14
Minat membaca merupakan dasar terbentuknya kebiasaan membaca. Iskandarwassid dan Sunendar 2013: 116 mengemukakan bahwa kebiasaan
adalah perilaku individu yang dilakukan secara otomatis, yang ditandai oleh spontanitas, berulang-ulang, dan disertai dengan dorongan atau minat.
Kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang telah mendarah daging pada diri seseorang. Oleh karena itu, minat membaca perlu ditanamkan dan
dibiasakan pada anak sejak dini sebab minat membaca pada anak tidak akan terbentuk dengan sendirinya tetapi melalui proses.
Hurlock 1980: 167 mengemukakan bahwa minat yang terbentuk dalam masa kanak-kanak seringkali menjadi minat seumur hidup, karena
minat menimbulkan kepuasan. Dijelaskan bahwa anak cenderung mengulang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan minatnya dan dengan demikian
akan menjadi suatu kebiasaan yang dapat menetap sepanjang hidup. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca
merupakan aktivitas membaca yang dilakukan dengan kemauan sendiri tanpa ada yang menyuruh, dan memiliki ciri khas diantaranya perhatian, kesenangan
membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca, ketersediaan bahan bacaan serta dilakukan dengan penuh ketekunan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca
Bunata dalam Dalman 2013: 142-143 mengemukakan bahwa minat membaca sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: faktor lingkungan
15
keluarga, faktor kurikulum, faktor infrastruktur masyarakat, serta faktor keberadaan dan kejangkaun bahan bacaan.
a. Faktor lingkungan keluarga
Minat membaca sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga. Di tengah kesibukan sebaiknya orang tua menyisihkan waktu untuk
menemani anaknya untuk membaca buku dan orang tua diharapkan mampu menjadi teladan dalam meningkatkan minat baca anak, anak
sering meniru kebiasaan orang tua. Jika orang tua memiliki kebiasaan membaca, tentunya anak akan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak
akan merasa senang jika orang tua selalu ada bersama mereka, karena pada umumnya anak masih membutuhkan bimbingan orang dewasa agar
terbentuk suatu kebiasaan baik. b. Faktor kurikulum
Tujuan pendidikan
di Indonesia
semakin jelas
dalam mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar terwujudnya
sumber daya manusia yang kompetitif tetapi kurikulum yang tidak tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian membuat
anak hanya mau membaca bagian yang akan diuji saat ujian. Kepala sekolah, guru-guru seharusnya menjadi teladan bagi siswa dalam hal
membaca buku, waktu-waktu kosong sebaiknya diisi dengan membaca buku. Perpustakaan di sekolah sebaiknya dikelolah dengan baik agar
buku-buku yang tersedia dapat dimanfaatkan siswa dengan baik. Proses
16
pembelajaran pun harus dapat mengarahkan siswa untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau
sumber belajar lainnya.
c. Faktor infastruktur masyarakat
Kurangnya minat membaca masyarakat dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari. Banyak orang menghabiskan uang untuk hal lain
dibanding membeli buku ke toko buku, ataupun ke perpustakaan, misalnya lebih memilih rekreasi di tempat-tempat ramai, berbelanja di
mall, membeli barang elektronik yang trend. Kurangnya minat membaca masyarakat dapat dilihat juga di tempat-tempat umum misalnya terminal
bis, stasiun kereta api lebih banyak orang memilih menunggu kendaraan tanpa aktivitas atau lebih memilih bermain games di handphone
dibanding membaca buku. d. Faktor keberadaan dan kejangkaun bahan bacaan.
Sebaiknya pemerintah daerah mengadakan program perpustakaan keliling atau perpustakaan tetap di tiap-tiap daerah agar lebih mudah
dijangkau masyarakat. Dilihat dari kenyataan sebenarnya pemerintah sudah menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang minat membaca.
Contoh: di Yogyakarta telah tersedia perpustakaan wilayah, setiap universitas dilengkapi perpustakaan, dan lembaga pendidikan yang
lainnya juga dilengkapi dengan perpustakaan. Akan tetapi, fasilitas yang ada belum dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat pada umumnya.