dengan manusia, larva penetrasi melalui kulit dan masuk ke jantung dan paru-paru melalui pembuluh darah, masuk ke alveoli, bronchus, dan pharynx kemudian tertelan.
Larva mencapai usus halus dan menjadi dewasa. Cacing dewasa tinggal di dalam lumen usus halus, melekat pada dinding usus sehingga menimbulkan kehilangan
darah hospesnya. Kebanyakan cacing dewasa akan dieliminasi dalam 1-2 tahun tetapi dapat juga mencapai beberapa tahun. Beberapa larva setelah masuk melalui kulit
hospes, dapat menjadi infektif di dalam usus atau otot. Infeksi dapat juga terjadi melalui oral atau transmammary Microbiology Syllabus, 2006.
2.1.3. Trichuris trichiura
Trichuriasis adalah penyakit infeksi pada cecum, apendix, colon, dan rectum yang disebabkan oleh Trichuris trichiura, yang sering disebut sebagai Whipworm
Disease pada area dengan prevalensi tinggi dengan kondisi sosioekonomi rendah dan kondisi sanitasi buruk
www.astrographics.com ., 2006. Trichuriasis merupakan
penyakit tropis pada anak usia 5-15 tahun dengan prevalensi 65 di negara Asia Ghaffar A, 2006. Trichuris trichiura merupakan nematoda yang sering
menimbulkan infeksi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi ditemukan di daerah beriklim tropis dengan kebiasaan sanitasi yang buruk Microbiology Syllabus, 2006.
Transmisi bersifat fecaloral, di mana manusia menjadi terinfeksi dengan ingesti tanah yang tercemar, makananminuman yang mengandung telur infektif.
Anak-anak usia 3-9 tahun lebih sering terinfeksi daripada dewasa, karena kebiasaan bermain dengan tanah tercemar, anak-anak mengalami infeksi berat melalui
perpindahan telur berembrio ke dalam mulut melalui jari tangan. Infeksi ringan
Universitas Sumatera Utara
bersifat asimtomatis, sementara infeksi berat paling sering ditemukan pada anak-anak penderita malnutrisi. Pada kasus berat diare kronis sering terjadi. Pada anak-anak
menimbulkan masalah pada saluran gastrointestinal dan peradangan saluran usus yang dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan
www.astrographics.com ., 2006.
Telur Trichuris trichiura membutuhkan minimal 10 hari masa inkubasi di dalam tanah sebelum menjadi infektif. Tidak terjadi autoinfeksi, dan tidak ada
migrasi melalui jaringan tubuh. Dapat bertahan hidup selama 6 tahun di dalam tubuh hospes, rata-rata 3 tahun. Cacing tinggal di usus besar dengan kepala menempel pada
jaringan mukosa usus. Diagnosa ditetapkan dengan menemukan telur di dalam feses. Infeksi biasanya asimtomatis. Infeksi berat pada anak dapat menyebabkan prolaps
rectal diikuti dengan diare berdarah kronis Microbiology Syllabus, 2006. Telur yang tidak berembrio keluar bersama feses. Di dalam tanah berkembang
menjadi stadium 2 sel memasuki stadium pembelahan dan kemudian menjadi telur berembrio dan menjadi infektif dalam 15-30 hari. Setelah termakan melalui makanan
atau tangan yang terkontaminasi tanah, telur menetas di usus halus, dan melepaskan larva yang menjadi matang dan dewasa di colon. Cacing dewasa dengan panjang 4
cm tinggal di cecum dan colon ascending, dan terfiksasi pada lokasi tersebut dengan bagian anterior menyusup ke dalam mukosa. Cacing betina akan menghasilkan telur
dalam 60-70 hari setelah infeksi, menghasilkan telur 3.000-20.000 telur per hari. Masa hidup cacing dewasa kurang lebih 1 tahun Microbiology Syllabus, 2006.
Infeksi STHs menyumbang lebih dari 40 angka kesakitan akibat penyakit infeksi, di luar penyakit malaria. Jumlah infeksi terbesar terjadi di wilayah tropis dan
Universitas Sumatera Utara
subtropis di Asia, terutama di Cina, India, dan Asia Tenggara. Dari 1-2 milyar yang terinfeksi, 300 juta diantaranya menimbulkan morbiditas yang berat yang
berhubungan dengan infeksi berat. Beratnya infeksi erat kaitannya dengan faktor genetik, imonologi, dan komponen lingkungan. Penelitian di beberapa negara
berkembang menunjukkan anak usia sekolah merupakan populasi dengan risiko terbesar untuk mengalami infeksi berat oleh Ascaris dan Trichuris Hotez P.J. et al,
2003.
2.2. Faktor Risiko Infeksi STHs