Upaya Meningkatkan Minat Membaca

21 dengan temannya dengan ketentuan menjaga kebersihan dan keutuhan buku tersebut; 9. beri hadiah yang memperbesar semangat membaca anak, anak-anak sangat bersemangat jika diberi penghargaan atau hadiah. Cara ini dapat digunakan untuk merangsang minat membaca anak. Jika anak mampu menyelesaikan pembacaan sebuah buku dan dapat menceritakan ulang, berikanlah kata-kata positif yang dapat membangun rasa percaya diri anak dalam membaca. Penghargaan tidak harus berupa barang tetapi dapat berupa pujian; 10. jadikan buku sebagai hadiah untuk anak, anak yang senang akan hadiah dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan minat membaca anak. Momen tertentu yang dialami misalnya naik kelas, jadikan buku sebagai hadiah yang dinanti-nantikan oleh anak setiap naik kelas; 11. membuat buku sendiri, guru dan orang tua dapat mencari cara tersendiri agar anak senang dengan buku. Anak bisa diajak membuat buku sendiri, misalnya membuat buku tentang sekolahku atau keluargaku, judul buku dapat disesuaikan dengan kemauan anak. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan kecintaan anak terhadap buku juga dapat meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak serta diharapkan anak menyukai juga kegiatan menulis; 12. tempatkan buku pada tempat yang mudah dijangkau, tempat meletakkan buku juga mempengaruhi minat membaca anak. Oleh karena itu guru dan 22 orang tua sebaiknya menyadari hal ini. Buku diletakkan di tempat yang mudah dijangkau anak; 13. jadilah orang tua yang gemar bercerita, orang tua tentu memiliki hidup yang penuh pengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat dijadikan bahan cerita bagi anak tetapi cerita tersebut perlu dikemas sesuai bahasa anak agar anak dapat mencerna cerita tersebut. Cerita dapat berupa cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai karakter baik; 14. buatlah perpustakaan keluarga, perpustakaan dapat dibuat semampunya karena membuat perpustakaan membutuhkan dana. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan minat membaca pada siswa membutuhkan suatu proses yang panjang bahkan sejak anak masih dalam kandungan, masih balita sampai anak tersebut akan menjadi siswa di sekolah, orang tua dan guru memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan upaya meningkatkan minat membaca pada siswa.

B. Kajian tentang Kemampuan Menulis Karangan

1. Hakikat Kemampuan Menulis Karangan

Bahasa memiliki empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan itu harus dilaksanakan secara kontinu agar tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dapat tercapai dengan maksimal. Setiap 23 keterampilan bahasa membutuhkan proses dalam pelaksanaannya begitu pun dengan menulis. HG Tarigan 2013: 22 mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Menulis menuntut adanya pengalaman, ketersediaan waktu, pelatihan, keterampilan- keterampilan khusus, serta praktek langsung termasuk menulis karangan. Mengarang dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis. Burhan Nurgiantoro 2013 : 423 mengemukakan bahwa karangan adalah suatu sistem komunikasi lambang visual, sedangkan menurut Dalman 2014: 86, mengarang adalah proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa dalam bentuk tulisan. Adapun pendapat lain menurut Marwato dalam Dewi Kusumaningsih, dkk 2013: 66 yang mengungkapkan bahwa mengarang adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran dan pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan bisa dipahami orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis karangan adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan, dalam bentuk tulisan melalui 24 beberapa tahapan dan merupakan satu kesatuan tema yang utuh serta dapat dipahami oleh setiap pembaca.

2. Karakteristik Karangan

Pada dasarnya setiap pengarang mengharapkan respon baik dari para pembaca terhadap karangannya. Oleh karena itu, penulis harus mampu menyajikan ide, gagasannya dengan baik, tertata dan menarik. Tulisan yang baik harus bersifat komunikatif. Andelstein Pival HG Tarigan, 2013: 6-7 mengemukakan ciri-ciri tulisan yang baik, sebagai berikut. a. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi. b. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan- bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh. c. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar, memanfaatkan struktur kalimat dengan tepat, dan memberi contoh-contoh yang diperlukan sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, pembaca tidak perlu bersusah- susah memahami makna yang tersurat dan tersirat dalam sebuah tulisan. d. Mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan, menarik minat membaca terhadap pokok pembicaraan, serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal. Dalam hal ini haruslah dihindari penyusunan kata-kata dan pengulangan hal-hal yang tidak perlu. e. Mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritisi masalah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. f. Mencerminkan kebanggaan penulis terhadap naskah yang dihasilkan. Penulis harus mampu mempergunakan ejaan dan tanda baca secara saksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikan kepada para pembaca. Widyamartaya 1994: 37-39 mengemukakan bahwa paragraf yang baik perlu menerapkan tiga asas yang berkenaan dengan gagasan yang hendak disampaikan dan tiga asas yang berkenaan dengan tatanan dalam 25 menyampaikan gagasan. Asas-asas tersebut diantaranya: kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, koherensi, dan harkat atau kelengkapan, pengembangan yang memadai.

a. Kejelasan

Kejelasan berarti tidak samar-samar sehingga tiap butir fakta atau pendapat yang dikemukakan seakan-akan tampak nyata dan mudah dipahami oleh pembaca. b. Keringkasan Keringkasan tidak berarti bahwa karangan harus pendek atau singkat, melainkan karangan tidak berboros kata, tidak berlebihan dengan ungkapan, tidak mengulang butir ide yang sama, dan tidak bertele-tele dalam menyampaikan gagasan. c. Ketepatan Ketepatan berarti bahwa karangan dapat menyampaikan butir- butir pengetahuan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan mentaati aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, peristilahan, kelaziman bahasa, dan sebagainya. d. Kesatupaduan Kesatupaduan berarti bahwa segala sesuatu yang disajikan dalam karangan harus berkisar pada satu gagasan pokok atau pikiran utama karangan. Segala gagasan yang disajikan harus berkaitan dan 26 relevan dengan gagasan pokok yang hendak dibingkiskan kepada pembaca. e. Koherensiberkaitan Koherensi adalah asas yang menghendaki agar ada saling kait antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam tiap paragraf dan juga antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Tujuannya agar tidak ada kata atau frase yang tidak jelas rujukannya. f. Harkat Harkat merupakan asas yang menghendaki agar karangan benar-benar berbobot, dan berisi. Asas harkat disebut juga asas pengembangan yang memadai, dalam Bahasa Inggris disebut adequate development. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik karangan yang baik meliputi ide yang disampaikan dalam karangan singkat, padat, jelas, dapat meyakinkan pembaca dan isi gagasan setiap kalimat saling berkaitan disertai penggunaan ejaan yang tepat.

3. Macam-macam Karangan

Sabarti Akhadiah, dkk 19911992: 127-135 mengemukakan bahwa karangan terdiri dari empat jenis yaitu: narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.