5.1.2. Hubungan Status Gizi Anak dengan Infeksi Cacing pada Anak SD
di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan status gizi anak dengan infeksi cacing pada anak SD di Kecamatan Deli Tua yang ditunjukkan
oleh nilai p0,05, artinya status gizi anak SD berhubungan terhadap infeksi cacing. Hal ini didukung oleh adanya perbedaan prevalence rate infeksi cacing berdasarkan
status gizi. Prevalence Rate anak SD yang terinfeksi cacing 73,7 mempunyai status gizi kurang dibandingkan anak dengan status gizi sedang dan baik yaitu sebesar
34,6 seperti pada Gambar 5.2. Berdasarkan nilai rasio prevalence RP, diketahui RP=2,48 95 CI : 1,151-
5,362, artinya anak sekolah dasar dengan status gizi kurang prevalensi infeksi cacing yang terjadi 2,48 kali lebih besar dibandingkan prevalensi infeksi cacing pada anak
dengan status gizi baik. Lebih lanjut infeksi cacing dapat semakin memperburuk kondisi gizi anak, artinya terdapat hubungan timbal balik antara gizi anak dengan
infeksi cacing. Anak dengan gizi kurang cenderung lebih rentan terinfeksi cacing karena berhubungan dengan kondisi imunitasnya, sebaliknya anak yang terinfeksi
cacing cenderung lebih mudah memperburuk status gizinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andrade 2001 bahwa
prevalensi infeksi STHs 65 dengan intensitas infeksi berat 8,5, ditemukan 16 anak wasted dan 27 anak stunted. Anak yang terinfeksi cacing biasanya mengalami
penurunan nafsu makan, sehingga terjadi penurunan berat badan, gangguan pertumbuhan dan penurunan daya tahan tubuh.
Universitas Sumatera Utara
73.7
34.6 26.3
65.4
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0
Kurang Baik
‐Sedang
STATUS GIZI
P re
v a
le n
si Ra
te
Positif Negatif
Gambar 5.2 Prevalence Rate Infeksi Cacing Berdasarkan Status Gizi Anak di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008
Berdasarkan uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel status gizi anak merupakan salah satu variabel paling berhubungan terhadap infeksi cacing pada anak
SD dengan nilai ß=1,953;RP=7,051, artinya rasio prevalen anak terinfeksi cacing pada anak dengan status gizi kurang adalah 7 kali dibanding anak dengan status gizi
baik. Sedangkan penelitian Calender 1992, yang dikutip Nurlila 2002
menunjukkan bahwa anak-anak dengan sindroma disentri karena trichuriasis mempunyai tinggi badan dan tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibanding
kelompok kontrol. Penelitian Mohammad 1995 di Malaysia terhadap 331 murid sekolah dasar yang cukup gizi dan tidak anemia menyimpulkan bahwa infeksi cacing
terutama askariasis dan trichuriasis menurunkan kecerdasan anak secara langsung dan bukan karena malnutrisi.
Universitas Sumatera Utara
Infeksi cacing menyebabkan penderitanya kurang nafsu makan, sehingga akan menurunkan masukan gizi, berikutnya dapat mengganggu saluran cerna, gangguan
pada absorpsi makanan sehingga zat gizi akan banyak yang hilang. Banyaknya zat gizi yang hilang maka akan mengakibatkan malnutrisi, anemia dan defesiensi gizi.
Malnutrisi akan menyebabkan rendahnya cadangan tenaga atau energi dan tingkat kesegaran jasmani sehingga akan menurunkan produktifitas terutama pada orang
dewasa, yang pada akhirnya akan mengurangi pendapatan. Dengan kurangnya pendapatan maka akan mengurangi akses untuk mendapatkan makanan. Oleh karena
itu dapat diambil kesimpulan bahwa kejadian infeksi cacing dapat memperburuk tingkat kemiskinan dan malnutrisi, sedangkan kemiskinanan dan malnutrisi akan
menambah beratnya infeksi.
5.1.3. Hubungan Personal hygiene Anak dengan Infeksi Cacing pada Anak SD