cenderung meningkat dengan meningkatnya umur, sementara infeksi ascaris cenderung menurun dengan meningkatnya umur.
2.2.8. Gender
Pria secara umum lebih rentan terhadap penyakit infeksi dibandingkan wanita. Hal ini juga benar untuk infeksi parasit. Tetapi perbedaannya prevalensi dari infeksi
parasit secara keseluruhan lebih tinggi pada wanita dibanding dengan pria tanpa memperhatikan umur. Untuk cacing kait, hubungannya dengan gender seringkali
lebih signifikan, tetapi dampaknya sangat bervariasi, tergantung wilayah. Di beberapa tempat seperti di Zimbabwe, Zanzibar, dan Papua pria menunjukkan prevalensi yang
lebih tinggi dibandingkan wanita, sementara di China dan Vietnam wanita prevalensi infeksi lebih tinggi Hotez et al, 2003.
Menurut penelitian yang dilakukan Widjana Sutisna 2000, prevalensi infeksi ascaris dan trichuris tidak ada perbedaan signifikan antara pria dan wanita,
tetapi infeksi cacing kait lebih tinggi pada pria dibanding dengan wanita.
2.3. Infeksi STHs dan Status Gizi
Setiap tahunnya 13 juta balita dan anak-anak meninggal dunia di negara berkembang, dan sebagai penyebab utama kematian tersebut berhubungan dengan
penyakit infeksi dan penyakit parasit, dan terbanyak anak-anak tersebut meninggal akibat terjadinya malnutrisi Mason et al, 2001.
Penyakit infeksi dan malnutrisi memiliki hubungan yang sangat erat. Intake pakan yang tidak mencukupi dapat menyebabkan hilangnya berat badan dan
Universitas Sumatera Utara
kegagalan pertumbuhan anak, dan dapat menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. Defisiensi protein dan vitamin A dapat menimbulkan kerusakan pada mukosa,
menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi patogen Mason et al, 2001.
Penyakit: •
Insidensi •
Keparahan •
Durasi •
Penurunan berat badan •
Gangguan pertumbuhan •
Penurunan daya tahan tubuh •
Kerusakan mukosa •
Hilangnya nafsu makan •
Hilangnya zat makanan •
Malabsorpsi •
Gangguan metabolisme Intake Pakan Rendah
Gambar 2.1. Hubungan Gizi dengan Infeksi Penyakit
Infeksi STHs dengan intensitas berat memiliki dampak negatif yang paling besar terhadap status gizi, tetapi beberapa studi yang dilakukan oleh Bundy 1994,
Chan et al 1994, Crompton et al 2000, Mc.Garvey et al 1993, Wilson et al 1999, dan Quihui Cola et al 2004, menunjukkan infeksi STHs dengan intensitas
ringan dan intensitas sedang menimbulkan retardasi pertumbuhan yang linear pada anak-anak Tanner, 2005.
Penelitian terhadap anak sekolah di Ecuador menunjukkan prevalensi infeksi STHs 65 dengan intensitas infeksi berat 8,5, ditemukan 16 anak wasted dan
27 anak stunted. Terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas infeksi dengan derajat stunted Andrade et al, 2001.
Beberapa penelitian klinik menunjukkan pertumbuhan anak-anak yang terinfeksi STHs menjadi lebih baik setelah mendapatkan pengobatan. Penelitian
Universitas Sumatera Utara
terhadap anak sekolah di Indonesia 3-7 minggu setelah pengobatan, menunjukkan peningkatan berat badan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol
yang tidak mendapat pengobatan. Penelitian terhadap anak di Kenya setelah 4 bulan pengobatan menunjukkan peningkatan berat badan, berat badan menurut umur, tinggi
badan, dan tinggi badan menurut umur, yang berbeda sangat signifikan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapat pengobatan Mascie, 2006.
2.4. Diagnosis Infeksi STHs