Identifikasi Tumbuhan HASIL DAN PEMBAHASAN

36 stomata tipe anisositik, berkas pembuluh bentuk tangga, parenkim tangkai daun, epidermis atas dan jaringan palisade. Hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap daun segar ulam-ulam menunjukkan adanya rambut penutup, kutikula, epidermis atas, jaringan palisade, jaringan bunga karang, stomata, epidermis bawah, stomata tipe anomositik, xilem, floem, parenkim, Ca oksalat bentuk druse, floem, xilem, kolenkim dan epidermis bawah. Pemeriksaan serbuk simplisia ulam-ulam menunjukkan adanya jaringan palisade, rambut penutup, stomata tipe anomositik, Ca oksalat bentuk druse dan berkas pembuluh bentuk spiral. Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun binara dan daun ulam-ulam dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun binara dan daun ulam-ulam Parameter Simplisia daun binara Standard MMI binara Simplisia daun ulam- ulam Standard MMI ulam- ulam Kadar Air 4,6 10 7,3 - Kadar Sari Larut Dalam Air 13,5 5,0 13,7 - Kadar Sari Larut Dalam Etanol 13,5 4,5 13,4 - Kadar Abu Total 3,6 13 3,6 - Kadar Abu Tidak Larut Asam 1,4 1,5 1,4 - Keterangan: MMI Materia Medika Indonesia Berdasarkan data tabel hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun binara dan daun ulam-ulam diatas, monografi dari simplisia daun binara dapat dilihat di buku MMI Depkes RI, 2000. Monografi simplisia daun ulam- ulam tidak terdaftar di buku MMI, sehingga perlu dilakukan pembakuan secara nasional mengenai parameter karakterisasi simplisa daun ulam-ulam. 37 Syarat kadar air untuk simplisia daun pada umumnya 10, pada pemeriksaan ini kadar air simplisia daun binara adalah 4,6 dan daun ulam-ulam adalah 7,3, berarti standarisasi simplisia memenuhi persyaratan apabila kadar air simplisia lebih besar dari 10 maka simplisia tersebut akan mudah ditumbuhi kapang pada saat penyimpanan sehingga mutu simplisia akan menurun Gunawan dan Mulyani, 1995. Syarat kadar abu pada umumnya untuk masing-masing simplisia tidak sama. Syarat kadar abu total untuk simplisia daun binara 13 dan kadar abu tidak larut dalam asam 1,5. Pemeriksaan kadar abu total simplisia daun binara diperoleh 3,6 dan daun ulam-ulam diperoleh 3,6. Kadar abu tidak larut asam pada simplisia daun binara adalah 1,4 dan daun ulam-ulam adalah 1,4 berarti standarisasi memenuhi persyaratan. Penetapan kadar abu total dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral dan logam-logam internal yang terdapat di dalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang tersisa selama pembakaran. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukansenyawa anorganik yang tidak larut dalam asam seperti silika, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1992. Hasil yang diperoleh dari kadar sari yang larut dalam air pada simplisia daun binara adalah 13,5, dan daun ulam-ulam adalah 13,7 sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol pada simplisia daun binara adalah 13,5 dan daun ulam-ulam adalah 13,4. Syarat kadar sari larut dalam air adalah tidak kurang dari 5,0 dan kadar sari larut dalam etanol tidak kurang dari 4,5. Berdasarkan hasil penetapan kadar sari menunjukkan bahwa simplisia daun binara dan daun ulam-ulam lebih banyak mengandung senyawa yang larut dalam air daripada yang 38 larut dalam etanol. Penetapan kadar sari larut air dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa yang bersifat polar sedangkan kadar sari larut dalam etanol untuk mengetahui senyawa yang terlarut dalam etanol baik polar maupun non polar. Senyawa yang bersifat polar dan larut dalam air akan tersari oleh air. Sedangkan senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air dan larut dalam etanol akan tersari oleh etanol WHO, 1992. Monografi dari simplisia daun binara dapat dilihat di buku Materia Medika Indonesia Edisi ke V Depkes RI, 1989. Monografi simplisia daun ulam-ulam tidak terdaftar di buku Materia Medika Indonesia MMI sehingga perlu dilakukan pembakuan secara nasional mengenai parameter karakterisasi simplisia daun ulam-ulam. Penetapan kadar sari larut dalam air dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa yang bersifat polar, sedangkan kadar sari larut dalam etanol untuk mengetahui senyawa yang terlarut dalam etanol baik polar maupun non polar. Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa anorganik dalam simplisia, misalnya Ca, Hg, K, Mg, Na dan Pb, sedangkan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam untuk mengetahui kadar senyawa yang tidak larut dalam asam, misalnya silika Depkes RI, 1995.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia dari serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun binara dan daun ulam-ulam menunjukkan bahwa simplisia daun binara dan simplisia daun ulam-ulam mengandung golongan senyawa-senyawa kimia yang dapat dilihat pada tabel 4.2. 39 Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dari daun binara dan daun ulam-ulam Parameter Hasil Binara Ulam-Ulam SteroidaTerpenoida + + Alkaloida + + Glikosida + + Flavonoida + + Saponin + + Tanin + + Keterangan : + = memberikan reaksi; - = tidak memberikan reaksi Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia dari daun binara dan daun ulam-ulam menunjukkan adanya kandungan senyawa flavonoida, saponin dan tanin yang berkhasiat sebagai antibakteri.

4.4 Hasil Ekstraksi

Hasil penyarian 200 gram simplisia daun binara dan daun ulam-ulam dengan menggunakan 70, perkolat diuapkan dengan rotary evaporator, kemudian diuapkan hingga mengental dan ditimbang hasilnya, sehingga diperoleh ekstrak kental daun binara adalah 63,35 gram 31,6 dan daun ulam-ulam yang diperoleh sebanyak 73,25 gram 36,6. Ekstrak etanol tumbuhan tersebut kemudian digunakan untuk uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. 4.5 Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli memperlihatkan bahwa ekstrak etanol daun binara dan daun ulam-ulam memberikan hasil yang memuaskan

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ruku-Ruku (Ocimum sanctum L.) dan Formulasi Sediaan Obat Kumur-Kumur

30 152 78

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Secara In Vitro

2 46 111

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli

23 109 87

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

0 0 14

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

0 0 2

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

0 0 4

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

0 1 16

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

0 0 3

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

0 0 34

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pirdot (Saurauia vulcani Korth) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

4 10 16