77
karena hal ini dapat menyebarkan asap rokok di lingkungan sekitarnya. Sehingga seseorag yang tidak mengkonsumsi rokok juga turut menghirup
asap yang telah tersebar disekitarnya.
6.4.4 Hubungan Lama Berkerja dengan Kejadian Anemia
Lama berkerja menggambarkan aktivitas yang menjadi kegiatan rutinitas dalam keseharian serta menunjukan berapa lama seseorang
berkerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan Agusmidah, 2010. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan tidak ada keterkaitan
antara lama berkerja dengan kejadian anemia P0,693. Hasil penelitian terdahulu juga menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara masa kerja tahun dengan kadar hemoglobin pada petugas pintu tol jagorawi P0,987 Malaka, 2012.
Lama berkerja tidak memiliki keterkaitan dengan kejadian anemia disebabkan karena pedagang yang berkerja diatas satu tahun dan
menderita anemia 40,4 lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak menderita anemia 59,6, selain itu juga dapat dipengaruhi oleh
perilaku istirahat pedagang yang memilih untuk tetap di terminal atau kembali ke rumah masing-masing serta waktu yang dihabiskan dalam
sehari untuk berdagang dimana dapat mempengaruhi perbedaan kadar akumulasi Pb didalam tubuh yang berdampak terhadap anemia.
Lama berkerja di tempat sumber polutan Pb Terminal Bus dapat mempengaruhi besarnya akumulasi zat polutan Pb yang berasal dari
78
knalpot kendaraan bermotor yang masuk didalam tubuh diamana dapat mempengaruhi kejadian anemia Papuling, 2011. Seorang pekerja yang
berkerja pada tempat sumber polutan Pb dan sudah berkerja selama 30 hari wajib dilakukan pemeriksaan kadar timbal didalam darah OSHA
dalam Malaka, 2012. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan sebesar 87 para
pedagang diterminal berkerja diatas satu tahun. Menurut Wdyastuti 2005 polusi Pb dapat menyebabkan permasalahan kesehatan dan
gangguan fisiologis tubuh jika terpapar selama satu tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang yang berkerja di tempat sumber
polusi terminal lebih besar dari satu tahun beresiko terhadap anemia begitu juga sebaliknya. Sehingga tidak heran jika akumulasi Pb pada urin
pedagang sangat dipengaruhi oleh lama berkerja pada tempat yang merupakan sumber polutan Pb dimana merupakan faktor penyebab
terjadinya anemia. Besarnya akumulasi Pb sangat dipengaruhi oleh lama bekerja.
Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk mengurangi akumulasi Pb di dalam tubuh seperti dengan pergantian jam kerja, memilih untuk
beristirahat di rumah dibandingkan tetap berada di terminal dan selalu menggunakan masker saat berdagang di terminal. Upaya-upaya ini
diharapkan agar dapat mengurangi akumulasi paparan Pb yang masuk ke dalam tubuh sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya anemia.
79
6.4.5 Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia
Asupan zat besi sangat dibutuhkan didalam tubuh karena diperlukan untuk sintesis protein yang membawa oksigen yaitu
hemoglobin serta mioglobin dalam tubuh Gibney et al, 2005. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan tidak ada keterkaitan
antara konsumsi zat besi dengan kejadian anemia P1,000. Hasil penelitian terdahulu menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara konsumsi zat besi dengan kadar hemoglobin pada pembantu rumah tangga P0,933 Lubis, 2006. Hasil penelitian lainnya juga
menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi zat besi dengan kadar hemoglobin pada pekerja wanita di PT. Tyfountex
Indonesia kabupaten Sukoharjo P0,608 Muwakhidah, 2009. Konsumsi zat besi ini tidak memiliki keterkaitan dengan kejadian
anemia disebabkan karena asupan zat besi pada sebagian pedagang wanita diterminal sudah mencukupi diatas 6,850 mg 50 dan hal ini
juga dibuktikan sesuai dengan hasil penelitian menunjukan konsumsi zat besi pada pedagang yang sudah mencukupi lebih banyak tidak menderita
anemia 63,0 dibandingkan yang menderita anemia 37,0. Penyebab lain tidak adanya keterkaitan antara konsumsi zat besi
dengan kejadian anemia karena adanya pengaruh kemampuan absorbsi zat besi didalam tubuh yang tergantung dari komponen dan jenis
makanan yang dikonsumsi sebagai sumber zat besi. Bahan makanan mengandung zat besi yang berasal nabati penyerapan didalam tubuh akan
80
lebih sulit 1-5 dibandingkan dengan bahan makanan hewani 10- 20, selain itu adanya asam oksalanat, asam fitat dan tannin didalam
tubuh juga menjadi penghambat penyerapan zat besi Priswanti,2004. Total besi pada tubuh manusia sekitar 3,8 g, dimana pada wanita
2,3 g dan pada laki-laki sekitar sepertiga dari total zat besi. Perempuan dewasa lebih banyak memerlukan zat besi sekitar 1,4 mg jika sedang
mengalami menstruasi dan pada laki-laki dewasa hanya memerlukan zat besi sekitar 1 mg untuk menggantikan zat besi yang hilang melalui
sekresi usus, sel epitel, urine dan kulit. Oleh sebab itu, jika kekurangan zat besi seorang wanita lebih rentan terhadap anemia dibandingkan
dengan laki-laki Gibney et al, 2005. Asupan besi yang tidak memadai sesuai dengan kebutuhan yang
dianjurkan akan berdampak terhadap defisiensi besi yang berakibat anemia, hal ini sesuai dengan penelitian Raharjo 2003 menunjukan
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia pada pekerja perempuan di kelurahan Jetis Kecamatan Sukoharjo
P0,005. Kekurangan asupan zat besi memiliki hubungan dengan kejadian anemia disebabkan karena berkurangnya transportasi besi ke
sumsum tulang dimana sebagai tempat produksi sel darah merah dan dapat menurunkan kadar hemoglobin yang beresiko anemia. Resiko
terhadap anemia tidak akan terjadi jika asupan zat besi didalam tubuh terpenuhi sesuai kebutuhannya begitu juga sebaliknya Gibney et al,
2005.