Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
kewajiban memelihara, menjaga dan mengembangkan wakaf serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf.
2
Praktek wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien, sehingga dalam berbagai kasus yang
terjadi banyak harta benda wakaf tidak terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum.
Keadaan demikian itu, disebabkan tidak hanya karena kelalaian atau ketidakmampuan nadzir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda
wakaf, melainkan juga karena sikap masyarakat yang kurang peduli atau belum memahami status harta benda wakaf yang seharusnya dilindungi demi
kesejahteraan umum yang sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.
Untuk itu, dibutuhkan nadzir-nadzir profesional yang handal di bidang ekonomi, bisnis, dan manajemen untuk dapat mengelola harta benda wakaf
dengan baik sesuai tujuan dan fungsinya. Sehingga tahun 2007 dibentuklah Badan Wakaf Indonesia BWI, lembaga independen yang bertugas melakukan
pembinaan terhadap nadzir-nadzir untuk melakukan pengelolaan dan
pengembangan harta benda wakaf secara produktif berdasarkan undang-undang.
Untuk memproduktifkan harta benda wakaf diperlukan biaya. Tabung Wakaf Indonesia menggelontorkan dana 900 juta untuk membangun rumah sewa
2
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia Jakarta: Departemen Agama Republik
Indonesia, 2004, h.37.
4
siap huni di atas tanah wakaf.
3
Untuk memproduktifkan lahan perkebunan dibutuhkan bibit, pupuk, alat, dan pekerja. Dalam hal ini, menggandeng pihak
ketiga akan sangat membantu para nadzir. Bekerjasama dengan investor, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan bersedia meminjamkannya untuk
mengembangkan harta benda wakaf, misalnya untuk membangun pabrik sepatu dengan menggunakan sistem bagi hasil sesuai syariah atau menjadikan bank
syariah sebagai pilihan lembaga mediasi dengan mengajukan pembiayaan untuk
pengembangan wakaf produktif.
Bekerjasama dengan lembaga zakat yang bersifat konsumtif akan lebih seimbang, seperti yang dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia yang
menggandeng amil zakat Dompet Dhuafa dalam pembangunan Rumah Sehat Terpadu di daerah Parung, Bogor di atas tanah wakaf.
4
Atau berkiblat pada Badan Wakaf Indonesia BWI, yang menggunakan wakaf uang untuk mengembangkan
tanah wakaf dengan membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA di Serang, Banten.
5
Hasil dari operasional RSIA diutamakan untuk mengembalikan uang wakaf masyarakat yang digunakan dan kemudian dilakukan subsidi silang untuk
kaum dhuafa.
3
Artikel ini diakses pada rabu, 5 februari 2014 dari http:tabungwakaf.comnewsallrumah-
sewa-milik-umat-siap-dihuni .
4
Artikel ini diakses pada sabtu, 22 februari 2014 dari http:tabungwakaf.comdompet-
dhuafa-bangun-masjid-di-zona-madina .
5
Artikel ini diakses pada sabtu, 22 februari 2014 dari http:bwi.or.idindex.phparasdfsdaf1-
beritawakaf358-bwi-berencana-akan-bangun-rsia .
5
Namun hal yang sulit untuk menjadikan wakaf uang sebagai sumber dana pengembangan. Pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Serang Banten
sempat terhenti karena sumber pembiayaan yang bertumpu pada wakaf uang masyarakat yang disalurkan melalui LKS-PWU tidak selalu bisa diandalkan.
Jumlah uang wakaf yang diberikan masyarakat tidak sebanding dengan kebutuhan dana yang diperlukan untuk pembangunan RSIA tersebut dan beban uang wakaf
yang tidak boleh habis pokoknya perlu menjadi pertimbangan. Direktorat Pemberdayaan Wakaf dibantu oleh Kementerian Agama RI
mengadakan program penyaluran dana bantuan pengembangan wakaf yang dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Setiap
tahun Direktorat Pemberdayaan Wakaf mendapatkan amanah dana bantuan yang harus disalurkan kepada nadzir-nadzir yang membutuhkan. Dari tahun 2005 sejak
program ini mulai dijalankan sampai tahun 2013, Kemenag sudah mendistribusikan dana bantuan milyaran rupiah untuk mengembangkan harta
benda wakaf di 68 titik daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Para nadzir diharuskan untuk mengajukan permohonan bantuan dana
pengembangan wakaf kepada Kemenag, yang kemudian akan dipertimbangkan dan akhirnya diputuskan untuk diterima atau ditolak atas permohonan yang
diajukan. Setelah dana diterima, beralih nadzir yang bertanggungjawab atas pengembangan harta benda wakaf dengan dana bantuan yang diberikan. Namun
pada kenyataannya, tidak semua dana bantuan ini berkembang dengan sebagaimana mestinya, maksudnya tidak semua nadzir sukses dalam mengelola
6
dana bantuan ini. Masalah ini tidak lepas dari kewajiban Kemenag untuk melakukan pengawasan atas dana yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai mekanisme dana bantuan pengembangan wakaf yang diberikan oleh
Kementerian Agama RI dan pengawasannya. Adapun yang menjadi judul dalam skripsi ini adalah
“Peran Kementerian Agama RI Dalam Penyaluran Dana Bantuan Pengembangan Wakaf
”.