12
perundangan, peraturan daerah, tata ruang wilayah pesisir dan lautan, dan bentuk- bentuk lain yang dihasilkan oleh lembaga tersebut Dahuri 2003.
Menurut Dahuri 2003, pada hakekatnya kebijakan pembangunan sumberdaya kelautan beserta hasilnya adalah merupakan proses politik, dalam pengertian, bahwa
kebijakan tersebut tersusun dan terimplementasikan melalui proses negosisasi antar berbagai stakeholders. Oleh karena itu, keefektifan daerah perlindungan laut dan
segenap kaidah pembangunan berkelanjutan yang baik sangat tergantung pada kemauan dan komitmen segenap stakeholders tersebut.
Pengelolaan DPL berbasis masyarakat dibentuk berdasarkan inisaiasi masyarakat, bila tidak ada tindak lanjut motivator maka pengelolaan tidak akan
berkelanjutan, dikarenakan terkait kebutuhan masyarakat maka dalam jangka panjang masyarakat akan melakukan aktivitas di zona-zona yang tidak diperbolehkan adanya
kegiatan penangkapan Fernandez 2007.
Tulungen et al. 2003 menyatakan dalam konteks pengelolaan daerah perlindungan laut, inisiator program telah membentuk sebuah lembaga baru yang
disebut dengan Badan Pengelola Daerah Perlindungan Laut Adapun tugas dari badan pengelola ini adalah: 1 Membuat perencanaan pengelolaan daerah perlindungan laut
yang disetujui oleh masyarakat melalui keputusan bersama; 2 Bertanggung jawab dalam perencanaan lingkungan hidup untuk Pengelolaan Wilayah Perlindungan Laut
yang berkelanjutan; 3 Mengatur, menjaga kelestarian dan pemanfaatan wilayah yang dilindungi untuk kepentingan masyarakat; 4 Melakukan pengawasan dan
berhak melakukan penangkapan terhadap pelaku yang terbukti melanggar ketentuan dalam keputusan ini; 5 Melaksanakan penyitaan, dan pemusnahan atas barang dan
atau alat-alat yang dipergunakan sesuai ketentuan yang telah disepakati bersama masyarakat.
2.5 Keberlanjutan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut
Jenning 2009 menguraikan Fungsi utama dalam pengelolaan adalah untuk memodifikasi tekanan-tekanan manusia terhadap ekosistem sumberdaya maka
berbagai model pengelolaan telah dilakukan, salah satunya adalah pembentukan DPL, telah diusulkan untuk mendukung pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan.
Daerah Perlindungan laut diakui di seluruh dunia, sebagai desaign untuk melindungi
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
13
sumberdaya dengan cara melindungi habitatnya, serta dapat menyelesaikan masalah konflik sumberdaya dan salah satu upaya pengembalikan sumberdaya yang telah
tereklpoitasi serta kawasan yang terdegradasi Maliao et al. 2004.
Bila dilihat dari elemen evaluasi menurut Hockings dan Dudley 2006, sebuah pengelolaan kawasan konservasi dikatakan efektif atau tidak, dapat diketahui pada
elemen keluaran output dan capaian outcome dari proses pengelolaan. Ketika keluaran dan pencapaian sesuai dengan perencanaan untuk mencapai tujuan
konservasi maka pengelolaan kolaboratif dapat dikatakan efektif. Tujuan daerah perlindungan laut adalah untuk melindungi ekosistem terumbu karang sebagai bagian
keanekaragaman hayati.
Keluaran dari program pengelolaan kolaboratif adalah peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan peningkatan kesadartahuan masyarakat sehingga
menghasilkan capaian berupa penurunan tekanan terhadap terumbu karang, maka pengelolaan daerah perlindungan laut telah berjalan dengan efektif Made et al.
2007.
Sangat di perlukan bagi suksesnya pegelolaan berkelanjutan adalah kontinuitas dan nilai-nilai sumber daya alam, dalam hal ini sumberdaya hayati dan
lingkungannya salah satunya adalah partisipatif masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat lokal sangat efektif dalam melindungi habitat flora dan fauna, untuk itu
perlu adanya menciptakan keadaan yang baik bagi sosial ekonomi masyarakat sekitar daerah perlindungan laut, yaitu dapat meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar
daerah perlindungan laut, pengadaan sarana dan prasarana lingkungan hidup yang sehat serta peningkatan upaya bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat
Hockings dan Dudley 2006.
Bila keadaan sosial-ekonomi masyarakat baik maka pengelolaan DPL akan baik, sebaliknya bila di sana-sini terjadi kesenjangan sosial-ekonomi maka DPL tidak
akan berhasil dengan maksimum, karena tidak ada kekompakan antar masyarakat. Dengan demikian perlu adanya pemahaman sosial ekonomi dan budaya masyarakat,
karena pada dasarnya manusia adalah pemikir, perencana dan penyelenggara kelestarian lingkungan sehingga pada akhirnya akan menunjang pembangunan di
kawasan lindung laut yang seimbang antara ekologis, sosial dan ekonomi Made et al.2007.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
14
2.6 Penelitian Terdahulu