Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkawinan pada masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah memiliki tata cara dan aturan pelaksanaannya. Dimulai dari merisik, meminang, bertunangan, dan akad nikah pernikahan. Selain itu, ada upacara adat yang dilakasanakan pada malam hari sebelum perkawinan, yang disebut malam bainai atau berinai. Adat ini dilakukan di rumah pengantin perempuan. Maksud dari upacara tersebut adalah malam ketika kedua pengantin memakai inai di tangan dan kaki mereka. Pelaksanaan upacara adat perkawinan ini, tidak pernah lepas dari iringan musik dan tari yang disebut Kesenian Musik Sikambang. Sikambang berasal dari dua kata yaitu si dan kambang. Secara umum masyarakat pesisir Sibolga mengartikan sikambang sebagai salah satu jenis musik pada masyarakat Pesisir. Musik Sikambang, bercorak petuah, berirama lagu, dan berwujud tari. Berikut merupakan jenis alat musik dan klasifikasinya yang dipakai dalam mengiringi lagu dan tarian adalah gandang sikambang membranophone, gandang batapik membranophone, singkadu aerophone, canang aerophone yang dulunya dilakukan dengan bersiul baisiu, terbuat dari tembaga carano dipadukan dengan biola serta harmonika sekarang diganti akordion. Berbagai macam tarian yang diiringi oleh Musik Sikambang yaitu tari adok, tari sapu tangan diiringi lagu kapri, tari payung, tari perak-perak, tari sampaya, tari anak dan lain-lain sebagainya. Hadirnya tari di lingkungan kehidupan manusia bersamaan dengan tumbuhnya peradaban manusia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Edi Sedyawati, bahwa tari tumbuh dalam rangkuman yang erat dalam ketiga unsur budaya, yaitu bahasa, adat istiadat, dan norma-norma kehidupan Edi Sedyawati, 1991:110. Kemudian yang menjadi fokus dalam Universitas Sumatera Utara 14 skripsi ini adalah Tari Anak yang terkait dalam konteks upacara adat perkawinan masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Awalnya Tari Anak ini selalu dipertunjukkan dalam setiap upacara perkawinan masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Namun seiring dengan berkembangnya zaman kedudukan tarian ini pun perlahan bergeser. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, karena dalam penggunaannya sekarang ini Kesenian Sikambang dalam upacara adat perkawinan memakan biaya yang cukup mahal. Namun demikian, ada sebagian masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah yang masih menggunakan tarian ini dalam upacara adat perkawinan. Tari Anak ini dibawakan oleh sepasang penari, laki-laki dan perempuan dewasa, yang memakai pakaian pesisir dan menggunakan properti perlengkapan seperti kampi sirih tepak, galeta tempat air, boneka anak bayi, selendang dua helai, ayunan tajak ayunan untuk bayi. Durasi tarian anak ini tidak begitu lama, dan posisi Tari Anak tersebut dimainkan tepat didepan pelaminan. Upacara adat Malam Sikambang ini dilakukan pada malam setelah akad nikah dilaksanakan dan biasanya dimulai pukul 21.00 sampai dengan 24.00 WIB. Tari Anak ini sesungguhnya bukan hanya dipertunjukkan dalam upacara adat perkawinan saja tetapi tari anak ini dapat digunakan dalam acara-acara lain seperti sunat rasul, turun ka rai, masuk rumah, dan ulang tahun. Karena Tari Anak bermaksud untuk mendoakan agar hubungan antara orangtua dan anak dapat perlangsung dengan baik dan semakin diberkati kedepannya.. Universitas Sumatera Utara 15 Dalam konteks perkawainan Tari Anak ini diiringi dengan iringan musik dan Lagu Sikambang. Dalam sebuah tarian peranan musik sangat penting, karena bisa dirasakan kehadiran tari tanpa musik terasa hambar dan tidak menarik untuk ditonton. Berikut beberapa syair pantun yang dinyanyikan dalam mengiringi tarian anak ini. • Kayu gadang di lereng gunung, kayu besar dipinggir bukit Di tabang dibala duo, ditebang dibelah dua Ala sanang hati bundo kandung, sangat senang hati ibu kandung Anak sorang manjadi duo. satu anak menjadi dua Makna dari syair tersebut adalah akan bertambah nya satu lagi anggota keluar dari masing- masing keluarga kedua mempelai. Tadinya anak tersebut sendiri tetapi karena telah menikah si anak membawa anggota keluarga baru yaitu menantu. Begitu juga sebaliknya. • Pancarinek ditapi ai pancarinek ditepi air Sudah mati mukan babuah sudah mati baru berbuah Jimek-jimek tuan balai hati-hati tuan melaut Lawik sati ranto batuah laut lepas banyak tantangan Makna dari syair tersebut adalah hati-hatilah untuk menjalankan bahtera rumah tangga karena dalam berumah tangga akan menghadapi banyak tantangan. Baik rumah tangga yang mapan sudah lama menjalani rumah tangga ataupun yang baru menjalani bahtera rumah tangga pasti akan menghadapin tantangan seperti gelombang laut yang ada di laut lepas. • Labek ujan di mursala, lebat hujan di mursala Kambang lah bungo parautan, berkembang lah bunga parautan Bintang dilangit punyo sala, bintang dilangit punya salah Ombang di lawik mananggungkan. ombak dilaut yang menaggungkan Universitas Sumatera Utara 16 Makna dari syair tersebut adalah seorang anak adalah fitrah bersih tergantung kepada orang tuanya. Kalaupun ingin menjadi baik maka tetaplah baik, tidak memandang miskin ataupun kaya. Karena apapun yang dilakukan orang tua akan berdampak pada anaknya kelak. Ketika orang tua berbuat salah maka anak akan menerima akibatnya, begitu juga sebaliknya. Menurut Soedarsono 1986:109 dikatakan bahwa musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari yang secara langsung dapat mendukung dan memperkuat sajian tari.

1.2 Pokok Permasalahan