16
pembelajaran pun harus dapat mengarahkan siswa untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau
sumber belajar lainnya.
c. Faktor infastruktur masyarakat
Kurangnya minat membaca masyarakat dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari. Banyak orang menghabiskan uang untuk hal lain
dibanding membeli buku ke toko buku, ataupun ke perpustakaan, misalnya lebih memilih rekreasi di tempat-tempat ramai, berbelanja di
mall, membeli barang elektronik yang trend. Kurangnya minat membaca masyarakat dapat dilihat juga di tempat-tempat umum misalnya terminal
bis, stasiun kereta api lebih banyak orang memilih menunggu kendaraan tanpa aktivitas atau lebih memilih bermain games di handphone
dibanding membaca buku. d. Faktor keberadaan dan kejangkaun bahan bacaan.
Sebaiknya pemerintah daerah mengadakan program perpustakaan keliling atau perpustakaan tetap di tiap-tiap daerah agar lebih mudah
dijangkau masyarakat. Dilihat dari kenyataan sebenarnya pemerintah sudah menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang minat membaca.
Contoh: di Yogyakarta telah tersedia perpustakaan wilayah, setiap universitas dilengkapi perpustakaan, dan lembaga pendidikan yang
lainnya juga dilengkapi dengan perpustakaan. Akan tetapi, fasilitas yang ada belum dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat pada umumnya.
17
Bob Harjanto 2011: 70-79 mengemukakan bahwa keempat faktor tersebut dapat menghambat dan mendukung minat membaca tergantung cara
pandang dari setiap pihak tentang membaca. Hal ini karena kurangnya kesadaran bahwa sesungguhnya membaca merupakan jendela dunia.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca pada siswa dapat meningkat jika semua pihak berperan aktif baik orang tua,
guru, pemerintah maupun masyarakat pada umumnya karena pada dasarnya siswa sekolah dasar masih membutuhkan bimbingan dari orang yang lebih
dewasa.
3. Upaya Meningkatkan Minat Membaca
Peningkatan minat membaca mau tidak mau kini sudah sangat diperlukan. HG.Tarigan 2008: 106-107 mengemukakan bahwa untuk
meningkatkan minta membaca, perlu sekali pembaca berusaha. a. Menyediakan waktu untuk membaca
Waktu adalah emas, perkataan ini yang sering menjadi ungkapan orang untuk menghargai waktu mereka dengan berbagai macam
kesibukan. Membaca merupakan usaha yang paling efisien untuk mengetahui segala kejadian penting di dunia modern. Oleh karena itu, 15-
30 menit dalam sehari harusnya digunakan untuk membaca. Dikatakan bahwa orang yang tidak ingin maju sajalah yang tidak menyediakan waktu
untuk membaca dalam hidupnya apalagi seorang siswa dan guru. Bagi siswa sekolah dasar upaya ini tidak mudah dilakukan, peran aktif orang
18
dewasa sangat dibutuhkan agar dapat terbentuk kebiasaan menyediakn waktu tersendiri untuk membaca dengan teratur.
b. Memilih bahan bacaan yang baik Memilih bahan bacaan hendaknya diperhatikan saat ingin
membaca karena bahan bacaan yang tidak diinginkan akan menghilangkan minat membaca juga. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi siswa dan guru,
kedua pihak ini harus membaca berbagai sumber bacaan. Akan tetapi, bagi siswa sekolah dasar sebaiknya bacaan yang disediakan disesuaikan dengan
keinginan dan perkembangan siswa seperti yang diungkapkan oleh Jos Daniel 1996:136-138 bahwa pemilihan bahan bacaan bagi siswa perlu
memperhatikan: kebermaknaan dan kemenarikkan teks bacaan; isi budaya dalam bacaan dan derajat kesulitan teks sesuai dengan jenjang
pengetahuan kebahasaan siswa. Upaya lain menurut Hasyim dalam Dalman 2013: 144 adalah tiap
keluarga perlu memiliki perpustakaan keluarga, sedangkan di tingkat sekolah diatasi dengan perbaikan perpustakaan di sekolah, civitas sekolah hendaknya
mengubah mekanisme proses pembelajaran menuju membaca sebagai suatu sistem belajar sepanjang hayat, dan mampu menjadi motivator agar siswa
bergairah untuk membaca. Bob Harjanto 2011: 42-68 mengemukakan beberapa tips untuk
menumbuhkan minat baca pada anak antara lain: