsumsi asam folat pada pedagang yang sudah mencukupi lebih banyak tidak menderita anemia
55,6 dibandingkan yang menderita anemia 44,4. Penyebab lain tidak adanya keterkaitan antara konsumsi asam
folat dengan kejadian anemia ini juga disebabkan karena adanya pengaruh tingkat absorbsi dan metabolisme asam folat didalam tubuh,
seperti seseorang yang mendapat obat tertentu akan berbeda tingkat penyerapanya dengan seseorang yang tidak mendapat obat tertentu.
Penyerapan asam folat juga dapat terhambat disebabkan karena adanya penggunaan kontraseptif oral Priswanti,2004.
86
Asam folat juga berperan sebagai koenzim hemoglobin yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Adapun konsumsi asam
folat yang diteliti pada penelitian ini yaitu kacang panjang, kacang merah dan buncis. Seseorang yang kekurangan konsumsi asam folat ini dapat
beresiko terhadap anemia makrositik dan depresi sumsum tulang. Oleh sebab itu, untuk menghindari hal tersebut terjadi maka dibutuhkan
konsumsi asam folat yang mencukupi didalam tubuh sesuai dengan yang dibutuhkan. Kelebihan konsumsi asam folat didalam tubuh juga dapat
menimbulkan permasalahan yang lain seperti insomnia dan iritabilitas, oleh sebab itu konsumsi folat tidak boleh terlalu berlebihan dan begitu
juga sebaliknya Wong et al, 2009. Kekurangan asam folat dapat mempengaruhi kadar Hemoglobin
didalam tubuh yang berdampak terhadap anemia terutama pada wanita yang hamil. Hal ini sesuai dengan penelitian Besuni et al 2013
menunjukan ada hubungan yang signifikan antara asam folat dengan
kadar hemoglobin pada ibu hamil di kabupaten Gowa P0,002. Anemia terjadi disebabkan karena jumlah asupan asam folat yang masih kurang
dari kecukupan yang dianjurkan sehingga tidak mendukung metabolisme pembentukan sel darah merah selain itu juga berperan penting untuk
membantu pematangan sel darah merah Muwakhidah, 2009. Disamping itu, kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan
anemia megaloblastik dan gangguan darah lain, peradangan lidah dan gangguan saluran cerna. Folat berperan penting untuk mengubah besi
87
menjadi bentuk aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf
Almatsier, 2001. Kekurangan konsumsi asam folat dapat beresiko terhadap anemia.
oleh sebab itu diperlukan upaya penanganan yang tepat dan optimal seperti pemenuhan asupan asam folat yang mencukupi di dalam tubuh.
Untuk memenuhi asupan asam folat dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kacang-kacangan sperti kacang panjang, kacang merah
dan buncis. penyerapan asam folat di dalam tubuh dapat terhambat dengan
keberadaan Pb di dalam tubuh. Oleh sebab itu diperlukan penggunaan masker saat berdagang di terminal. Kesadaran pedagang untuk
menggunaan masker sangat berperan penting untuk meminimalisir paparan Pb ketika berdagang di terminal dan mengurangi resiko
terjadinya anemia.
88
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
a. Pedagang yang tidak menderita anemia 61,1 lebih banyak dibandingkan dengan yang menderita anemia 38,9.
b. Hasil pengukuran kadar Pb pada urin responden dengan rata-rata 0,28454 mgL, standar deviasi 0,086664. Kandungan Pb pada urin terendah 0,078
mgL dan terendah 0,525 µgL. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 diyakini rata-rata kadar timbal pada urin 0,26088-0,30819.
c. Gambaran karakteristik individu: 1. Pedagang yang memiliki umur produktif 15-50 tahun 13
lebih banyak dibandingkan non produktif 1550 tahun 87.
2. Pedagang yang memiliki pendidikan rendah tidak tamatsekolah, SD, SMP 61,1 lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan
tinggi SMA,PT 38,9. 3. Pedagang
yang perokok ringan 93,8 lebih
banyak dibandingkan perokok berat 6,2.