Penelitian Kepustakaan Library Research

63 Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif searah dengan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian atau identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan dari penelitian ini akan menjawab pertanyaan sebelumnya dikemukakan oleh rumusan masalah. 6 Hal ini dilakukan karena bermaksud untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, tantangan, dan ancaman dari dana bantuan pengembangan wakaf, mekanisme dan efektivitas pengawasan penyaluran dana pemberdayaan wakaf yang diperoleh dari hasil wawancara. Analisis disajikan dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1. Mekanisme dan pengawasan penyaluran dana bantuan pengembangan wakaf. 2. Analisis terhadap point-point kelebihan dan kekurangan dari dana bantuan pengembangan wakaf. Hasilnya disajikan dalam bentuk table matrik IFAS International Strategic Factor Analysis Summary. 3. Analisis terhadap point-point peluang dan tantangan dari dana bantuan pengembangan wakaf. Hasilnya disajikan dalam bentuk table matrik EFAS External Strategic Factor Analysis Summary. 4. Analisis efektivitas pengawasan penyaluran dana bantuan pengembangan wakaf. 6 Artikel, Deskriptif Kualitatif, diakses pada 10 Juli 2014 dari http:aldoranuary26.blog.fisip.uns.ac.id20120229deskriptif-kualitatif 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Di Indonesia, kegiatan wakaf dikenal seiring dengan perkembangan dakwah Islam di Nusantara. Di samping melakukan dakwah Islam, para ulama juga sekaligus memperkenalkan ajaran wakaf. Hal ini terbukti dari banyaknya masjid-masjid yang bersejarah dibangun di atas tanah wakaf. Ajaran wakaf ini terus berkembang di bumi Nusantara, baik pada masa dakwah pra kolonial, masa kolonial, maupun pasca kolonial Indonesia merdeka. Pada masa pemerintahan kolonial merupakan momentum kegiatan wakaf. Karena pada masa itu, perkembangan organisasi keagamaan, sekolah, madrasah, pondok pesantren, masjid, semuanya merupakan swadaya dan berdiri di atas tanah wakaf. Namun, perkembangan wakaf dikemudian hari tak mengalami perubahan yang berarti. Kegiatan wakaf dilakukan terbatas pada kegiatan keagamaan, seperti pembangunan masjid, mushalla, madrasah, kuburan, sehingga kegiatan wakaf di Indonesia kurang bermanfaat secara ekonomi bagi rakyat banyak. Walaupun beberapa aturan telah dibuat oleh pemerintah terkait dengan makanisme wakaf, seperti PP Nomor 28 Tahun 1977 tetang perwakafan tanah milik, akan tetapi PP ini hanya mengatur wakaf pertanahan saja. Ini berarti tak jauh berbeda dengan model wakaf pada periode awal, identik dengan wakaf