terdapat hubungan signifikan pengetahuan ibu dengan infeksi cacing dengan rasio prevalence sebesar 1,888 95 CI: 1,325-2,665.
4.3.2. Hubungan Tindakan Pengobatan dengan Infeksi Cacing
Tabel 4.16. Hubungan Tindakan Pengobatan dengan Infeksi Cacing pada Anak SD di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008
Infeksi Cacing Positif Negatif
Total Tindakan
Pengobatan n n n
Nilai
χ
² Nilai
sig. Rasio
Prevalence CI 95
1 ≤ 6 Bulan
19 33,9
37 66,1
41 100.0
8,275 2 6 Bulan
26 63,4
15 36,6
56 100.0
0,004 1,68
1,149-2,472
Berdasarkan Tabel 4.16 di atas, diketahui proporsi anak yang terinfeksi cacing mayoritas 63,4 terjadi pada anak dengan tindakan pengobatan 6 bulan
dibandingkan anak dengan tindakan pengobatan ≤ 6 bulan yaitu sebesar 33,9. Hasil
uji chi square pada nilai χ
2
=8,275, dengan nilai p=0,004 menunjukkan terdapat hubungan signifikan tindakan pengobatan dengan infeksi cacing dengan rasio
prevalence sebesar 1,68 95 CI: 1,149-2,472.
4.4. Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis bivariat dengan kriteria nilai signifikansi p variabel lebih dari 0,25 p0,25 dari hasil analisis
bivariat. Berdasarkan Tabel 4.15 dan 4.16 di atas, diketahui variabel yang masuk dalam analisis multivariat adalah variabel 1 status gizi anak; 2 personal hygiene
anak, 3 tindakan anak, 4 sanitasi lingkungan perumahan, 5 pengetahuan ibu,
Universitas Sumatera Utara
6 tindakan ibu, dan 7 tindakan pengobatan. Uji statistik yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah uji regresi logistik ganda dengan metode foward
conditional stepwise dengan pertimbangan hasil ukur variabel dependen adalah biner dikotomi, dan skala ukurnya merupakan skala ordinal, serta variabel independen
juga bineri. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda
Variabel Nilai B
Nilai Sig Nilai RP
Exp B Pengetahuan Ibu
2,213 0,000 9,141
Status Gizi Anak 1,953 0,009
7,051
Personal Hygiene 1,595 0,003
4,929
Sanitasi Lingkungan 1,084 0,042
2,956
Konstanta -3,400
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas, diketahui bahwa berdasarkan hasil pengujian regresi logistik ganda terdapat empat variabel yang mempunyai hubungan signifikan
dengan infeksi cacing, yaitu status gizi anak, personal hyegiene, sanitasi lingkungan dan pengetahuan ibu. Adapun variabel paling berhubungan dengan infeksi cacing
pada anak SD adalah pengetahuan ibu dengan nilai Exp B paling besar yaitu 9,141 pada
α=0,000. Maka dapat dibuat model regresi logistik ganda untuk memprediksikan determinan terjadinya infeksi cacing yaitu:
4 084
, 1
3 595
, 1
2 051
, 7
1 141
, 9
400 .
3 1
ln X
X X
X p
p
i
+ +
+ +
− =
⎟⎟⎠ ⎞
⎜⎜⎝ ⎛
− =
γ
Sedangkan nilai probabilitas anak SD terinfeksi kecacingan, adalah sebagai berikut:
[ ]
4 084
, 1
3 595
, 1
2 051
, 7
1 141
, 9
400 .
3
1 1
X X
X X
e p
+ +
+ +
− −
+ =
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan model persamaan regresi logistik ganda tersebut, maka dapat dibuat probabilitas anak SD untuk terinfeksi kecacingan seperti pada Tabel 4.18:
Tabel 4.18. Nilai Probabilitas Anak SD Terinfeksi Cacing
Variabel Penelitian Probabilitas Anak SD
Pengetahuan Ibu
X
1
Status Gizi Anak
X
2
Personal Hygiene
Anak X
3
Sanitasi Lingkungan
X
4
Proporsi
1 baik 1 baik
1 baik 1 baik
0 kurang 1 baik
1 baik 1 baik
0 kurang 0 kurang
1 baik 1 baik
0 kurang 0 kurang
0 kurang 1 baik
0 buruk 0 buruk
0 buruk 0 buruk
0,482 0,567
0,684 0,782
0,81 48,2
56,7 68,4
78,2 81,0
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Sosiodemografi dengan Infeksi Cacing pada Anak SD
di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang 5.1.1.
Hubungan Jenis Kelamin Anak dengan Infeksi Cacing pada Anak SD di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 44,2 infeksi cacing terjadi pada anak laki-laki, sedangkan anak perempuan yang terinfeksi hanya 40,0. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa infeksi cacing ditemukan lebih dominan terjadi pada laki-laki. Hal ini disebabkan anak laki-laki cenderung lebih sering berada di luar rumah dan
mempunyai kebiasaan bermain yang secara kontinu terpapar dengan tanah yang mengandung telur cacing, sehingga sangat berpotensi terinfeksi cacing, sedangkan
anak perempuan cenderung lebih dominan berada di dalam rumah dan relatif sedikit terpapar dengan tanah secara langsung, sehingga relatif kecil terinfeksi telur cacing.
Namun secara statistik perbedaan jenis kelamin justru tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan infeksi cacing yang ditunjukkan oleh nilai p=0,674
p0,05, artinya pada anak SD di Kecamatan Deli Tua, jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak berhubungan terhadap terjadinya infeksi cacing.
Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Hotez et.al 2003 bahwa laki- laki secara umum lebih rentan terhadap penyakit infeksi dibandingkan wanita. Hal ini
juga benar untuk infeksi parasit. Tetapi perbedaannya prevalensi dari infeksi parasit
Universitas Sumatera Utara