29
2.2.6 Hubungan Pb pada Urin dengan Kejadian Anemia
Polutan Pb di udara disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin
premium. Polutan Pb masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan ± 40 dan masuk ke dalam tubuh sehingga bercampur dengan darah. Pb di
dalam darah sebagian diditribusikan ke otak, tulang dan jaringan lainnya. Eksresi Pb di dalam tubuh melalui urin sebesar 75-80 dan 15
tereksresi melalui feces, keringat dan rambut. Akumulasi Pb yang tereksresi melalui urin menggambarkan seluruh pajanan Pb yang terdapat
dalam darah, tulang dan jaringan tubuh lainnya, hal ini disebabkan karena eksresi Pb paling besar melalui urin. Nordberg, 1986.
Paparan Pb di dalam tubuh dapat mengubah sistem hematologi dan menghambat aktivitas beberapa enzim yang terlibat dalam biosintesis
heme seperti enzim Amino Levulinic Asam Dehydratase ALAD. Enzim
ini sangat berperan penting dalam pembentukan sel darah merah. Gangguan pada enzim ALAD akibat terhambatnya sintesis heme didalam
tubuh menyebabkan pemendekan umur eritrosit dan memicu produksi hormon yang tidak tepat erythropoietin sehingga terjadi pematangan sel
darah merah yang tidak sesuai dan beresiko terhadap anemia Sacher et al
, 2004. Mekanisme terjadinya anemia karena Pb di dalam tubuh dapat di
jelaskan seperti pada bagan 2.2.
30
Bagan 2.2: Mekanisme Paparan Pb Menyebabkan Anemia
Menurut Kurniawan 2008 dalam Wardani 2013, paparan Pb dapat menyebabkan dampak seperti:
a. Peningkatan produksi enzim Amino Levulinic Asam Dehydratase ALAD
Pb yang terakumulasi didalam tubuh akan menghambat enzim hemesintetase
yang menyebabkan produksi heme. Penurunan heme
menyebabkan meningkatkan aktivitas ALAD sintetase dan akhirnya produksi ALAD menjadi meningkat. Pengukuran eksresi
Pb pada urin dapat digunakan untuk melihat peningkatan produksi ALAD.
Protoporfirin IX Hemesintetase
Dihambat Pb Heme
Flagilitas sel darah merah sel darah merah mudah
pecah dan pemendekan umur eitrosit
Anemia
31
b. Peningkatan protoporfirin IX Gangguan protoporfirin menyebabkan besi yang ada di sumsum
tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus.
Paparan Pb di dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan protoporfirin IX menjadi heme. Akumulasi protoporfirin IX dapat
diketahui melalui plasma dan feces. c. Peningkatan koproporfirin
Koproporfirin merupakan suatu molekul dalam sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen serta berperan penting dalam
menyusun hemoglobin. Protoporfirin IX yang terakumulasi di dalam tubuh akan meningkatkan akumulasi koproporfirin III.
Akumulasi koproporfirin III dapat diketahui melalui urin dan feces
.
2.2.7 Dampak Paparan Pb Terhadap Kesehatan
Dampak dari paparan Pb dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan antara lain:
a. Gangguan neurologi gangguan sistem syaraf Salah satu gangguan paling utama dari toksisitas Pb pada
orang dewasa yaitu sistem syaraf, termasuk sistem syaraf pusat dan sistem syaraf perifer. Pb menjadi penghalang darah menuju
32
otak dan jaringan pada otak lainnya. Paparan Pb sebesar 80 mgdl dapat menyebabkan koma dan kematian NIOSH, 1997.
b. Gangguan hematologi dan ginjal Salah satu dampak paparan Pb terhadap sistem hematologi yaitu
anemia. paparan yang berkepanjangan 80 mgdl beresiko terhadap anemia. Anemia terjadi akibat kerusakan pada
pembentukan dan fungsi sel darah merah. Hal ini disebabkan karena Pb tersebut menghambat sintesis heme dan merusak
komponen yang mengandung besi hemoglobin serta merusak transportasi ion dalam membran sel darah merah NIOSH, 1997.
c. Gangguan reproduksi Beberapa penelitian di Amerika Serikat tentang paparan
Pb yang tinggi pada wanita dapat menyebabkan kematian pada bayi. Toksisitas Pb pada konsentrasi 15 mgdl dapat
menyebabkan gangguan
kehamilan diantaranya
dapat memperpendek
waktu kehamilan,
terjadinya penurunan
perkembangan mental janin, perkembangan sistem syaraf janin. Sedangkan toksisitas paparan Pb pada laki-laki dalam konsentrasi
40mgdl dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma, morfologi sperma menjadi abnormal dan terjadinya penurunan
kualitas sperma NIOSH, 1997.