Hubungan Sosioekonomi Keluarga Hubungan Sanitasi Perumahan dengan Infeksi Cacing pada Anak SD

anak sering bermain tanah, sehingga secara keseluruhan menjadi faktor risiko terhadap infeksi cacing. Hal ini sejalan dengan penelitian Wachdanijah, dkk 2002 pada Anak SD dan i Taiwan menyebutkan bahwa kebiasaan n dengan Infeksi Cacing pada Anak SD di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang tidak menunjukkan ilai i di Kabupaten Kebumen menemukan bahwa anak yang tidak menggunakan sandal sering bermain tanah 76,9 terinfeksi cacing, dan anak yang tidak mencuci tangan sebelum makan 63,7 terinfeksi cacing. Hasil penelitian Sung, tahun 2001 d murid bermain di tanah dan kebiasaan menggigit jari kuku berhubungan dengan terjadinya infeksi cacing. Hubungan faktor risiko dengan infeksi cacing tersebut adalah untuk kebiasaan bermain tanah OR, 2.52; 95 CI, 1.80- 3.51, kebiasaan menggigit kuku OR, 2.15; 95 CI, 1.58-2.93, kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makanan OR, 1.71; 95 ci, 1.23-2.37, dan yang tinggal di rumah buka apartemen OR, 1.56; 95 CI, 1.04-2.35.

5.1.5. Hubungan Sosioekonomi Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosial ekonomi hubungan signifikan dengan infeksi cacing pada anak SD yang ditunjukkan oleh n p0,05, artinya sosial ekonomi keluarga tidak berhubungan terhadap infeksi cacing pada anak SD. Anak yang menderita infeksi cacing 50,0 memiliki sosial ekonomi kategori miskin, dan 31,7 kategori tidak miskin. Berdasarkan angka prevalensi infeksi diketahui bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin 80,0 terinfeksi cacing intensitas berat, 57,1 intensitas kategori sedang, 72,7 intensitas kategor Universitas Sumatera Utara ringan. Keadaan ini mencerminkan bahwa tinggi atau rendahnya suatu keluarga dari aspek pendapatan atau strata sosial cenderung tidak berhubungan dengan infeksi cacing pada anak SD. 50.0 31.7 50.0 68.3 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 Miski n Tidak Miskin SOSIAL EKONOMI KELUARGA P re v a le n si Ra te Posi tif Negatif Gambar 5.5. Prevalence Rate Infeksi Cacing Berdasarkan Sosial Ekonomi Keluarga di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun Hasil p an ini sejalan dengan penelitian Hotez et al 2003 bahwa status n 2008 eneliti sosioekonomi di area pinggiran kota maupun pedesaan tidak ada hubungan yang konsisten. Namun menurut Brown 1979 kondisi ekonomi yang buruk merupaka faktor yang menguntungkan untuk penyebaran infeksi cacing. Anak-anak secara sosial ekonomi masih tergantung pada orang tua dan menjadikan mereka sebagai contoh dalam berperilaku, sehingga tingkat pendidikan, pengetahuan dan sosial ekonomi orang tua juga memiliki pengaruh terhadap perilaku anak-anak. Universitas Sumatera Utara

5.1.6. Hubungan Sanitasi Perumahan dengan Infeksi Cacing pada Anak SD

di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang gan perumahan empu 5, iaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitasi lingkun m nyai hubungan signifikan dengan infeksi cacing pada anak SD p0,0 artinya variabel sanitasi lingkungan perumahan yang dilihat berdasarkan ketersed jamban keluarga, kebersihan lingkungan rumah berhubungan terhadap infeksi cacing anak. Prevalence Rate anak yang terinfeksi cacing 57,8 berasal dari keluarga dengan sanitasi lingkungan yang kurang dibandingkan anak dari keluarga yang sanitasi perumahannya kategori baik. Keadaan ini memberikan suatu gambaran bahwa sanitasi perumahan erat kaitannya dengan infeksi cacing pada anak SD. 57.8 28.8 42.2 71.2 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 Buruk Baik SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN P re v a le n si Ra te Posi ti f Negatif Gambar 5.6. Prevalence Rate Infeksi Cacing Berdasarkan Sanitasi Lingkungan Perumahan di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 Universitas Sumatera Utara Sanitasi perumahan yang dimaksud adalah ketersediaan dan kebersihan jamban keluarga, kondisi kebersihan lingkungan sekitar rumah. Menurut Slamet 2001, bahwa sarana sanitasi seperti jamban, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih dan lainya yang tidak sehattidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi media penularan penyakit atau menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyebar penyakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wibowo 2000 menyatakan ada hubungan bermakna antara kondisi sanitasi lingkungan dengan infeksi cacing pada anak SD. Penelitian Margono di daerah Joglo, Jakarta Barat menyatakan 18,5 sampel tanah tercemar oleh A. lumbricoides. Pembuangan kotoran, air limbah, sampah dan pemeliharan lingkungan perumahan sangat berperan dalam penanggulangan penyebaran infeksi cacing. Terjadinya infeksi baru maupun yang berulang lebih banyak disebabkan karena terjadinya pencemaran tanah oleh tinja penderita Kusnoputranto, H, 1997. Pernyataan ini dibuktikan penelitian Margono 1987 yang menyebutkan bahwa 18,5 sampel tanah telah tercemar oleh telur cacing A.Lumbricoides. Menurut Ismid dkk 1980 dikutip dari Nurlila 2002 telur A.lumbricoides banyak ditemukan di sekitar tumpukan sampah 55 dan tempat teduh di bawah pohon 33,3. Penelitian Hadidjaja, dkk 1989, mendapatkan bahwa sampel air limbah got ternyata positip mengandung telur A.lumbricoides. Telur A.lumbricoides juga banyak ditemukan di sekitar sumur, jamban, tempat cuci, di pinggir kalisungai bahkan ada yang di dalam rumah. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam penyediaan Universitas Sumatera Utara sarana sanitasi lingkungan seperti air bersih, tempat mencuci, jamban, tempat mandi, sampah dan lain sebagainya, hal ini penting dilakukan guna memutus mata rantai penyebaran infeksi cacing.

5.1.7. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Infeksi Cacing pada Anak SD