Pengertian Kearifan Lingkungan Kearifan Lingkungan

60 Tujuan dari diadakannya upacara-upacara ritual dan selamatan oleh masyarakat ini yaitu untuk memberi sedekah kepada roh leluhur dan makhluk halus yang dianggap sebagai penghuni Merapi. Bisa dibilang, kegiatan ini merupakan ajang tukar menukar jasa antara masyarakat dengan makhluk halus. Sasongko dalam Lusiyo 2002: 83 mengatakan upacara dan selamatan ini juga berarti permintaan keselamatan dan kesejahteraan agar selalu menyertai negara, pemerintahan beserta rakyatnya. Banyaknya persepsi masyarakat tentang Gunung Merapi sangat dipengaruhi oleh mitos yang dipercayai secara turun temurun. Hubungan terus menerus dan telah berlangsung secara turun temurun melahirkan hubungan emosional dan psikologis yang erat antara masyarakat dengan Gunung Merapi Heru Hermawan, 2010: 55. Masyarakat Lereng Merapi sangat meyakini bahwa Gunung Merapi bukanlah merupakan suatu ancaman. Berikut ini ada beberapa pola etika masyarakat dalam menjaga keseimbangan kosmos menurut Moch. Fathkan 2006: 114. 1 Etika dalam Bertani Sebelum dan sesudah ladang ditanami, masyarakat Lereng Merapi akan terlebih dahulu mengadakan selamatan, memohon dan berterimakasih kepada dewa pangan yang disebut Mbok Sri Dewi Sri. Jika terjadi hujan abu, di mana ditemukan banyak tanaman mati, masyarakat tetap bersyukur. Hal ini sesuai dengan kepercayaan masyarakat, bahwa tanaman yang mati tersebut sementara dipinjam oleh Eyang Merapi dan 61 akan diganti dengan yang lebih banyak. Jika dikaji dari sudut pandang kearifan lingkungan, hal ini masuk akal karena abu vulkanik mengandung banyak unsur hara yang dapat menyuburkan tanah. Sehingga, tanaman yang tumbuh dalam abu vulkanik akan lebih subur. 2 Etika dalam Beternak Pengukuhan hutan lindung saat ini mendesak warga harus beternak dari teknik penggembalaan ke teknik pemeliharaan. Hal ini menyebabkan warga harus merumput setiap hari. Ketika musim kemarau tiba, masyarakat akan merumput di pagi atau sore hari di di sekitar Lereng Merapi. Hal itu dilakukan bersama-sama dengan warga yang lain karena seringkali terdengar suara-suara aneh di dalam hutan. Suara-suara tersebut seperti terdengarnya suara orang menyanyi Lagu Jawa, orang menangis, orang yang sedang memanggil-manggil, dan lain-lain. Masyarakat akan merumput secara berdekatan dan saling menjaga satu sama lain. 3 Etika dalam Bermukim Kondisi tanah yang baik dan buruk akan sangat berpengaruh pada keberlangsungan hidup orang yang bermukim. Keadaan tanah tersebut berpengaruh pada kondisi kesehatan, ekonomi, dan hubungan sosial. Untuk mengetahui baik buruknya tanah hunian, hal yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan menggali tanah tepat di tengah bagian tanah sedalam satu lengan. Kemudian tanah tersebut ditutup kembali dengan tanah yang telah digali. Apabila tanah galian tidak tersisa, maka tanah