Musyawarah Masyarakat sebagai Cara untuk Mencari Solusi tentang

93 sini itu juga sangat berkaitan dengan alam lain. Kalau masyarakat sini itu merusak atau kalau dalam Bahasa Jawanya itu mayak atau rakus, nanti alam nanti membalas. Balasannya apa? Bentuknyaitu ya bencana alam. Maka dari itu masyarakat sini itu tidak boleh berlebihan kalau memanfaatkan alamnya.” Bapak AY juga mengatakan hal yang senada tentang pengelolaan alam tersebut. “Alam itu yang penting dijaga Mbak. Dimanfaatkan seperlunya biar gak rusak. Logikana kalau tanaman banyak, nanti kalau Merapi meletus kan lavanya bisa terhambat sama pohon-pohon. Jadi nggak sampai ke sini.” Bapak WH juga mengatakan sebagai berikut. “Kalau masyarakat sini itu kan nganggap Gunung Merapi itu ada yang nguasain Mbak. Jadi kalau masyarakatnya sembarangan memanfaatkan alam, nanti mesti ada kejadian apa- apa gitu.” Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat menggunakan prinsip sak madya dalam mengelola dan memanfaatkan alam. Artinya pemanfaatan alam dilakukan seperlunya saja.

h. Larangan Membangun Rumah Menghadap ke Arah Gunung Merapi

Pemilihan arah tempat tinggal di wilayah Lereng Merapi memiliki aturan khusus. Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil wawancara dengan Bapak RM berikut ini. “Memang kalau di sini ini tidak boleh menghadap gunung bangunannya. Itu kalau ada yang berani menghadap gunung, dianggap menantang. Tapi sebenarnya kan kalau Merapi meletus nanti susah l arinya Mbak.” Bapak SY juga mengatakan demikian: “Bangunan-bangunan itu tidak boleh menghadap ke Merapi. Masalahnya apa? Kalau menghadap merapi, nanti kalau meletus, ndadak muter dulu, malah lama evakuasinya atau kalau mau ngungsi Mbak.” 94 Hal senada juga dikatakan oleh Bapak AY. “Kalau soal bangunan itu si tidak apa-apa. Tapi tujuannya kalau menghadap ke Merapi nanti akan lebih lama evakuasinya.” Begitu juga pernyataan yang dinyatakan oleh Bapak WH. “Bangunan sini ini kan kalau menghadap Merapi dianggap nantang Mbak. Gunung Merapi itu kan ada penghuninya. Jadi yang nunggu itu nggak suka kalau ada rumah yang menghadap ke Merapi. Tapi itu ya kepercayaannya masyarakat aja Mbak, benarnya gimana saya ya nggak tau, tapi kabar-kabarnya di masyarakat seperti itu Mbak.” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam membangun rumah atau bangunan lain di Lereng Merapi ada larangan membangun bangunan menghadap ke Gunung Merapi. Hal ini dikarenakan akan menyulitkan proses evakuasi ketika terjadi erupsi.

3. Kebijakan Mitigasi Bencana di SDN Ngablak

a. Tujuan Kebijakan Mitigasi Bencana

Berdasarkan studi dokumen yang dilakukan, adanya kebijakan mitigasi bencana dilatarbelakangi oleh letak geografis sekolah yang berada di Kawasan Rawan Bencana III. Kawasan ini memiliki kemungkinan yang cukup tinggi terhadap ancaman bencana gunung api, baik ancaman yang bersifat primer maupun sekunder. Tujuan kebijakan mitigasi bencana ini yaitu 1 Untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan tentang mitigasi bencana di tingkat sekolah. 95 2 Memberikan pemahaman bagi warga sekolah dan para pemangku kepentingan yang tekait dengan sekolah mengenai upaya-upaya mitigasi bencana yang diinterasikan dengan pembelajaran. 3 Meningkatkan koordinasi, partisipasi, dan ketrampilan dalam upaya mitigasi bencana di tingkat sekolah. Hal ini juga dibenarkan oleh Bapak RM yang menyatakan bahwa: “Kalau tujuan kebijakan mitigasi itu ya biar warga sekolah itu punya bekal menghadapi erupsi Merapi mbak. Yang paham biar gak cuma gurunya, tapi siswanya juga. Itu diadakan simulasi itu biar warga sekolahnya trampil kalau misalnya terjadi erupsi. Nanti masalah evakuasi kan ada kerja sama dengan Balai Desa sama BPBD.” Berdasarkan data-data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan kebijakan mitigasi bencana adalah untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kesadaran warga sekolah terkait dengan mitigasi bencana. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan instansi pemerintah terkait dan simulasi bencana.

b. Perumusan Kebijakan Mitigasi Bencana

Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah dan guru menunjukkan data tentang proses pembuatan kebijakan yang disusun dengan dimensi kearifan lingkungan yang dilakukan melalui musyawarah. Berikut hasil wawancara dengan Bapak RM. “Iya itu kan ada koordinasi antara sekolah dengan desa. Biasanya sekolah diundang untuk membahas yang tentang bencana itu.” Hal senada juga disampaikan oleh Bapak SY. “Ha iya to mesti. Itu juga dulu melibatkan BPBD Magelang. Warga diundang, perwakilan SD ini, sama BPBDitu untuk mbahas Merapi itu Mbak. Jadi warga itu ditanyai misalnya tanda-tanda Merapi itu apa