31
2.1.2. Demografi Kota Sibolga
Jumlah penduduk Kota Sibolga menurut catatan biro pusat statistic kota Sibolga yang dikeluarkan oleh Kantor BPS Sibolga untuk laporan tahun 2010 dengan data laporan tahun
2009, terlihat bahwa jumlah penduduk Sibolga adalah 96.341 jiwa dengan luas wilayah daerah 10,77 Km
2
dengan rata-rata pertumbuhan prnduduk 1,99 pertahun Tabel 4
Jumlah penduduk Kota Sibolga
Kota Sensus Penduduk population cencus
Tahun 1990
Tahun 2000
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Sibolga 71.895
82.310 91.941
93.207 94.614
96.341 Sumber : bpssibolga:httpsumut.bps.go.idsibolga
Pada umumnya Kota Sibolga sendiri terdiri dari berbagai etnik yaitu Toba, Mandailing, Angkola, Nias, Minang, Aceh, Bugis, Melayu, serta etnis Cina dan Jawa,
pemerintah kota Sibolga sendiri pada saat ini memiliki mottosemboyongan : Negeri Berbilang Kaum.
2.1.3. Identitas Kultural Etnik Pesisir
Etnik pesisir Sibolga Tapanuli tengah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang awal keberadaannya sebagai suatu etnik yang berada si Pesisir Pantai Barat Pulau
Sumatera tepatnya di Proponsi Sumatera Utara, dimana kelompok masyarakatnya memiliki sejarah yang panjang sebagai suatu etnik tersendiri yaitu “etnik Pesisir”.
Universitas Sumatera Utara
32 Sejarah yang panjang sebagai suatu etnik adalah dimana awal keberadaan dan
terbentuknya etnik ini tidaklah terjadi begitu saja, melainkan telah melalui beberapa situasi an kejadian tertentu seperti : kelahiran, kematian, penjajahan colonisasi, perang, kejadian
bencana alam dan perpindahan penduduk, salah satunya adalah terjadinya peperangan antara Aceh dengan kelompok masyarakat Batak 1523 sehingga banyak penduduk yang membuka
permukiman baru di wilayah Barat
4
. Dan adanya perang Monjo Bonjol tahun 1700 orang Batak dari Silindung berangsur-angsur menyebar kearah Pantai Barat Sumatera Utara salah
satu keturunan yang melakukan perpindahan kewilayah pesisir Pantai Barat adalah keturunan dari marga Hutagalung yang kemudian membuka perkampungan di sekitar aliran Aek Doras,
yang mana kemudian masyarakat Silindung tersebut berkembang dan membentuk kelompok masyarakat yang terstruktur dan dipimpin oleh sorang Kepala Kuria Raja. Lambat laun
keadaan daerah terus-menerus mulai berkembang, terdapat juga beberapa kelompok masyarakat dari luar daerah yang berbaur didaerah tersebut, seperti kelompok masyarakat
dari etnik Mandailing, etnik Angkola, dan Minang. Dalam perkembangannya beberapa kelompok masyarakat tersebut kemudian
meyesuaikan kebudayaannya masing-masing yang memiliki persamaan maupun perbedaan yang telah dibandingkan untuk membentuk suatu etnik dan pemeliharaan batas-batas
kesamaan yang ada pada dua atau lebih kelompok masyarakat tersebut, kemudian atas kesepakatan bersama disatukan yang kemudian menjadi etnik.
4
Batak dulu dan Sekarang W. Simanjuntak. 1961:14, dikutip dari skripsi Chandra C. Prawira, 2011. Kajian Organologi Singkadu Alat Musik Tiup Pesisir Sibolga Buatan Bapak Kadirun, Medan.
Universitas Sumatera Utara
33 Terjadinya proses tersebut dapat dilihat dari ciri yang dimiliki individu manusia
Etnik Pesisir dimana sebagian masyarakatnya masih menggunakan marga baik itu marga Toba ataupun Mandailing, dalam kenyataannya memang marga tersebut bukanlah suatu hal
yang mutlak sebagai ketentuan didalam Adat Sumando
5
pesisir. Setiap anggota kelompok tertentu yang melakukan migrasi, sering terjadi keadaan dimana mereka tercabut dari akar
budaya etniknya karena mangdopsi nilai-nilai baru. Akan tetapi mereka tetap menganggap diri sebagai anggota etnik yang sama dengan orangtuanya keturunan dan pertalian darah
dan juga tetap diakui sebagai kelompok etniknya. Dalam etnik Pesisir sendiri terdapat beberapa kelompok masyarakat etnik Minang
maupun etnik Batak yang telah tergabung didalam satu ikatan etnik Sumando pesisir yang berdasarkan Islam, tidaklah mutlak secara keseluruhan status yang dimilikinya akan
dihilangkan baik itu Marga maupun hubungannya terhadap kelompok masyarakat awalnya. Sebagai suatu hal yang tidak bisa dipungkiri dan menjadi fakta bahwa individu tersebut
sebelum menjalin ikatan dengan Adat Sumando Pesisir merupakan individu yang memiliki identitas kultur sendiri dan menjalin suatu ikatan hubungan dengan etnik Pesisir yang
disahkan melalui Adat Sumando. Begitupun ada kelompok masyarakat awalnya juga tidak dapat memungkiri bahwasanya berdasarkan identitas maupun status individunya tersebut
merupakan satu kesatuan dengannya, tetapi dalam ruang lingkup adat dan budaya telah berbeda.
5. Adat Sumando adalah pertambahan atau percampuran satu keluarga dengan keluarga lain yang seagama, yang diikat dengan tali pernikahan menurut hukum Islam dan disyahkan dengan suatu acara adat pesisir.
Universitas Sumatera Utara
34 Etnik Pesisir yang terdapat di Pesisir Barat Sumatera Utara ini dalam proses
terbentuknya sebagai suatu etnik tidak terlepas dari proses Asimilasi
6
dengan beberapa kelompok masyarakat diluar letak geografisnya
7
, seperti etnis Batak Toba, etnik Minang, dan etnik Mandailing yang dalam perkembangannya menjadi suatu etnik yang berbeda secara
budaya dan adat dengan beberapa kelompok etnik masyarakat disekitarnya. Mengenai hal tersebut Koentjaraningrat menyampaikan “Kesatuan Kebuadayaan”
bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar, misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainnya, melainkan oleh warga kebuadayaan bersangkutan itu sendiri.
Seperti contoh kebudayaan Sunda yang memiliki kebudayaan tersendiri yang berbeda dengan kebudayaan Jawa, atau Banten, ataupun dengan Bali, bukan karena ada peneliti-
peneliti luar yang telah menentukan kebudayaan Sunda itu sendiri, tetapi karena orang-orang Sunda sendiri sadar bahwa diantara mereka ada keberagaman mengenai kebudayaan mereka,
sehingga membuat kebudayaan Sunda memiliki kepribadian dan identitas khusus yang berbeda dengan kebudayaan tetangga-tetangganya
8
.
6
Asimilasi
adalah proses sosial yang timbul dari beberapa golongan-golongan manusi dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif unutk waktu yang lama
sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifat khasnya sehingha lambat laun membentuk satu kebudayaan yang baru budaya campuran
7
Letak Geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataanya di bumi atau posisi daerah itu pada
bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Letak geografis ditentukan pula oleh segi astronomi, geologis, fisiografis, dan sosial budaya.
8
Koentjaraningrat Pengantar Ilmu Antripologi 1979:264
Universitas Sumatera Utara
35
2.2 Masyarakat Pesisir di Kecamatan Sibolga Kota