subtropis di Asia, terutama di Cina, India, dan Asia Tenggara. Dari 1-2 milyar yang terinfeksi, 300 juta diantaranya menimbulkan morbiditas yang berat yang
berhubungan dengan infeksi berat. Beratnya infeksi erat kaitannya dengan faktor genetik, imonologi, dan komponen lingkungan. Penelitian di beberapa negara
berkembang menunjukkan anak usia sekolah merupakan populasi dengan risiko terbesar untuk mengalami infeksi berat oleh Ascaris dan Trichuris Hotez P.J. et al,
2003.
2.2. Faktor Risiko Infeksi STHs
2.2.1. Faktor Risiko Lingkungan
a. Lingkungan Kota dan Pedesaan
Prevalensi ascariasis dan trichuriasis yang tinggi biasanya ditemukan di pinggiran kota terutama di perkampungan miskin dan kotor, dan di pedesaan, tetapi
pada beberapa kejadian prevalensi ascariasis benar-benar lebih besar di lingkungan pinggiran kota Hotez et.al, 2003.
Penelitian yang dilakukan Program Kesehatan Sekolah Mercy Corps di Sumatera Sumatera Healthy Schools Program di Bengkulu prevalensi infeksi
di wilayah perkotaan dan pedesaan masing-masing 17,70 dan 54,14; di Sumatera Barat masing-masing 14,44 dan 25,5; sementara di Riau ternyata di wilayah
perkotaan 65 dan pedesaan 35. Penelitian yang dilakukan Chandrashekhar pada anak sekolah yang berasal
dari 11 sekolah yang berlokasi di pedesaan dan 8 sekolah yang berlokasi di pinggiran
Universitas Sumatera Utara
kota menunjukkan perbedaan prevalensi infeksi parasit intestinal yang signifikan. Prevalensi infeksi lebih tinggi di daerah pedesaan 24,1, dibandingkan prevalensi
infeksi di daerah pinggiran kota 18,7. Perbedaan pinggiran kota dan pedesaan terhadap ascariasis dan trichuriasis
dibandingkan dengan infeksi cacing kait dapat dipahami berdasarkan perbedaan siklus hidupnya. Stadium infektif ascaris dan trichuris memiliki kapasitas yang sangat
besar untuk dapat bertahan terhadap perbedaan situasi lingkungan, sehingga masih dapat ditemukan di dalam sampel tanah setelah lebih dari 10 tahun.
Berbeda dengan cacing kait. Telur cacing kait menetas di dalam tanah dan berkembang menjadi stadium larva I, yang akan berubah menjadi stadium larva
infektif hanya pada kondisi sesuai. Perkembangan telur di tanah tergantung beberapa faktor, termasuk suhu terutama 20-30 C, tempat teduh dan kelembaban yang
mencukupi Hotez et al, 2003.
b. Iklim
Kehangatan dan kelembaban yang cukup merupakan kunci perkembangan STHs. Telur ascaris dan trichuris lebih keras dari L3 cacing kait, oleh karena itu
bertahan lebih baik pada iklim kering. Tingkat infeksi ascaris dan trichuris rendah pada musim kering. Untuk cacing kait kelembaban sangat kritis. Kelembaban
memungkinkan L3 bergerak vertikal dari tanah terutama pada malam hari. Total curah hujan di sebuah area dan distribusi musim dapat membantu menjelaskan pola
infeksi pada area yang lebih basah yang berhubungan dengan meningkatnya transmisi dari ketiga STH tersebut Hotez et al, 2003.
Universitas Sumatera Utara
c. Musim