Ancylostoma duodenale dan Necator Americanus

Cacing dewasa tinggal di lumen usus halus, di mana cacing betina menghasilkan 200.000 telur per hari yang dikeluarkan bersama feses. Telur yang fertil mengalami embrionasi dan menjadi infektif setelah 18 hari sampai beberapa minggu, tergantung kondisi lingkungan. Telur infektif tertelan dan larva menetas masuk ke dalam mukosa usus dan melalui sirkulasi darah masuk ke paru-paru. Larva menjadi dewasa di paru-paru dalam 10-14 hari, penetrasi dinding alveoli, bronchus, dan tenggorokan, kemudian tertelan. Berkembang menjadi dewasa di usus halus dalam 2-3 bulan sejak termakan, dan dapat hidup di usus halus selama 1-2 tahun Microbiology Syllabus, 2006.

2.1.2. Ancylostoma duodenale dan Necator Americanus

Infeksi cacing kait pada manusia disebabkan oleh infeksi Necator americanus dan Ancylostoma duodenale yang ditularkan melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi. Merupakan satu dari penyakit infeksi kronis dengan estimasi 740 juta kasus terjadi di daerah pedesaan di daerah tropis dan sub tropis. Jumlah kasus terbesar terjadi di Asia Brooker S, Hotez JP et.al, 2004. Necator americanus paling sering ditemukan di Amerika, Afrika, Australia, dan Indonesia Ghaffar A, 2006. Secara keseluruhan prevalensi dan intensitas infeksi cacing kait lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, karena pria lebih besar kemungkinannya untuk terpapar. Wanita dan anak-anak memiliki simpanan Fe yang paling rendah, sehingga lebih memungkinkan untuk kehilangan darah yang bersifat kronis akibat infeksi cacing kait. Pada anak-anak infeksi kronis dapat menimbulkan retardasi pertumbuhan fisik dan berpengaruh terhadap memori akibat defisiensi Fe. Anak balita dan usia pra Universitas Sumatera Utara sekolah mengalami defisit pertumbuhanperkembangan. Beberapa penelitian menunjukkan infeksi cacing kait memiliki kontribusi terjadinya anemia pada anak kelompok umur tersebut Brooker S, Hotez JP et.al, 2004. Di area endemik infeksi cacing kait, terdapat variasi beban penyakit diantara setiap orang. Intensitas tinggi dan intensitas rendah ditemukan pada orang yang tinggal dalam kondisi yang hampir sama untuk terpapar penyakit. Karena cacing tidak mengalami replikasi dalam tubuh manusia, angka kesakitan akibat infeksi akan tinggi pada pasien dengan infeksi yang paling berat. Ada pendapat yang mengatakan, beberapa orang memiliki faktor predisposisi untuk terinfeksi cacing kait dengan intensitas berat atau rendah berkaitan dengan faktor genetik, di samping faktor kesempatan terpapar Brooker et.al, 2004. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus sangat sering menginfeksi manusia, dan terdistribusi di seluruh dunia, tetapi paling banyak terjadi di daerah lembab dan hangat. Anemia defisiensi Fe merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Anemia disebabkan kehilangan darah pada titik tempat melekatnya cacing dewasa pada intestinum. Gatal pada kulit terjadi pada saat larva filariform menembus kulit, sementara gejala pernafasan dapat terjadi selama migrasi larva ke paru-paru Microbiology Syllabus, 2006. Telur keluar bersama feses, pada kondisi yang sesuai yaitu lembab, hangat, dan teduh, larva menetas dalam 1-2 hari. Larva rhabditiform berkembang di dalam feses dan atau tanah, dan setelah 5-10 hari menjadi larva filariform yang infektif. Larva infektif dapat bertahan hidup 3-4 minggu pada lingkungan sesuai. Kontak Universitas Sumatera Utara dengan manusia, larva penetrasi melalui kulit dan masuk ke jantung dan paru-paru melalui pembuluh darah, masuk ke alveoli, bronchus, dan pharynx kemudian tertelan. Larva mencapai usus halus dan menjadi dewasa. Cacing dewasa tinggal di dalam lumen usus halus, melekat pada dinding usus sehingga menimbulkan kehilangan darah hospesnya. Kebanyakan cacing dewasa akan dieliminasi dalam 1-2 tahun tetapi dapat juga mencapai beberapa tahun. Beberapa larva setelah masuk melalui kulit hospes, dapat menjadi infektif di dalam usus atau otot. Infeksi dapat juga terjadi melalui oral atau transmammary Microbiology Syllabus, 2006.

2.1.3. Trichuris trichiura